12. Cakra yang Menyebalkan

2K 199 10
                                    

Up lagi, biar enak.

Jangan lupa tinggal kan jejak.
Sayang kalian semua❤


MB💞👸💞

.

.

.

.

.

Fatih menggeleng saat melihat penampilan Ana yang tampak sangat kacau. Wajahnya pucat, dengan lingkaran hitam yang nyata di bawah  matanya. Ya, sangat jelas terlihat bahwa Ana kelelahan dan kurang tidur. Fatih tahu, jika Ana akhir-akhir ini disibukkan dengan tugas kuliah serta merawat Cakra yang masih berada di rumah sakit. Meskipun semua itu adalah  kewajiban Ana, Fatih tak tega juga melihat kondisi Ana yang seperti ini.

“Istirahat saja dulu. Nanti kita ke rumah sakit bersama,” ucap Fatih saat melihat Ana meniti tangga. Angga menoleh dan mengangguk.

“Bangunkan Ana setengah jam sebelum berangkat ya Kak.”

“Memangnya kenapa?”

“Cakra ingin makan sayap bumbu kecap, Ana harus memasaknya sebelum pergi.”

Fatih mengangguk. Melihat itu, Ana segera naik untuk istirahat. Ana butuh tidur. Beberapa hari kebelakang, Ana dipaksa begadang untuk mengerjakan tugas dan menjaga Cakra. Tadi siang, Ana juga harus memecahkan banyak soal karena tiba-tiba ada kuis dadakan. Kepala Ana serasa akan pecah dengan semua soal itu. Sungguh, Ana merasa sangat lelah.

Ana masuk ke kamarnya. Ia menyempatkan diri untuk mandi, sebelum benar-benar merebahkan diri dan tidur. Sayangna niat Ana harus kembali urung saat dirinya mendengar ponselnya berbunyi, menandakan bahwa baru saja ada pesan yang masuk. Meskipun enggan, pada akhirnya Ana bangkit dan mengecek ponselnya. Kening Ana mengerut saat melihat pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

by: +62890765345123
17.07
Kenapa kau sangat suka memblokir nomorku?

17.09
Ah apa sekarang kausudah berubah pikiran?

17.10
Pasti kau berpikir Cakra bukan orang jahat, karena telah menolongmu dari kecelakaan maut itu bukan?

17.12
Jangan tertipu! Cakra itu penuh dengan tipu daya.

Ana menipiskan bibirnya. Ia memilih kembali memblokir nomor asing itu. Sekarang berarti sudah tiga kali Ana memblokir nomor yang digunakan oleh orang itu. Ana tidak mau dipusingkan, bahkan terhasut oleh perkataan orang itu. Besok, Ana akan membeli kartu perdana baru. Itu cara terakhir untuk menghentikan gangguan yang membuat Ana pusing sendiri. Setelah melemparkan ponselnya, Ana berbaring dan menarik selimut sebelum tidur dengan lelap.


***



“Ana, ayo bangun. Katanya kamu harus masak, untuk Cakra. Na, bangun!”

Ana membuka matanya yang terasa sepat. Ah rasnaya baru saja Ana tidur, dan sekarang sudah dibangunkan kembali. “Iya, Kak. Ana bangun.”

Fatih kemudian ke luar dari kamar Ana, setelah memastikan adiknya itu bangun. Ana sendiri segera mencuci wajah dan sikat gigi, sebelum turun dan memasak. Untung saja, sekarang Ana tidak pernah terlambat untuk mengisi persediaan bahan makanan di kulkas, jadi Ana tidak perlu repot untuk berbelanja terlebih dahulu. Ana dengan cekatan mulai membuat bumbu dan memasak sayap bumbu kecap yang Cakra inginkan. Ana bersyukur karena Cakra memintanya untuk memasak ini, karena masakan ini terbilang simpel dan Ana bisa membuatnya dengan mudah.

“Kak, Ana sudah selesai masak. Kakak mau makan sekarang?” tanya Ana sembari menyiapka lunch bag yang akan ia bawa untuk Cakra.

Fatih muncul di ambang pintu dapur dan menggeleng. “Simpan saja jatah Kakak di kulkas. Kakak baru saja dapat telepon. Kakak harus membantu proses transplantasi organ di rumah sakit lain. Tiga puluh menit lagi, operasi akan dimulai.”

Bhu & AkraWhere stories live. Discover now