Hancur

9 2 0
                                    

SABRINA POV

Dari kecil, aku adalah anak yang sulit bergaul. Aku bukan introvert, bukan anak pemalu, bukan juga anak nakal  yang membuatku jadi dijauhi sehingga tidak mempunyai teman. Aku hanya tidak bisa paham saja, kenapa mereka berlari, tertawa lepas dan melakukan hal-hal aneh. Aku selalu menganggap semua orang aneh. Dan juga satu alasan terpenting,

Aku memiliki kelemahan : Germaphobia

Kau tahu? germaphobia adalah sebuah syndrom dimana dirimu berimajinasi berlebihan tentang semua hal yang berkaitan dengan bakteri, yang membuat dirimu melihat semua hal selain dirimu  dan selain apa yang dimilikimu adalah sesuatu yang menjijikan. Membuatmu membangun sebuah dinding besar terhadap semua kegiatan sosial yang ada sangkut pautnya dengan makhluk hidup bahkan seluruh alam semesta.

Tersangka utama penyebabnya adalah ibuku. Ibuku seorang perfectsionis. Apapun  bakat yang ku tunjukan, ibuku tak pernah memujinya bahkan tanpa segan mencelanya, membuat aku selalu berusaha untuk menyempurnakannya. Jadilah aku orang yang multitalent namun memiliki segala keterbatasan.

Namun dari lubuk hatiku, aku sangat mencintainya.

Mengaguminya dengan sepenuh hati. Meskipun aku sadar, ada yang kurang dalam diriku-- cinta.

__________________________________________________________________________________

Author POV

Siang itu adalah pengumuman PPDB Online tingkat SMP. Sabrina tidak lolos masuk SMP Favorit nomor 1 di Provinsinya. Sabrina masuk pada SMP pilihan ketiga, atau unggulan nomor 5 di kotanya. Sabrina melihat raut kecewa pada wajah ibunya saat itu. Tatapan tajam ibunya dengan raut wajah meremehkan itu sangat mengiris hatinya, membuatnya menangis.

Seharian ia mengunci diri di kamar. Setengah harian ia tidak mau makan. Semua logo sekolah favorit yang bertebaran dan menempel di seluruh sudut kamar dan barang-barangnya pun ia pereteli satu-satu. Perih.

Sabrina merasa bahwa ia harus menerima kenyataan bahwa ia belum sepintar seperti yang sering dibanggakan orang-orang atau guru-gurunya.

Ia masih rendah, serendah ibunya menatapnya.

Waktu mos berlalu, begitu datar, begitu biasa saja. Sabrina bersekolah tanpa memikirkan apapun. membuat hari-hari di kehidupannya seperti hanya menunggu akhir.

Terlebih di saat pembagian kelas yang dilihat berdasarkan nilai UN, Sabrina tidak masuk kelas unggulan. Fikiran aneh menyerang dirinya bermacam-macam. Sekolah-pulang-sekolah-pulang, membuat hari-harinya seperti berakhir.

Untuk membuat dirinya tetap bertahan, ia mempersibuk dirinya dengan ekskul dan mendaftar sebagai anggota OSIS.

Ia jarang ada di kelas, jarang belajar, namun di akhir dua semester di kelas tujuh, ia masuk 5 besar rangking di kelasnya. bukan karena meremehkan pelajaran, apa yang ia lakukan adalah akibat dari kebimbangan hatinya.

Saat kenaikan kelas, dari lima besar di kelasnya, yang terpilih masuk menjadi kelas unggulan, hanya dia.

padahal ia hanya si rangking 5...

hal tersebut menjadi pertanyaan bagi semua orang bahkan yang mendapat rangking satu di kelasnya. Padahal ia tak memiliki kesepesialan apa-apa di tahun itu...

Padahal ia telah pasrah...

dan...

Padaha ia juga tak pernah tahu, lembaran suratan menuliskan takdirnya dengan sangat unik dan spesial...

Momen-momen tak terduga dengan masuk kelas unggulan menunggunya dimasa depan...

Dan ia hanya menyambutnyanya datar-datar saja.

Sedatar bongkahan es yang tersorot di matanya...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 20, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fact / Fake = Fuck !Where stories live. Discover now