Nur terbangun ketika subuh memanggil, ia masih belum mengerti, apakah itu mimpi, atau benar-benar terjadi, yang ia tahu, ia harus menjalankan tugasnya, sebagai seorang muslimah yang taat, ia, tidak boleh meninggalkan sholat.
Nur, hanya meyakinkan dirinya, tidak akan bercerita-
bahkan, kepada 2 sahabatnya, atas apa yang barusaja menimpanya.
pagi hari, pak Prabu mengumpulkan semua anak. mengatakan bahwa hari ini, ia akan memperkenalkan keseluruhan desa, dan mana saja yang bisa di jadikan proker untuk mereka kerjakan sesuai kesepakatan per'anak.
pak Prabu menjelaskan sembari berjalan, sementara anak-anak mengikutinya
tidak ada yang menarik dari penjelasan pak Prabu tentang desa itu, bahkan pak Prabu terkesan menyembunyikan sejarah desa itu, membuat Nur semakin curiga, selain hal-hal umum, hanya Wahyu, kating'nya yang selalu menimpali ucapak pak Prabu dengan candaan, membuat tawa'nya pecah
semua terasa alami, seperti KKN yang Nur bayangkan, sampai, mereka berhenti di sebuah tempat yang membuat Nur tidak nyaman. sebuah pemakaman, di sampingnya, banyak pohon beringin besar.
selain itu, pemandangan pemakaman itu, juga terkesan sangat aneh.
setiap patek (batu nisan) ditutupi dengan kain hitam, membuat Nur, atau semua orang, merasa penasaran, apa alasanya?
namun Nur, merasakan angin dingin, seperti mengelilinginya, ia tahu, ada yang tidak beres dengan tempat ini. seakan-akan, tempat ini, sudah menolaknya.
ada satu hal yang membuat Nur semakin curiga kepada pak Prabu, dimana tiba-tiba, ia terpicu oleh kalimat Wahyu, kemudian beliau melontarkan ucapan bernada mengancam, seakan-akan, pak Prabu menjaga sesuatu yang sakral namun mengancam. apa yang pak Prabu sebenarnya sembunyikan?!
untungnya, Bima langsung menengahi insiden itu, membuat pak Prabu kembali menjadi pak Prabu yang sebelumnya.
namun, Nur, seakan tahu, ia tidak sanggup lagi mengikuti kegiatan keliling desa ini, maka ia, ijin pamit untuk kembali ke penginapan, untungnya, pak Prabu mengijinkanya.
Bima, menawarkan diri untuk mengantar Nur, dan pak Prabu sekali lagi, mengijikan.
semua anak melanjutkan tour mereka bersama pak Prabu, sementara Nur dan Bima, berjalan kembali ke area rumah tempat mereka menginap.
"onok opo Nur? setan maneh?" (ada apa Nur? ada hantu lagi?)
dari semua anak, memang tidak ada yang lebih mengenal Nur daripada si Bima, temanya bahkan saat mondok dulu.
Nur hanya tersenyum kecut, menjawabnya seadanya, bila mungkin kesehatanya sudah menurun, namun Bima tahu, Nur berbohong.
"nang kuburan mau, rame ya" (di pemakaman-)
(-tadi, rame ya)
ucapan Bima tidak di gubris sama sekali dengan Nur, sehingga Bima akhirnya menyerah, di tengah perjalanan pulang itu, tiba-tiba Bima menanyakan sesuatu yang membuat Nur menaruh curiga pada Bima.
"Nur, aku takok. Widya wes nduwe pacar rung?"
(Nur, Widya itu sudah punya pacar apa belum sih?)

YOU ARE READING
KKN DI DESA PENARI (Versi Nur)
HorrorCerita ini adalah cerita yang pernah gw tulis, namun dari sudut pandang berbeda, kali ini, penulis sudah mendapatkan ijin dari yang punya cerita, sehingga penulis bisa mengeksplore semua teka-teki yang sebelumnya tidak terjawab di versi lain cerita...