BAB 01 : COWOK GILA

1.9K 113 28
                                    

"WAH, konyol nih anak," Raynzal menaruh kedua tangannya di sisi pinggang. Ia menatap remeh ketua OSIS yang baru saja menantangnya sebelum akhirnya tarikan keras pada kerah seragam sang lawan ia lakukan begitu cepat, tanpa takut sedikitpun. "Tinggal kasih doang apa susahnya sih,"

Kantin sudah ramai, seluruh pasang mata sudah menatap kedua jagoan Cendrawasih itu. "Cepat, bodoh!" Kedua bola mata Raynzal membola. Tatapannya amat tajam.

"Buat apa emang lo minta nomor Rachel, hm?" Respons Akbar dengan nada dingin, diiringi dengan ekspresi malasnya menghadapi brandal satu ini. "Ada banyak cewek cantik di sekolah ini. Lo bisa deketin mereka semau lo, tapi nggak dengan sahabat gue," lalu ia melepas cengkeraman tangan Raynzal secara kasar.

Hal itu membuat preman sekolah ini semakin murka. Alhasil, lelaki itu langsung melempar satu pukulan keras pada pipi Akbar.

Dan dengan cepat, Raynzal langsung mengambil ponsel rivalnya yang tersimpan di saku baju.

Sangat mudah bagi seorang Raynzal mengambil alih benda tersebut.

"Siniin, nggak?" Akbar mendekat, berusaha mengambil ponselnya yang tidak memiliki password. Akan tetapi usahanya sia-sia lantaran Raynzal menahan pergerakannya dengan satu tangannya yang penuh urat sembari berlari menjauhi sang ketos agar dirinya dapat melancarkan aksinya.

"Sialan!" Akbar berteriak. Matanya menatap horor musuhnya yang nampaknya tidak peduli pada sekitar.

Lelaki itu menatap Raynzal dengan emosi yang sudah di ujung tanduk. Kedua tangannya terkepal kuat, hingga menimbulkan urat nadinya tercetak jelas oleh penglihatan. Sepertinya sebuah pukulan akan ia layangkan andai saja suara teriakan dari ujung kantin tidak terdengar menggelegar.

"AKBAR! RAYNZAL!"

Siapa lagi kalau bukan guru BK?

Membuat kedua pelaku utama yang sedari tadi bertengkar itu menatap sumber suara, sempat merasa tercengang oleh kehadiran guru tersebut yang terbilang tiba-tiba.

Tak lama dari itu, Raynzal mengembalikan ponsel Akbar dan tersenyum penuh kemenangan, "thanks,"

Setelahnya, si brandal langsung pergi meninggalkan tempat. Tak peduli pada teriakan yang lagi-lagi memanggil namanya tanpa kenal lelah.

"RAYNZAL MAU KE MANA KAMU?"

"KE RUANG BK SEKARANG!"

"RAYNZAL!"

Sedangkan Raynzal hanya melepas tawanya ke udara.

♡♡♡

AKBAR menatap sahabatnya lelah. Helaan nafasnya terdengar berulang kali, tanda dirinya benar-benar lelah sekali dengan kejadian yang baru saja menimpanya.

Kini dihadapannya ada Rachel yang sedang menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Kebetulan mereka sedang di ruang OSIS.

"Rachel takut di ganggu dia, Bar," si cantik menghusap wajahnya sebelum akhirnya menatap Akbar pasrah.

Akbar sendiri hanya diam. Otaknya sedang memikirkan berbagai macam hal. Salah satunya adalah mengenai apa yang harus ia lakukan sehabis ini agar Rachel bisa terhindar dari gangguan mahkluk halus alias Raynzal.

Tak ada respons apapun. Akhirnya Rachel berdecak kesal. "Maksud dia kayak gitu apa coba?"

Akbar menghusap tengkuknya sembari menyandarkan pundaknya. "Makanya sebenarnya aku rada nggak setuju pas kamu mutusin buat pindah ke sini," ujarnya dengan tatapan teduh. "Kalau udah gini, ya mau gimana lagi,"

"Udah pernah aku bilang, untuk jangan pernah sekolah di sini karena pasti kamu nggak akan bisa. Tapi kamunya nggak percaya. Jadi, sekarang terima aja risikonya,"

RAYNZAL ANGKASAWhere stories live. Discover now