11

1.3K 221 6
                                    

***

"Akhirnya hari ini datang juga," gumam Seunghyun, di jam enam lebih lima puluh lima menit. Pria itu sudah memakai setelan jas terbaiknya, duduk di sebelah leader grupnya, di dalam sebuah mobil hitam. "Setelah malam ini, kisah cinta sepihakku selama sembilan tahun ini harus berakhir, bukan begitu?"

"Bukan hanya kisah cintamu, kisahku juga harus berakhir malam ini," balas Jiyong, yang masih enggan mematikan mesin mobilnya. Ada sedikit pikiran untuk melarikan diri di kepalanya.

"Kau bahkan belum memulai kisah cintamu, kasihan sekali G Dragonku ini," ucap Seunghyun yang justru membuat Jiyong tanpa sadar mengeluarkan tatapan tajamnya yang selalu mengintimidasi.

"Rasanya benar-benar menyebalkan saat mendengar kata-kata itu darimu hyung," protes Jiyong dengan kedua tangannya yang sekarang sibuk mematikan mesin mobilnya. Sudah saatnya mereka masuk ke hotel tempat pesta pernikahan Lisa di langsungkan. Orang-orang pasti gugup kalau si pemain piano datang terlambat ke pesta itu. "Kau ingin menemui Lisa noona terlebih dahulu, hyung?" tanya Jiyong di saat lift yang mereka tunggu tidak juga membukakan pintunya. Keduanya harus memantapkan hati masing-masing sebelum melihat gadis yang mereka suka bersanding dengan pria lain.

Seunghyun langsung pergi ke aula tempat pesta tersebut di langsungkan, pria itu memilih untuk langsung berbaur dengan tamu lainnya dibanding mengekori Jiyong pergi ke ruang tunggu mempelai wanita. Di hati kecilnya, Jiyong ingin melihat Lisa dengan gaun pengantinnya kemudian membayangkan dirinya sebagai mempelai pria wanita itu. Berkhayal menikahi Lisa tentu tidak dapat di kategorikan sebagai perselingkuhan, Jiyong berhak mengkhayalkan apapun dengan kepalanya sendiri.

Sayangnya, begitu Jiyong tiba di ruang tunggu pengantin wanita, tidak ada siapapun disana. "Dimana mempelai wanitanya?" tanya Jiyong, kepada seorang pelayan hotel yang bertugas berjaga di ruangan itu. Mempelai wanita ada di ruang tunggu mempelai pria- itu yang di katakan si pelayan dan Jiyong bergegas pergi ke ruang tunggu mempelai pria. Rasanya ada yang salah, pikir Jiyong dan benar saja, kedua keluarga berdiri dengan gelisah di depan pintu ruang tunggu mempelai pria.

"Noona, apa yang terjadi?" tanya Jiyong, begitu ia berdiri tepat di depan Gummy yang terlihat sangat kesal. "Kenapa kalian berkumpul disini? Dan dimana Lisa noona?"

"Di dalam dan sudah 3 jam mereka mengunci pintunya dari dalam," jawab Gummy. Gadis itu terlihat kesal, sampai kemudian ia tidak dapat menahan dirinya dan menggedor pintu ruang tunggu itu. Gummy terdengar marah dan meminta Lisa untuk segera keluar, bukan hanya Gummy, ayah Lisa dan tentunya ayah Janghyuk juga melakukan hal yang sama.

Sementara keluarga besar kedua mempelai kebingungan dan mengkhawatirkan pasangan itu, di dalam Lisa justru duduk di sebelah Janghyuk, menatap tajam pada dinding di hadapannya. Keduanya bicara, tanpa peduli pada suara pintu yang di ketuk, tanpa peduli pada suara keluarga mereka, teriakan-teriakan sama sekali tidak mereka hiraukan.

"Kau ingin membatalkan semua ini agar bahagia?" tanya Janghyuk, mengulang kembali awal obrolan mereka tiga jam lalu.

