hmmm

3.9K 295 73
                                    

Semoga kalian suka, soalnya ini nulisnya aku paksain dan langsung dikirim gak aku baca ulang.

Happy reading.

Pagi ini gak tahu kenopo aku bisa bangun di pelukannya Mas Vino. Seneng sih, apalagi tadi Mas Vino sempat gerayangin muka Juleha, yang paling parah saat hidung Juleha di pencet, terus di tarik keras, jadinya napas Juleha sesek kayak orang mau sakaratul maut. Untung aja Mas Vino langsung melek jadinya Juleha gak jadi mati, hehehe.

Masa baru jadi pengantin udah koit aja. Kalau sampai ramai dibuat berita kan bisa viral.

'seorang istri mati bengek, gara-gara dipeluk suami'

"Juleha, nanti kamu bisa tolongin Mama?"

Saat ini Juleha memang sudah merubah panggilan buat Mama nya Mas Vino, gak bilang Ibuk lagi, karena kata Mama, aku yang sekarang jadi mantunya berarti sudah kayak anak sendiri.

Aku gak pernah menyangka kalau Mama nya Mas Vino bisa nerima aku dengan baik, padahal aku iki cewek ndeso, katrok, dan gak cantik pula, tapi beliau bisa nerima aku apa adanya. Ya... Walaupun sikap Mas Vino masih saja sinis, tapi aku percaya suatu saat nanti Mas Vino bakal tresno karo Juleha.

Soalnya pepatah di desaku mengatakan 'Tresno jalaran songko kulino' jadi kalau aku biasa meperin Mas Vino, pasti bakal luluh juga. Orang batu aja kena hujan bisa berlubang, apalagi hati manusia.

"Tolongin nopo, Ma?"

"Kamu nanti temenin Vino belanja kebutuhan rumah ya, tadi Vino udah Mama kasih tahu."

Mendengar itu hati Juleha jadi lompat-lompat. Seneng rasanya bakal keluar karo Mas Vino. Tapi... Mengingat sikapnya Mas Vino, kayaknya dia gak bakal seneng. Mending sama Bik Minah saja, tapi ndak enak juga sama Mama kalau nolak.

Melihat ekspresi wajahku yang kebingungan, Mama kembali bersuara.

"Bik Minah lagi sakit, Juleha. Katanya masuk angin, gara-gara kemaleman nonton drama korengan."

"Lho? Bik Minah sakit, Ma?" Tanya ku khawatir.

Sedangkan Mama hanya menjawab dengan anggukan saja.

"Ya wes, nanti Juleha biar berangkat sama Mas Vino aja, Ma."

Aku tersenyum, dibalas dengan senyum lega dari Mama.

Setelah ngobrol perihal belanja sama Mama, aku segera pergi kekamar Bik Minah. Mau melihat bagaimana kondisinya.

Disana Bik Minah ternyata lagi menggigil kedinginan, dengan tubuh yang terbungkus selimut. Pantas saja tadi pagi gak ikut masak didapur.

"Bik Minah kenapa?"

Bik Minah menoleh dan sedikit terkejut melihat ku duduk disampingnya.

"Eh, Non? Ngapain di kamar Bibi? Ada yang perlu di bantu?"

Aku menggeleng "Bik, minah udah sarapan?"

"Belum, Non. Kenapa?"

"Aku bikinin bubur ya, Bik."

"Eh, jangan, Non. Nggak usah--"

"Nggak apa-apa, Bik. Bibik kan belum sarapan." Aku memaksa, mencoba menghilangkan rasa sungkan Bik Minah.

"Tadi Nyonya juga udah nyuruh makan, Non. Tapi Bibik belum selera, jadi nanti aja, Non."

"Jangan, Bik. Orang sakit itu harus dipaksa makan, biar cepat sembuh. Pokoknya Bibik tenang aja, biar Juleha yang buatin bubur."

Tanpa menunggu jawaban dari Bik Minah aku segera menuju dapur.

Setelah 15 menit berkutad didapur aku segera kembali menemui Buk Minah, dan membantu menyuapinya makan bubur, habis itu mengambilkan obat untuk diminum.

Istri Dokter Somvlak (Lengkapnya di GoodNovel)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant