Aku Mau Adik

1.2K 129 39
                                    

Waktu menunjukkan pukul 12 siang saat suara dering bel menggema ke seluruh penjuru sekolah SDN1 Bojong Sedot . Hal itu menandakan bahwa pelajaran telah selesai dan saatnya untuk pulang.

Semua murid segera berhamburan keluar. Tak terkecuali kelas 2-A yang dihuni oleh Tenn selaku murid terpandai di kelasnya. Bocah agak suram itu berjalan seorang diri di antara lalu lalang penghuni sekolah berbasis tradisional itu, hingga sebuah suara yang imut-imut manjah menyapa indra pendengarnya.

"Aa Tenn!"

Tenn menoleh ke asal suara. Ah, itu Riku dan kedua saudaranya. Ketiga bocah itu terlihat berjalan menghampiri Tenn yang stay di tempat karena tu anak emang lagi mager buat nyamperin mereka.

"Pulang bareng kuy!" Ajak Riku dengan semangat. Meskipun umurnya dan Tenn itu sama, namun entah kenapa Riku suka aja panggil Tenn dengan sebutan Aa yang berarti Kakak dalam bahasa sunda.

"Apa gak apa-apa?" tanya Tenn ragu seraya melirik Sogo dan Tamaki.

"Gak apa-apa kok. Iya kan, Kak Sogo? Tamaki?" Riku menoleh dan menatap saudaranya satu-persatu.

Sogo mengangguk, "Iya, gak apa-apa. Daripada kamu pulang sendiri. Nanti diculik lho. Lagian, kata Ayah, sendiri itu nyesek." ucapnya bijak.

Lha, ketauan ajaran siapa inimah.

"Iya, Tenten, gak apa-apa. Kan di jalan nanti aku bisa minta jajanin sama kamu." ucap Tamaki tanpa malu. Emang ga punya malu sih ni anak.

Sogo menyikut Tamaki, namun sepertinya Sogo lupa jika tingkat kepekaan Tamaki itu sama seperti otaknya. Yakni nol besar.

Setelah melewati berbagai bertimbangan serta sebab dan akibat, akhirnya Tenn mengangguk setuju atas tawaran bocah yang agak mirip dengannya itu.

Keempat ekor anak itu pun berjalan menuju gerbang sekolah yang sudah mulai karatan layaknya hati om Gaku yang ga pernah dinotice sama tante Tsumugi di masalalu //ekhm

Setelah melewati lembah dan juga gurun, akhirnya mereka pun sampai di pertigaan yang menjadi alasan mereka harus berpisah karena rumah Tenn dan tri masketir itu emang terhalang oleh beberapa rumah yang menjadi daging dalam duri di hubungan mereka //eh

"Kita pisah di sini ya. Tapi kita harus yakin, dimana ada perpisahan, pasti ada pertemuan lagi." ucap Riku yang sesaat terlihat seperti Mario Tegar.

Tenn mengangguk dan membalas lambaian tangan tiga bersaudara itu. Sebenarnya hanya dua, sebab Tamaki udah ngacir duluan karena liat tukang bihun gulung yang lagi mangkal di dekat pos ronda.

Bocah bermata kucing itu menurunkan tangan sebelum berbalik dan mulai berjalan menuju rumahnya.

Di setiap langkahnya, Tenn terus membayangkan alangkah senangnya jika ia memliki saudara. Tenn itu anak tunggal. Papih sama Mamihnya juga anak tunggal. Begitu juga Kakek dan Neneknya.

Tenn hanya merasa jika punya saudara itu menyenangkan. Seperti Riku, Sogo, dan juga Tamaki yang selalu bersama kemana pun mereka pergi. Tenn selalu berpikir, kalau dia punya saudara, pasti dia gak akan kesepian lagi.

Tiba-tiba anak berusia 7tahun itu berhenti berjalan saat sebuah pencerahan melintas di otaknya.

Oh, iya. Kenapa dia tidak minta adik sama Mamihnya saja ya? Ayahnya Riku kan pernah bilang waktu dia main ke rumah 3 bersaudara itu kalau Mamih sama Papihnya bisa bikin adik. Tenn bakalan minta Mamihnya bikin adik buat dia. Tapi bikinnya dari apa ya? Setau Tenn, Mamihnya belum pergi belanja lagi. Pasti isi kulkasnya gak banyak. Tapi gak apa-apa lah, yang penting bilang aja dulu kalo dia pengen dibikinin adik. Mamihnya kan baik, jadi pasti langsung dibikinin.

