BAB 21

1.1K 64 0
                                    


"Nama kamu siapa?,"

"Dimas Prasetyo,"

"Umur,"

"33 tahun,"

"Tinggal dimana?,"

"Puri Indah, lebih tepatnya perumahan Puri Kencana nomor 12, Jakarta Barat pak," ucap Dimas tenang, memandang laki-laki separuh baya berseragam coklat itu. Ia melihat nama Bambang Sadewo pada seragam itu.

"Pekerjaan?,"

Dimas lalu merogoh dompet di saku celananya, ia mengeluarkan e-KTP dan kartu identitasnya sebagai dokter spesialis dokter jantung di rumah sakit Elizabeth Singapore. Dimas lalu menyerahkan kartu identitas itu kepada beliau. Oke, ia belum mendapatkan kartu identitasnya di rumah sakit Puri Indah, karena ia belum masuk kerja di sana. Itulah satu-satunya identitas yang meyakinkan beliau, bahwa dirinya seorang dokter.

"Dokter spesialis bedah jantung dan pembuluh darah," ucap Dimas.

Polisi bernama Bambang itu memandang Dimas. Ia sulit percaya bahwa yang di introgasinya ini adalah seorang dokter spesialis. Ia lalu menatap kartu berwarna kuning itu.

"Jadi kamu dokter,"

"Iya pak,"

"Kartu profesi kamu dokter di rumah sakit Elizabeth Singapore, bukan di Indonesia,"

"Namanya juga baru pindah pak,"

"Jadi sekarang ...,"

"Saya kerja di rumah sakit Puri Indah dan peraktek di rumah sakit jantung Harapan Kita. Saya memang belum dapat kartu identitas dari dua rumah sakit itu, karena lusa saya baru mulai kerja," ucap Dimas mencoba menjelaskan.

Dimas teringat, ia lalu mengeluarkan kartu Ikatan Dokter Indonesia, "Kalau bapak tidak percaya ini, kartu ikatan dokter Indonesia saya,"

Dimas melirik Mimin yang hanya diam, bibirnya sudah manyun satu senti. Ia tidak tahu bahwa ia berhenti tepat di depan satu polsek Kebayoran Lama. Ia kepergok oleh salah satu polisi yang sedang berjaga di sana. Jadilah sekarang ia terdampar di sini.

"Wanita ini siapa kamu?," tanya beliau, sekarang ia mulai percaya bahwa laki-laki gagah itu adalah seorang dokter, melirik wanita yang hanya menunduk menahan malu.

"Calon istri saya pak,"

"Walau dia calon istri kamu, kamu itu sudah, bertindak asusila di depan umum, apa lagi di depan polsek,"

"Enggak sengaja pak, lagian kita hanya ciuman saja,"

"Kalian bisa kan tidak melakukan di depan umum," ucap polisi itu lagi.

"Iya pak, maaf,"

Polisi itu menarik nafas, ia menatap Dimas, "Kamu dokter kan,"

"Iya pak,"

"Bisa periksa kesehatan saya?, akhir akhir ini saya sering sesak nafas," ucap beliau.

Alis Dimas terangkat, introgasi ini kini berubah menjadi konsultasi kesehatan, "Boleh tau umur bapak berapa?," tanya Dimas, ia melirik Mimin hanya diam.

"Lima puluh tahun,"

"Awalnya sih hanya flu dan batuk kering aja. Saya sudah minum obat di apotek juga, sepertinya sekarang tambah sesak nafas. Batuk dan flu saya juga masih belum sembuh,"

Dimas mengangguk paham, ia melirik Mimin memastikan Mimin baik-baik saja. Ia memperhatikan kuku beliau, sedikit membiru. Ah ia lupa membawa perlengkapan medisnya di rumah. Ia lalu memeriksa denyut nadi beliau.

PASANGAN YANG TERTUKAR (SELESAI)Where stories live. Discover now