BAB 33 : MENJATUHKAN DINA

289 38 0
                                    

KEDUA bola mata Rachel membola saat ia menyadari bahwa ada Raynzal disampingnya. Lelaki itu tertidur pulas dengan posisi memeluk tubuh Rachel. Apa-apaan ini? Bahkan Raynzal dalam keadaan telanjang dada. Buru-buru ia bangun dari posisinya dan menjauhi lelaki itu.

Rachel menepuk pipi Raynzal berulang kali. Jiwa negative thinking-nya mulai ambyar kemana-mana. Sementara itu, Raynzal sama sekali tidak bergerak. Ia nampak sangat pulas, bahkan mulutnya sedikit terbuka. Muak dengan keadaan ini, Rachel mendekati dispenser dan mengisi air ke dalam gelas.

Byurrrr!!

Rachel menyiram Raynzal sehingga kedua mata lelaki itu spontan terbuka. Kondisinya kini sudah basah.

“Arghh! Sial!” Raynzal bangun dari tidur dan menghusap wajahnya kasar.

Ada sedikit air yang masuk ke dalam hidungnya sehingga menimbulkan rasa sakit. Raynzal benar-benar tidak percaya dengan perlakuan Rachel. Dirinya langsung melempar tatapan tajam.

Satu hal yang perlu kalian tau, Raynzal tidak suka diganggu seperti ini.

"Kok bisa masuk?!" Rachel bahkan melempar tatapan yang tak kalah tajam dari Raynzal. "Kan udah Rachel kunci!"

"Kamu enggak macam-macam, ‘kan sama Rachel?!"

"Awas aja ya kalau sampai kamu macam-macam! Rachel enggak bakal mau maafin kamu,"

Raynzal melempar selimut yang membungkus setengah badannya ke sembarang arah. Ia bangkit dari duduknya. Detik itu juga Rachel langsung menutup kedua matanya lantaran tidak ingin melihat kondisi Raynzal yang tengah telanjang dada.

Rachel memang sensitif. Ia paling anti sama yang namanya disentuh oleh lelaki. Gadis ini tidak pernah mau didekati oleh siapapun.

Meskipun sebenarnya dia sudah sering disentuh oleh Raynzal dan hanya diam. Namun jauh dari perkiraan itu, sebetulnya Rachel jijik.

Huh, mungkin karena Rachel adalah gadis polos yang tidak pernah merasakan yang namanya disentuh oleh siapapun—terkecuali Oma. Maka sekalinya disentuh lelaki asing, ia akan merasa kaget dan terus kepikiran.

Sama halnya dengan melihat Raynzal yang tengah telanjang dada. Itu sungguh mengejutkan bagi Rachel.

Seumur-umur Rachel bersahabatan dengan Akbar, lelaki itu belum pernah tuh yang namanya telanjang dada.

Bagaimanapun juga, ini adalah bentuk pelecahan secara tidak langsung!

Dan Rachel tidak boleh membiarkan kejadian ini terjadi.

Raynzal mengambil handuk, lalu menatap Rachel. Untung sayang, kalau enggak udah dia maki-maki.

“Kenapa sih? Kayaknya kaget banget cuma ngelihat beginian doang,”

“Ihs! Sono pergi, nggak!”

Raynzal menghela napas seraya berkacak pinggang. “Kamu ganggu, aku enggak suka,”

“Dih, lagian siapa suruh masuk-masuk tanpa izin?!”

“Emang yang punya kamar siapa, hm?” Ragil mengangkat dagunya.

“Ya tapi, ‘kan... kamu enggak boleh sembarangan masuk...” Rachel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia sedikit salah tingkah.

Raynzal berdecak. “Cium juga nih lama-lama,” Rachel yang semula menunduk, kini mengangkat wajah Gadis itu langsung merasakan aura tidak mengenakkan.

Ia jadi gugup seketika. “Y—yaudah sono!”

Raynzal mengangkat sebelah alisnya. “Boleh cium nih?” Saat ini Rachel benar-benar berhasil dibuat gugup. Pada saat yang bersamaan, Raynzal berjalan mendekatinya.

RAYNZAL ANGKASANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