Tenn tersenyum senang, kemudian berlari kecil menuju rumahnya.

.
.

"Assalamu'alaikum~"

Tenn mengucap salam sebelum mengganti sepatunya dengan sandal rumah. Kaki-kaki kecil itu berjalan menghampiri sang Mamih yang lagi masak di dapur.

"Eh, jagoan Mamih udah pulang." ucap Tsumugi seraya berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Tenn, "Pulang sama siapa tadi?"

Tenn mencium tangan dan pipi sang Mamih sebelum menjawab, "Aku pulang sama Riku, Kak Sogo, dan Tamaki."

Tsumugi mengangguk mengerti. "Yaudah, kamu ganti baju dulu. Abis itu kita makan siang bareng."

"Papih mana?" Tenn bertanya karena ia tidak melihat warna abu-abu sejauh mata memandang.

"Papih kamu lagi di toko. Bentar lagi juga pulang buat makan siang." jawab Tsumugi seraya mengelus kepala Tenn dengan sayang.

Tenn mengangguk mengerti. Padahal dia gak peduli juga sih Papihnya ada di rumah apa nggak. Dia kan punya urusannya sama Mamihnya, bukan sama Papihnya yang nista itu. Jadi keberadaan Papihnya gak ngaruh sama sekali.

Tenn segera pergi ke kamarnya untuk ganti baju. Dan begitu ia kembali ke dapur, Papihnya udah duduk manis di meja makan sambil merhatiin Mamihnya yang lagi nyiapin makan siang.

Oke... Tenn tau kalo sebelum nikah, Papihnya ini emang bucin Mamihnya (Itu informasi yang Tenn dapet dari om Yamato selaku sahabat seperjonesan sang Papih ternista). Tapi dia gak nyangka, sampe udah nikah pun Papihnya tetep aja ngebucin.

Satu kata. Memalukan

Setelah makanan siap, keluarga kecil dan bahagia itu pun segera makan dengan tangan dan mulut mereka //yaiyalah

Di tengah hikmat-nya menyantap rezeki dari Tuhan, Tenn membuka suara untuk menyampaikan hajat dan keinginannya.

"Mamih, aku mau punya adik."

Brush

Hujan lokal menerpa wajah ganteng sang kepala keluarga begitu mendengar 5 kata itu. Tsumugi selaku sang pelaku penyemburan hanya bisa meringis dan meminta maaf seraya mengelap wajah ganteng sang suami yang menjadi korban dari keterkejoedannya.

"K-kamu ini ngomong apa, Tenn?" tanya Tsumugi gugup disertai wajahnya yang memerah. Gaku yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis.

Manis.

Tsumugi yang manis, bukan Gakunya.

"Aku bilang, aku mau adik. Bikinin aku adik, Mih." pinta Tenn lagi.

Tsumugi tidak bisa berkata-kata. Mukanya pun udah merah banget kayak tomat busuk. Gaku yang mengerti keadaan pun angkat bicara.

"Kamu mau adik?" tanya Gaku pada anaknya.

Tenn mengangguk mengiyakan.

"Kalo kamu mau punya adik, kamu jangan gangguin Papih sama Mamih kalo lagi berduaan."

"Kenapa?"

"Karena kalo laki-laki sama perempuan berduaan, yang ketiganya itu setan. Kamu mau jadi setan?"

Tenn langsung natap Gaku datar.

Apaan sih? Gajelas banged

"Kenapa Papih ikut campur? Aku kan mintanya sama Mamih." balas Tenn sengit.

"Mamih kamu ga bisa bikin adik sendiri lah."

"Yaudah, aku yang bantuin. Biar aku sama Mamih yang bikin adik."

Njir ...

"Ya gaboleh lah. Emangnya kamu mau jadi sangkuriang?"

"Aku cuma mau jadi Kakak."

Perdebatan antara Ayah dan anak itu pun terus berlanjut hingga maut memisahkan.

Gak deng, cuma sampe suara gedebuk karena tubuh Tsumugi yang ambruk di lantai yang dingin aja.

Doi pingsan cuk ....

Tetangga Masa KiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang