17. After Meet You

960 102 67
                                    

Now playing : AKMU - How Can I Love The Heartbreak, You're The One I Love❤

Addara menutup mulutnya saat mendengar suara indah seorang pemuda dari arah ruangan anak, gadis itu berbalik menyandarkan tubuh di tembok yang memisahkannya dengan taman.

Suara petikan gitar disertai nyanyian merdu itu masih terdengar disana, membius beberapa pasien juga ikut bernyanyi bersama si pemuda.

Sakit sekali. Rasanya sakit sekali saat bisa mendengar suaranya tanpa bisa mendekat apalagi memeluknya.

Addara hanya bisa terisak tanpa suara dibalik dinding. Rasanya begitu senang mendengar nyanyian lembut itu.
Senang mengetahui dia baik baik saja, senang mendengarnya masih bisa tertawa dan berbincang riang disana.

Suara husky itu, suara yang selama ini membuatnya tenang dan merasa aman. Ketika seluruh dunia menolaknya, hanya suara itu yang terus mengucapkan jika semuanya akan baik baik baik saja. Addara ingin sekali menghampiri si pemuda. Namun sekali lagi Ia tidak bisa.

Gadis itu sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk membuang semuanya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sekelebat bayangan itu mengganggunya ditengah petikan gitar. Membuat pemuda jangkung itu spontan mengarahkan pandangannya pada seorang gadis yang barusaja berlalu darisana.

Meskipun tidak terlalu jelas namun Ia yakin sekali jika apa yang dilihatnya bukan sebuah halusinasi seperti mimpinya.

Bukan.

Yang tadi itu terlalu nyata.

"Nayla"

Suara lirih Reva perlahan terdengar, bersamaan dengan matanya yang perlahan mengabur.

"Kakak.."

"Tadi bilang apa?

"Ada apa??"

Pemuda itu dengan cepat menoleh saat sebuah jemari kecil menyentuhnya pelan.

"A-ah enggak.. enggak Lala. Kakak hanya seperti melihat seseorang"

Gadis berkucir dua disamping Reva itu tersenyum "Jadi kakak ngelamun lagi?"

Reva tersenyum canggung, benar juga.
Ia pasti kembali melamun memikirkan gadis itu. Atau mungkin kembali merindukannya seperti biasa.

Entahlah.. sudah satu bulan berlalu sejak kepergian Nayla. Sudah satu bulan sejak dunianya hancur tanpa sisa.

Ia pernah bilangkan jika gadis itu adalah nafasnya? Dan itu memang benar. Reva benar benar nyaris mati bersama hatinya saat itu juga, jika saja kakaknya tidak kembali.

Iya. Reva punya kakak, namun pemuda itu tinggal jauh darinya. Dan memilih mengejar pendidikannya sebagai dokter. Itulah sebabnya tanggung jawab perusahaan sepenuhnya dibebankan padanya. Menyebabkan masa muda Reva nyaris tanpa warna karena sang ayah selalu menuntutnya jadi yang terbaik.

Sejujurnya Reva benci dengan Raynald.
Ia benci bagaimana kakaknya itu meninggalkannya seorang diri dirumah. Membuatnya hidup seperti robot.

Ia benci sang kakak yang membebankan seluruh haknya. Tanpa tau juga Reva  punya mimpi lain, bukan hidup menjadi boneka sang ayah.










StayWhere stories live. Discover now