29. AYAHKU

115 10 0
                                    

Menurut ibu, aku ini anak kesayangan ayah. Waktu aku kecil, ayah selalu menimangku. Dia nggak pernah bosan bermain bersamaku saat di rumah. Ayah selalu memuji senyumku. Menurutnya, aku anak lelaki tertampan yang pernah dia temui.

Aku sangat menyayangi ayah, meski kini aku nggak pernah lagi bermain dengan ayah. Namun, aku yakin, cinta ayah padaku nggak pernah berubah sedikitpun. Begitu pun dengan cintaku untuk ayah.

Ayahku seorang pilot di salah satu maskapai ternama. Dulu. Meskipun ayah sibuk, tapi dia nggak pernah absen menonton pertunjukanku di pekan ayah yang rutin diselenggarakan sekolah. Ayah selalu memuji penampilanku. Kalau aku gagal, dia akan menyemangatiku agar berusaha lebih baik lagi.

Namun, sekarang ayah nggak pernah datang ke pertunjukanku. Aku sedih dan kecewa pada ayah.

Suatu hari, aku protes pada ibu soal ayah yang nggak pernah menemaniku bermain lagi, soal ayah yang nggak pernah hadir di pertunjukanku lagi.
.
"Apa ada pekerjaan yang lebih sibuk dari pilot?" protesku pada ibu.

Dengan lembut ibu berkata, "ada. Jelas ada."
.
"Apa?" tanyaku yang masih terisak.
.
"Ayahmu lagi sibuk bantuin malaikat pencatat amal baik. Belakangan, banyak sekali manusia melakukan amal baik. Makanya, ayah nggak bisa nemenin kamu." Begitu jawab ibu.

"Terus, gimana caranya supaya ayah mau menemuiku?" tanyaku penuh harap.

"Lakukanlah banyak kebaikan. Ayah pasti bakal datang buat mencatat amal baikmu."
.
Sejak hari itu, aku selalu percaya, setiap kali aku berbuat baik, ayah akan tersenyum bangga sekaligus bahagia padaku. Aku bertekat akan membuat ayah sibuk mencatat amal baikku, sampai nggak punya waktu buat mencatat perbuatan baik orang lain. Aku rindu ayah.

KUMPULAN FLASH FICTIONSDonde viven las historias. Descúbrelo ahora