BAB 18

1.1K 66 0
                                    


"Raka Calling,"

Dimas meraih ponsel, menatap ke arah layar persegi itu. Ternyata dari Raka, mereka memang sudah lama tidak bertemu. Dimas menggeser tombol hijau pada layar. Ia lalu meletakkan ponsel di telinga kirinya.

"Iya, halo," Dimas lalu duduk di sisi tempat tidur, handuk putih itu ia biarkan dipundaknya, sambil memandang ke arah jendela kamar.

"Kata dokter Anwar lo udah balik Jakarta," ucap Raka dari balik speaker ponselnya.

Salah satu alasan ia pulang ke Jakarta adalah dokter Anwar. Dokter Anwar adalah salah satu dokter senior yang dulu menjadi penutannya. Beliau mengatkaan bahwa jumlah penduduk Indonesia lebih dari 250 jiwa. Di Indonesia sendiri masih kekurangan tenaga medis. Bahkan penyakit jantung menjadi salah satu penyebab kematian terbesar. Dokter spesialis bedah jantung sendiri tidak lebih dari 100 orang. Karena minimnya SDM maka, banyaknya pasien mengalami menunggu antrian operasi dan akhirnya meninggal.

Ia tahu bahwa tenaga medis seperti dirinya sangat di perlukan, bahkan sudah ditunggu-tunggu. Beberapa tahun terakhir kematian penyakit jantung terus meningkat. Walau penyakit itu tidak menular tapi pergerakannya begitu signifikan. Karena beberapa faktor, gaya hidup yang tidak sehat, merokok, diet yang tidak sesuai aturan. Jika tidak cepat ditangani maka kulitas hidup semakin terancam.

"Iya udah, kemarin sih baliknya. Ini lagi di rumah,"

"Jadi lo ambil tawaran dokter Anwar?,"

Dimas memandang langit-langit plafon, "Iya gue ambil, nanti sore gue ketemu beliau katanya direktur rumah sakit mau ketemu gue,"

"Owh gitu, yaudah deh, sampai ketemu di rumah sakit,"

"Istri lo udah lahiran?," tanya Dimas, membuka topik pembicaraan.

"Udah, bulan kemarin,"

"Cewek atau cowok?,"

"Cowok,"

"Nanti malam lo enggak ada jadwal operasi kan,"

"Enggak lah,"

"Yaudah nanti malam gue ke rumah lo,"

"Oke,"

Dimas lalu mematikan sambungan telfonnya. Ia kembali memandang ke arah layar ponsel. Ia mencari kontak Mimin, ia lalu menghubungi wanita cantik itu. Dimas berjalan menuju lemari, sambil menunggu sang pemilik ponsel mengangkat panggilannya. Sedetik kemudian sambunganpun terangkat,

"Iya Dim,"

"Min, nanti malam kita ke rumah Raka ya,"

"Dokter Raka yang kerja di rumah sakit Puri Indah itu,"

"Iya,"

"Ngapain ke sana?,"

"Istrinya baru lahiran,"

"Owh gitu,"

"Iya, enggak enak kalau enggak datang. Masalahnya tahun kemarin gue enggak datang kepernikahan dia. Lo kan tau sendiri gue dulu di Singapore," Dimas menegakkan punggungnya, berjalan menuju lemari.

"Raka temen seperjuangan gue waktu koas di RSCM, jadi lo temenin gue ya,"

"Iya deh," ucap Mimin pada akhirnya.

"Nanti sore gue jemput lo,"

"Iya,"

"Lo lagi apa sih?," tanya Mimin.

PASANGAN YANG TERTUKAR (SELESAI)Where stories live. Discover now