Beli Es

223 22 7
                                    

    Samatoki menendang-nendangi setiap kerikil yang ada dihadapannya. Masih kesal karena antek-anteknya dan.. entahlah. Ia tak tahu apa yang membuatnya kesal. Sambil berjalan, ia terus menggerutu hingga tanpa sadar, ia sudah sampai di Ikebukuro.

SET DAH, GERCEP AMATー

LAGIAN YA, KOK BISA NTU KAKI JALAN KE IKEBUKURO?!

APA MUNGKIN KAKI SAMATOKI TELAH MERINDUKAN ICHIRO?!

//g

   Ketika Samatoki berhenti melangkah, ia mengedarkan pandangannya. Seketika ia tepok jidat mengetahui kakinya yang malah membimbingnya menuju Ikebukuro. Tapi karena udah terlanjur, ya sudahlahー

Ia kembali menoleh ke kanan dan kiri, akhirnya ia menemukan dua orang penjual es yang sangat dikenal Samatoki. Samatoki menyeringai dan mendekati mereka.

"Huh! Udah gak ada duit, jadi jualan es nih?" Tanya Samatoki sambil menunjukkan senyum percaya diri sekaligus senyum meremehkan orang lain di wajahnya.

"Iya! Kenapa? Gak boleh? Yang penting kan halal! Emangnya elu, kerjaan kok ilegal? Jadi buronan polisi baru tau rasa." Kata Saburo.

"Ho, gak mungkin. Aksi gw tuh terlalu rapi. Gak akan ninggalin jejak ataupun bukti sekecil apapun."

"Mudah-mudahan suatu hari si Tokek ini jadi buronan polisi ya Allah, aamiin." Kata Jiro. Saburo pun ikut mengamini.

"BOCAH-BOCAH SYALANDー"

"Udahlah, bacot. Lu mau ngapain? Ngajak battle? But i'm sorry ya, gw ga mau nyelakain orang lain. Kalo mau battle, nyari lapangan luas dulu. Lagian, esnya belom abis. Gue gak mau ngecewain Ichi-nii."

"Idih, su'udzon mulu. Ga boleh gitu woy. Orang gw kesini mau beli es sih."

"...Tok? Yokohama jadi miskin kah?" Tanya Jiro.

"Sembarangan kalo ngomong! Mana mungkin kota yang menjadi kekuasaan gue miskin? Yang ada sejahtera woy!"

"Ya gimana gue gak mau nanya gitu? Masa lu jauh jauh ke Ikebukuro cuma buat beli es seakan-akan di Yokohama udah gak ada lagi yang jualan es?" -Jiro

"Betul tuh. Atau lu mau ketemu Ichi-nii? Ga boleh. Ga gue ijinin." -Saburo

"BUKAN AELAH! GUA JUGA KAGA TAU! TADI GUE TUH JALAN TANPA ARAH DAN TANPA GUE SADARI, GUE UDAH ADA DI IKEBUKURO! UDEH IH, BACOT! AUS NIH GUE! GUE BORONG DAH! TINGGAL SISA ES TEH MANIS JUGA KAN?" -Samatoki

"Iy." -Saburo

    Akhirnya Samatoki ngeborong es teh manisnya. Ada sekitar 30 bungkus es teh manis yang tersisa dan semuanya di borong Samatoki. Samatoki pun nelpon si antek-antek baru itu, "Woy anak bebek baru! Cepetan ke jalan xxx di Ikebukuro! GPL (ga pake lama) ya! Tepat 7 menit setelah ini harus udah dateng!"

"Etdah.. kejem bener lu Tok. 7 menit doang? Terlalu bentar!" Kata Jiro mengomentari.

"Ya suka suka gue lah! Anak buah gue juga."

     Entah gimana caranya, tapi ini bener-bener nyaris. Soalnya di menit keenam detik ke 59, si antek-antek baru dah dateng.

"Ada perlu apa bos muda?" Tanya si antek-antek yang baru turun dari motor gedenya. Samatoki mengambil seplastik besar berisi 29 bungkus es teh manis, lalu ia berikan pada antek-anteknya itu.

"Nih, bawa pulang ke markas gih. Bagi-bagiin. Terserah mau buat siapa aja. Kalo lebih, jangan dibuang. Kasih aja ke orang yang lewat. Tapi jangan lu yang ngasih. Warga auto curiga nantinya. Mending Jyuto aja yang ngasih."

"Baik bos muda. Kalau begitu saya pamit kembali ke markas."

   Si antek-antek menaiki moge nya dan segera melesat kembali menuju Yokohama. Sedangkan Samatoki membalikkan tubuhnya kemudian menemukan sepasang kakak adik itu menatap dirinya heran.

ReBoot!!Where stories live. Discover now