25. Desa

2.7K 196 7
                                    

Hari sudah pagi saat Kei dan Izal kembali. Mereka berdua keluar dari toilet perpustakaan yang rusak. Keduanya tak keluar secara bersamaan, namun bergantian.

"Jadi?" tanya Izal sedangkan Kei masih diam. Ia berjalan keluar perpustakaan menuju ke asramanya. Izal yang tahu pun memilih untuk ke asramanya juga

"Aku?" gumam Kei lirih sambil menatap dirinya di depan cermin di kamarnya "putri?"

Menggeleng, air matanya luruh begitu saja. Meski dia telah di beritahu oleh Maya, dia masih tak percaya saja. Dia pun terduduk di tepi kasur, menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Berharap tak mengeluarkan isakan di sana

Entah kenapa Kei menangis begitu pilu, seakan-akan ada yang ia takutkan. Dia pun bingung akan hal itu. Namun fikirannya berputar, memikirkan tentang Jennie

"Apa_?" gumamnya terbelalak "tidak, tidak mungkin!" sangkalnya dan mulai menangis

Hatinya terasa sakit, namun ia harus menerima kenyataan itu.

Setelah puas menangis. Ia memandang jam di dinding baru menunjukkan pukul sepuluh pagi. Beranjak dari tempatnya dan membersihkan diri.

Ia berencana akan mendiskusikan hal ini dengan Izal, yang secara tidak langsung berhubungan dengan masalah ini.

Setelah selesai membersihkan diri, dengan segera Kei menuju ke ruang wakil asrama.
Asrama nampak sepi, memang. Karena banyak murid yang pulang ke kampung halaman, padahal baru seminggu dari pertama kali masuk bukan?

Ya, memang baru seminggu. Tapi Kei sudah mendapatkan hal yang tak masuk akal. Dari pertama ia masuk ke EHS semuanya terasa ada yang mengganjal dan sekarang ia baru mengetahui.

Dalam jangka seminggu saja ia sudah bisa mengetahui jati dirinya, namun tak menutup kemungkinan ia masih belum mengetahui semuanya.

Entah yang benar yang mana, ia belum tahu pasti. Namun, segala kebimbangan itu ia tepis untuk sementara karena ia memikirkan banyak orang.

Banyak orang? Kembali ia mengingat kata-kata Heli. Entah sebenarnya apa maksud dari pria Naga itu.

Sesekali tersenyum membalas sapaan orang yang ia lalui tanpa terasa ia telah berada di depan pintu ruang wakil asrama. Menghela nafas, dengan segera ia membuka pintu dan masuk ke dalamnya.

"Hai Kei!" Kei hanya mengangguk sebagai jawaban. Tanpa kata atau respon apa pun ia duduk di depan Izal yang tengah sibuk dengan kertas di tangannya "kupikir kau tak akan kemari"

"Aku juga" Izal mengangguk mendengar jawaban Kei. Kembali ia sibuk dengan kertas di tangannya hingga Kei kembali membuka suara

"Ada yang ingin ku bicarakan" mulainya "tentang Raja, emb maksudku kediamannya_"

Izal diam, menunggu apa maksud dari ucapan Kei. Terlihat sekali gadis itu tak nyaman membicarakan ini. "Nanti saja kita bahas itu"

Kei mendongak, menatap Izal yang tersenyum padanya "istirahatlah, ku pikir kau lelah"

Dengan segera Kei menggeleng kuat. "Tidak, aku tak apa!"

"Aku hanya ingin cepat menyelesaikan ini, aku lelah" lanjutnya tertunduk

"Aku tahu, tapi kau tak bisa paksakan dirimu sendiri_"

"Tidak kak!" potong Kei "kita selesaikan secepatnya"

Menghela nafas, Izal mengangguk pasrah saja "baiklah"

"Kita ke Desa_" ucap Kei tergantung "_Sekarang!"

*****

Suasana Desa nampak ramai. Beberapa orang menyapa sepasang anak EHS yang berjalan di jalanan Desa. Keduanya membalas dengan tersenyum dan mengangguk kecil

"Jadi dari mana kita harus mencari?"

Menoleh, kembali Kei memandang sekelilingnya. Ia juga tak tahu harus mulai mencari dari mana. Ia bingung, namun harus. Secepatnya ia harus menemukan kedua orang tuanya.

Jika menurut cerita Heli, Raja dan Ratu kembali bersama tiga hari setelah peperangan. Itu artinya mereka sudah bersama sejak dulu. Dan tugasnya, kini harus menemukan mereka berdua.

Kei memandang kanan dan kiri secara bergantian dengan cepat. Sedangkan Izal memandang ia bingung "apa yang kau cari?"

"Di mana letak makam kerajaan" ucap Kei tanpa menoleh. Ia terus melangkah, memandang ke depan

"Untuk apa kita_"

"Jawab saja!" potong Kei cepat. Ia tahu waktunya masih lama, tapi ia benar-benar ingin menyelesaikan semua ini

"Emb, di ujung Desa belakang perbatasan utara_ku rasa" jawab Izal dengan ragu pada dua kata terakhir

"Kita ke sana!" sahut Kei cepat

Mereka berdua pun berjalan menuju perbatasan Utara.

"Kalian mau kemana?"

Satu pertanyaan muncul saat keduanya tepat berada di perbatasan Utara. Terlihat seorang kakek-kakek yang berjalan bungkuk saat keduanya melihat kebelakang

"Kami, mau ke makam_"

"Jangan kesana!" seru kakek itu memotong, ia menggeleng tegas dengan mata melotot "jangan!"

"Kenapa kek?" sahut Kei bingung "kami ingin berziarah ke sana"

"Tidak, jangan kesana" sahutnya "kalian akan celaka. Makam itu tak pernah di pakai sejak tujuh belas tahun lalu"

Kei dan Izal saling pandang. Kemudian sama-sama beralih pada Kakek itu kembali "tapi kek_"

"Aku hanya memperingatkan, jika kalian ingin ke sana jangan salahkan warga desa bila terjadi sesuatu pada kalian!" ucap kakek itu dan berlalu pergi

Kei dan Izal saling pandang kembali. Mereka pun mengangguk yakin dan meneruskan perjalanan.

Dengan cepat mereka berjalan dikarenakan hari semakin siang. Namun, satu hal mengganjal di sana. Mereka terus-terusan "berputar-putar huh?"

"Kita sudah tiga kali berputar-putar di sini Kei" sahut Izal dan Kei hanya memandang sekeliling

Di sekeliling mereka kini hanya ada pohon-pohon rindang, ada jalan setapak yang bercabang-cabang. Namun mereka sudah melewati cabang itu satu persatu, tapi tetap kembali pada tempat yang sama

"Kita lewat jalan lain" ucap Kei kembali berjalan. Ia pun memimpin jalan untuk saat ini.

Seperti sebelumnya, ia mengikuti instingnya. Insting yang pernah ia pakai saat ke hutan terlarang bersama sahabatnya. Berjalan tak tentu arah, keluar dari jalan setapak dan semakin banyak pohon-pohon rindang.

"Kei!"

Berhenti, Kei memandang sebuah bangunan tua di depannya. Bangunan itu cukup tua termakan usia, nampak sekali tak pernah di pakai ataupun di rawat. Dengan segera ia berjalan masuk ke dalam dan di susul dengan Izal.

"Ini tempatnya?" tanya Kei dan Izal mengangguk yakin.

Lorong bangunan itu cukup gelap. Perlahan keduanya memasuki bangunan itu. Namun, saat telah sampai semeter dari pintu. Tiba-tiba bangunan itu bergetar hebat.

Tbc

Huah, lama gak up.
Ini dah di up deh, kuy baca.
Jangan lupa vote nya ya...

Sampai jumpa di part selanjutnya...

Diamond Edge Where stories live. Discover now