Aku Dan Amarahku Yang Bodoh

357 15 2
                                    

"Ahhh...", aku menggeliat, seperti biasa aku terbangun di atas tanah pasir di sudut pasar. Aku memang tidak bisa melihat, tapi aku bisa merasakan dan tahu isi hati setiap orang yang dekat denganku. Amarahku hari ini sama seperti biasanya, setiap ada orang yang mendekatiku, aku mengingatkan pada mereka, jangan sekali kali mendekati orang itu, karena dia adalah pembohong besar, seorang manipulator, jika mendekati orang itu pasti akan terpengaruh oleh bualan tidak bergunanya.

Pada saat ada orang yang mendekatiku, aku kira dia akan memberikan uang padaku, namun ia malah menyuapiku, dari cara ia memberikan suapan, terasa kalau dia adalah orang yang baik dan penuh perhatian. Seperti biasa, aku memberitahu orang ini, jangan sampai dekat dengan orang itu, berbeda dengan caraku memberitahu kepada orang lain, aku memberitahunya dengan penuh amarah, karena aku tidak ingin dia terpengaruh dengan bualan orang itu, tapi dia tidak menyampaikan sepatah katapun.

Keesokan harinya dia datang kembali dan seperti biasa dia menyuapiku dengan penuh perhatian, dan seperti biasa juga aku menyampaikan hal itu dengan penuh amarah. Hari demi hari orang yang datang itu menyuapiku makan dengan penuh perhatian.

Hari ini sudah menjelang siang, tapi orang yang biasa menyuapiku masih belum datang, aku bingung, kemana perginya orang itu, "Apa dia sudah bosan?", pikirku. Hari inipun berakhir, dan terasa hambar karena orang itu tidak datang untuk sekedar menyapaku atau menyuapiku seperti biasanya. Harapanku malam ini semoga besok ia datang untuk setidaknya menyapaku.

Mataharipun terbit, dan aku terbangun, sambil menunggu orang yang biasa datang, aku kembali menyuarakan amarahku kepada setiap orang yang mendekatiku. Lalu ada orang yang mendekatiku, lalu duduk di sampingku, dan dia menyuapiku. Pada saat menyuapiku, caranya menyuapiku, terasa beda dengan orang yang biasa datang kesini. "Ahh, mungkin perasaanku saja", pikirku, lalu aku seperti biasa membicarakan hal itu kepada orang ini, dengan rasa amarah yang sama. Pada saat aku selesai berbicara seperti itu, ia berhenti menyuapiku, lalu aku bertanya, "Kenapa nak?", tidak seperti biasanya, ia menjawab pertanyaanku, dan jawaban tsb. membuatku menangis sejadi-jadinya.

My Riddles StoryWhere stories live. Discover now