"Iya," jawab Lisa, juga mengulang kembali jawabannya tiga jam yang lalu. Mereka sudah mengulang pembicaraan ini tiga kali, namun terus kembali mengulang pembicaraannya seolah itu adalah yang pertama kali.

"Kau tidak bahagia, bersamaku?"

"Aku tidak sedih," jawab Lisa yang kemudian menatap Janghyuk, benar-benar seperti gerakan yang sudah di rencanakan dan terus di ulang. "Tapi bagaimana aku harus mengatakannya? Aku tidak menikah,"

"Ah... Kau tidak bahagia bersamaku,"

"Membayangkan tentang menikah membuatku jadi sering minum-minum dan merokok, saat malam aku tidak bisa tidur, hari-hari terasa begitu berat dan aku tidak ingin hidup seperti itu. Aku akan cepat mati kalau terus hidup seperti itu,"

"Semua orang yang akan menikah memang begitu, setelah menikah kau tidak akan lagi butuh rokok dan alkohol," balas Janghyuk tanpa meninggikan suaranya. "Begitu kita menikah, kau bisa berhenti minum-minum dan merokok, kau bisa hidup lebih sehat dan panjang umur,"

"Bagaimana kau bisa menjamin kalau setelah menikah aku akan berhenti minum dan merokok? Kau tahu untuk apa soju di rak dapur eommamu? Soju itu bukan untuk membersihkan dapur, soju itu untuk menenangkan eommamu ketika semua orang pergi keluar rumah-"

"Berhenti membicarakan soju, kita sudah mengulang pembicaraan ini berkali-kali, bisakah kau memberitahuku alasan sebenarnya kau ingin membatalkan pernikahan ini?" kini Janghyuk berdiri, dengan tuxedo mewahnya yang mahal, pria itu berlutut di depan Lisa dan meraih jemari kekasihnya. "Apa ini karena wanita itu? Aku benar-benar tidak berselingkuh dengannya... Dia hanya seorang fans gila yang mengikutiku kemana-kemana," bujuk Janghyuk sembari mengusap tangan kekasihnya yang sudah memakai gaun pengantin itu.

Entah sudah berapa kali, namun untuk kesekian kalinya, Lisa menggelengkan kepalanya.

"Bukan, bukan karena wanita itu," ucap Lisa sembari menggelengkan kepalanya, rambut panjang gadis itu bergoyang, ia belum menyelesaikan tataan rambutnya karena tiga jam lalu gadis itu melarikan diri dari ruang make up untuk menemui Janghyuk di ruangannya. "Aku hanya takut-"

"Kau tidak perlu takut... Aku akan membahagiakanmu, aku berjanji akan membahagiakanmu, kau tidak perlu takut, hm? Ayolah, sayang... Kita bisa melanjutkan pernikahan ini dan aku akan membuatmu bahagia, aku janji,"

"Kenapa?" tanya Lisa membuat Janghyuk lantas menaikan sebelah alisanya. "Kenapa aku harus menggantungkan kebahagiaanku padamu?"

"Baiklah," jawab Janghyuk yang kemudian bangkit dari posisinya. Pria itu berdiri di depan Lisa dengan kedua tangannya yang sengaja dimasukan kedalam saku- menyembunyikan kepalan tangannya. "Baiklah, mari kita anggap sekarang kau tidak bahagia dengan pernikahan ini. Tapi kita sudah sampai disini, kau sudah memakai gaunmu, orangtua kita sudah datang, keluargamu, keluargaku, teman-temanmu, teman-temanku, semuanya sudah berkumpul disini, bagaimana kita bisa membatalkan pernikahan ini? Apa yang harus ku katakan pada mereka?"

"Pernikahan ini tidak membuat kita bahagia? Aku yang akan memberitahu mereka kalau aku membatalkan pernikahan ini untuk mencari kebahagiaanku, mereka pasti mengerti, hm?"

"Kau membatalkan pernikahan kita agar kau bahagia? Lalu bagaimana denganku? Bagaimana dengan kebahagiaanku?"

"Kenapa oppa menanyakan kebahagiaanmu padaku?"

***

CelebrityWhere stories live. Discover now