Bagi Raport

908 111 17
                                    

Entah untuk ke berapa kalinya bapak dua anak itu menguap menahan kantuk. Wajar sih ya, karena duda keren itu lagi dengerin pidato seorang kepala sekolah di tempat kedua anak imutnya menuntut ilmu.

Hari ini adalah hari pembagian raport di SDN Bojong Sedot, alhasil para orangtua atau wali murid wajib datang ke sekolah untuk menerima raport anak-anak mereka. Tapi plis deh, ini orang udah dua jam lebih ngebacod ini itu. Mulai dari anak-anak muridnya sampe terror ular kobra yang lagi viral di beberapa kota. Kan gak nyambung banged.

"... Sekian sambutan dari saya. Sekarang mari kita langsung ke sesi pembagian raport."

Semuanya menghela napas lega begitu pidato gak penting itu akhirnya selesai, termasuk wali kelas yang daritadi nangkring di sebelah kepala sekolah yang 11-12 mirip sama tokoh antagonis di sinetron pintu berkah yang tayang setiap hari jam 7pagi di saluran ikan terbang.

Sebelum sesi pembagian raport dimulai, guru perempuan bernama lengkap bukan Tsubasa Ozora itu menyebutkan peringkat tiga besar di kelas 1-B tersebut.

"Peringkat satu diraih oleh Yuzuki Cahya Purnama."

Suara tepuk tangan terdengar. Goshi selaku bapaknya Yuzuki tersenyum bangga begitu tau anaknya dapet peringkat satu.

Buah jatuh emang gak jauh dari pohonnya. Batin Goshi sombong sama ngibul. Karena fuckta nya waktu sekolah dulu dia gak pernah dapet rangking. Wong dia kebanyakan bolosnya kok. Naik kelas juga udah alhamdulillah.

"Kalo Haruhi peringkat berapa, Bu?" tanya Goshi kepo sama prestasi anaknya yang satu lagi.

"Haruhi Cahya Gerhana ya?"

Goshi menangguk membenarkan. Bu Guru terlihat memeriksa kertas di tangannya sebelum berkata.

"Haruhi Peringkat Dua... "

Goshi kembali tersenyum dan...

"... Dari belakang."

... Senyumnya runtuh saat itu juga. "Hah?"

"Iya. Haruhi peringkat dua dari belakang. Itu artinya dia peringkat 32."

Ambayar sudah hati Goshi begitu menerima kenyataan tak indah tersebut. Mungkin salah dia ngasih nama Haruhi pake unsur Gerhana nya gitu, makanya masa depan tuh anak jadi suram kayak namanya.

"Yang sabar, Bro. Buah jatuh emang gak jauh dari pohonnya."

Goshi mendelik sinis pada makhluk hijau yang duduk di sampingnya. Yamato terlihat menahan tawa tanpa menghiraukan tatapan maut bos galon tersebut dan memilih mengangkat tangannya.

"Kalo Tamaki rangking berapa, Bu?" tanya Yamato ikutan kepo.

"Tamaki rangking 33."

Yamato seketika membeku mendengar kenyataan pahit itu.

Hmmm, sudah kuduga. Harusnya gak usah nanya. Batin Yamato myrys

Kali ini Goshi yang nahan tawa. Tangannya nepuk pundak Yamato lumayan keras seraya berkata, "Yang sabar, Bro. Buah jatuh emang gak jauh dari pohonnya."

"Kampret."

Entah buat siapa kata itu. Buat Goshi, Tamaki, atau mungkin buat Yamato sendiri.

Kan, buah jatuh gak jauh dari pohonnya.

.
.
.
.
.

Omake

Mitsuki dan Iori yang baru selesai ngambil raport Sogo sama Riku mengernyit begitu liat Yamato lagi rebahan pas mereka sampe rumah.

"Kapan pulang?" tanya Mitsuki.

"Tadi." jawab Yamato lemes kek ayam kena flu burung.

"Oh, iya. Tamaki ranking berapa? Sogo ranking 2 dong." Mitsuki tersenyum bangga.

"Riku ranking 3." timpal Iori yang emang dapet tugas buat ngambil raport ponakannya yang ucul itu selagi Kakak dan Kakak iparnya ngambil raport Sogo sama Tamaki.

"Tamaki ranking 1." jawab Yamato males.

"Wahhh, hebat banget." Mitsuki berdecak kagum.

"Hebat dari mananya? Orang dia ranking satu dari belakang."

"Hah?"

"Sudah kuduga."

Sementara itu....

"Haruhi, lu sekolah belajar apaan sih? Kok bisa ranking 32 gitu? Lihat tuh Yuzuki, dia ranking 1." Goshi mulai nyap-nyap begitu ia dan kedua anaknya sampai di rumah.

"Abah, plis deh. Jangan pernah banding bandingin aku sama Yuzu. Aku adalah aku, bukan dia, ataupun mereka." jawab Haruhi sok dramatis. Kebanyakan nonton sinetron kayaknya nih anak. "Lagian, ini juga salah Abah kok."

"Lha? Kok gue?" tanya Goshi bingung dan terheran-heran.

"Yaiyalah, itu karena Abah selalu bilang aku ini bego. Ucapan itu kan adalah doa, harusnya Abah bilang aku pinter biar aku pinter beneran walaupun gak pernah belajar."

Goshi cuman bisa mangap mendengar jawaban cerdas anaknya itu. Keseringan main sama Tamaki nih pasti, makanya Haruhi jadi pinter ngeles kayak gini.

Tamaki yang lagi main gundu di pekarangan rumah orang pun bersin saat itu juga.

"Kamu kenapa, Tamaki?" tanya Haruka selaku teman sekelas Tamaki, Yuzuki, Haruhi dan juga anak Minami.

"Kayaknya ada yang ngomongin aku deh."

Tetangga Masa KiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang