14

1.1K 185 8
                                    

***

Lisa menangis, namun ia mengabaikan Jiyong. Gadis itu jatuh dalam kesedihannya sendiri seolah Jiyong yang duduk di sebelahnya sama sekali tidak terlihat. Gadis itu larut dalam penyesalan seolah ia tenggelam sendirian di dalamnya. Sampai akhirnya, air mata mulai surut dari pelupuk matanya dan ia ambil handphonenya- menelpon Janghyuk.

"Noona jangan-"

"Kenapa kau menelponku?" potong suara Janghyuk yang terdengar sangat jelas dari handphone Lisa. Gadis itu menelpon Janghyuk dengan menyalakan mode pengeras suaranya dan meletakan handphonenya di atas meja- berlaga seolah ia tengah bicara secara langsung kepada pria yang ia campakan dihari pernikahannya.

"Oh... Kau menjawabnya?" gumam Lisa yang kemudian menundukan kepalanya, menatap sedih ke layar handphonenya. "Aku... Aku... Selama beberapa hari ini, dan beberapa kali setiap harinya, aku selalu ingin menghubungimu. Aku berfikir, apakah oppa akan kesal kalau aku menghubungimu. Aku berfikir, apakah oppa akan marah kalau aku mengajakmu makan bersama, oppa pria yang ku kencani selama ini,"

"Hhh... Kau masih saja membicarakan tentangnya, sekarang aku mengerti kenapa kau tidak ingin menikah denganku," jawab Janghyuk, yang sama sekali tidak mengejutkan Lisa. Sementara Jiyong menatap penasaran pada gadis di depannya, gadis yang ia pandangi justru sibuk menghapus air matanya.

"Beberapa hari lalu, aku melihatmu... Oppa masuk ke hotel bersama seorang wanita. Tapi aku baik-baik saja, sungguh," ucap Lisa, dengan suara yang bergetar dan jari-jari yang sibuk meremas celananya sendiri. "Aku menangis berhari-hari, siang malam karenamu,"

"Karenaku? Bukan karena Jiwon?" balas Janghyuk membuat Lisa langsung mematikan panggilan tersebut. Bukan tanpa alasan, Lisa selalu merasa sedih setiap kali mendengar nama Jiwon disebut. 

"Noona-"

"Aku baik-baik saja," potong Lisa yang kemudian menoleh pada Jiyong, menatap wajah pria itu dengan tatapan lesu. "Aku memalukan, bukan? Aku membicarakannya, tapi dia berfikir aku membicarakan pria lain,"

"Janghyuk sunbaenim benar- maksudku noona benar-benar melihatnya masuk ke dalam hotel dengan seorang wanita?" tanya Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya. "Kapan? Setelah pernikahan kalian di batalkan? Atau sebelumnya?" tanya Jiyong sekali lagi dan sekali lagi juga Lisa menganggukan kepalanya. "Kapan?"

"Keduanya," jawab Lisa yang lantas bangkit dari duduknya kemudian menepuk bahu Jiyong. "Tidak perlu mengkhawatirkanku, aku baik-baik saja. Beristirahatlah kekamarmu, aku juga akan pergi tidur sekarang,"

"Tapi-"

"Sungguh, Jiyongie, aku baik-baik saja... Ah, dan eommamu tadi menelponku, dia bertanya padaku apa kau merusakan sesuatu sampai dia harus mengirimimu 10 milyar. Aku sudah memberitahunya kalau kau tidak butuh uang sebanyak itu, jadi eommamu tidak akan mengirimkan uang itu. Tapi kenapa kau menanggapi candaanku dengan sangat serius? Aku tidak sungguh-sungguh saat memintamu memberiku uang sebanyak itu,"

"Tapi aku sungguh-sungguh saat memintamu menjadi milikku," jawab Jiyong, Lisa sempat terkekeh mendengarnya, namun kekehan wanita itu berhenti ketika Jiyong sama sekali tidak merubah wajah seriusnya. "Ah- maksudku... Aku terlanjur berjanji kepada Seunghyun hyung untuk mengatakannya padamu. Jangan terlalu dipikirkan, aku hanya berusaha menepati janjiku, selamat malam noona," ucap Jiyong yang kemudian berjalan lebih dulu– meninggalkan bar itu dan pergi ke kamarnya sendiri.

