UNTOUCHED 1: Sekolah

11.5K 1.3K 97
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

Tujuh tahun kemudian. Lisa sudah berusia lima belas tahun, Jennie enam belas tahun, Jisoo delapan belas tahun, dan Yoona dua puluh tahun.

Seperti biasanya, sehabis makan malam mereka selalu menghabiskan waktu selama dua jam untuk menonton televisi di ruang tengah, beserta Lisa yang selalu berbaring di atas sofa berbantalkan kedua paha Jennie.

Mereka menonton seorang artis yang sangat populer dan terkenal saat ini.

Lisa menonton hingga tak berkedip, lantaran penyanyi itu memakai baju yang sangat ketat dan seksi. Memperlihatkan jenjang leher nya yang begitu mulus serta menggiurkan.

Saat fokus menonton, Lisa sibuk menghisap sekotak darah kemasan di tangannya sambil membayangkan jika saat ini Lisa sedang menggigit dan menghisap jenjang mulus leher wanita itu.

Jennie menunduk ke pangkuan, melihat adiknya itu tidak berkedip sejak tadi. Ia pun langsung menutup kedua mata Lisa dengan tangannya. Jisoo yang menyadari lantas keheranan.

"Mengapa kau tutup mata lisa?" Tanya Jisoo yang duduk tepat di sebelah Jennie.

"Dia masih kecil. Tidak pantas melihat penyanyi seseksi itu" Yoona tertawa pelan mendengar kalimatnya.

"Kau dan Lisa hanya beda satu tahun, Jendeuk" Sambung Jisoo

"Sudahlah, Biarkan saja, Soo-ya.." Sela Yoona.

Keadaan di sana pun kembali lengang, namun Jennie benar-benar tak mengizinkan Lisa untuk menyaksikan penyanyi seksi itu. Tangannya masih berada di kedua mata Lisa. Sampai Kedua orang tuanya datang lalu ikut duduk di atas sofa.

"Jisoo, kau tidak belajar? Jika nilaimu jelek, tidak akan ada universitas yang mau menerimamu" Kata Tuan Kim

"Aku hanya menonton sebentar, appa. Yasudah aku masuk ke kamar dulu" Jisoo segera beranjak pergi meninggalkan semua orang.

"Jennie, kenapa mata adikmu ditutup?" Tanya Nyonya Kim.

"Dia menonton Ruby, dan terus-menerus menatap jenjang lehernya eomma" Lisa mendongak, hendak membantah

"Tidak, eomma. Itu tidak benar. Aku hanya mengaguminya"

"Aku tahu isi pikiranmu, Lisa. Jangan berbohong" Jennie sedikit menegas, langsung membuat Lisa mengerucutkan bibirnya.

Sementara ibu mereka hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala. Setelah acara itu selesai Jennie menjauhkan tangannya dari kedua mata Lisa.

"Eomma, Lisa mau lagi" Ucap Lisa, meminta darah kemasan lagi.

"Tidak Lisa, cukup. Jatah mu hanya dua kotak setiap hari. Hari ini kau sudah minum sebanyak empat kotak"

"Kau tidak boleh minum darah kemasan terlalu banyak, Lisa" Jennie memperingati sambil mengusap kepala Lisa.

UNTOUCHED | VOL I [JENLISA] • SUDAH TERBITWhere stories live. Discover now