Semalaman, Jiyong terjaga dari tidurnya. Ia sudah berusaha memejamkan matanya namun sama sekali tidak pergi ke alam mimpi. Jiyong tidak bisa tidur seolah ia baru saja menenggak literan kafein sampai Taehee mengetuk pintu kamar pria itu dan membuat Jiyong harus bangkit dari ranjang untuk membukakan pintunya. "Kenapa-"

"Kau tidak tidur? Ya! Apa yang kau-"

"Hyung, aku baru saja menyatakan perasaanku, bagaimana ini?"

"Apa katamu? Ya! Kwon Jiyong! Apa yang baru saja kau katakan? Perasaanmu pada siapa? Kiko? Dara?! Ya! Kau gila?!" omel Taehee setelah ia mendorong Jiyong masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamar hotel itu.

"Bagaimana ini hyung?"

"Pada siapa kau menyatakan perasaanmu? Kiko? Dara? Taeyeon? Wanita yang mana?! Wanita itu ada disini? Dia juga menginap di hotel ini?"

"Iya- augh! Kurasa aku sudah gila... Bagaimana ini? Semalam aku tidak memikirkan apapun dan hanya memberitahunya. Aku dalam masalah sekarang, bagaimana ini?" panik Jiyong yang akhirnya punya teman bicara. Pria itu berjalan mengelilingi kamarnya sendiri sementara Taehee masih berfikir, masih menebak-nebak siapa wanita yang baru saja Jiyong bicarakan.

"Aku akan memberitahu pihak agensi-"

"Jangan!" tahan Jiyong, terburu-buru seolah itu adalah masalah hidup dan matinya. "Jangan memberitahu siapapun,"

"Bagaimana kalau reporter atau gadis itu menyebarkan beritanya lebih dulu? Kau akan merilis album barumu, sekarang bukan waktu yang tepat untuk membuat skandal- augh! Bisa-bisanya kau menyatakan perasaanmu saat kita tidak di Seoul sekarang!"

"Tidak ada yang tahu kalau aku menyatakan perasaanku padanya, tidak ada yang reporter yang melihat kami," lapor Jiyong, sekedar ingin menenangkan Taehee. "Dan... Kurasa wanita itu tidak akan mengatakan pada siapapun kalau- siapa yang datang kesini pagi-pagi begini?!" panik Jiyong sementara Taehee menyuruh pria itu diam kemudian membukakan pintunya.

"Hhh... Ku pikir seseorang mendengar pembicaraan kami, ada apa? Kau mencariku atau mencari Jiyong? Jiyong belum bersiap-siap, dia baru saja bangun dari tidurnya," ucap Taehee, ia dorong pintu kamar hotel itu agar terbuka semakin lebar dan memperlihatkan pada Jiyong siapa yang mengetuk pintu kamar itu– Lisa, orang yang justru membuat Jiyong semakin gugup.

"Aku mencarimu," jawab Lisa sembari menatap Taehee, kemudian mengajak Taehee untuk mengobrol– berdua, di luar tanpa Jiyong.

Selang lima menit, Taehee kembali masuk ke dalam kamar Jiyong dan mendapati pria itu tengah duduk di atas ranjangnya dengan wajah tegang khas seorang pria yang panik. "Apa yang tadi kalian bicarakan, hyung?" tanya Jiyong begitu Taehee menutup pintu di belakang punggungnya.

"Bukan sesuatu yang perlu kau tahu, jadi siapa gadis yang kau bicarakan? Kau bisa menjamin dia tidak akan menceritakan pembicaraan kalian kepada siapapun? Dan kalian benar-benar berkencan sekarang?" cerca Taehee sementara Jiyong menggelengkan kepalanya. "Dia tidak akan mengatakan pada siapapun, tapi kurasa kami tidak berkencan, dia tidak bilang kalau dia menerima perasaanku," jawab Jiyong disusul helaan nafas lega dari Taehee– setidaknya Taehee bisa bekerja dengan tenang tanpa skandal selama beberapa hari ke depan.

***

CelebrityWhere stories live. Discover now