Trust me, we're just friends

16.1K 3.6K 197
                                    

Tinggi Darren 185 cm. Sebetulnya dengan postur seperti itu di apartemen sementaranya seperti saat ini sudah cukup terlihat sesak. Bayangkan jika ada tambahan dua orang dengan tinggi tak jauh berbeda berada di dalam sana.

Darren ingin segera menendang mereka keluar satu-persatu. Terutama saat mereka berjejalan menguasai sofa sekaligus berebutan main PS.

Dia sudah mengusulkan untuk berkumpul di rumah Ardi saja, namun usul itu ditolak Aska mentah-mentah. Dia ingin bebas bermain tanpa direcoki keponakannya.

"Gak ada cemilan?" tanya Aska polos. Padahal dia sudah menghabiskan dua kantong besar keripik kentang, dua botol bir, belum lagi tambahan sayap ayam berbumbu mango habanero.

Darren menatap sinis sisa tulang belulang ayam di dekat Aska. "Gak, udah abis duluan sama loe!"

"Beli, D!" perintahnya lagi sementara matanya terfokus dengan layar televisi karena dia sedang dibantai habis oleh kakaknya.

Darren menoyor kepala Aska kesal saat dia melewatinya untuk mengambil ponsel. Dia ingin menghubungi Ara yang dia yakini masih berada di Moi's cafe.

Darren
Ra, masih di Moi's?

Pesannya dijawab tak lama kemudian.

Miss Ara
Masih, bentar lagi pulang, sih. Kenapa? Mau nitip?

Darren segera menuliskan pesanan kue, pastry dan juga kopi untuk para tamunya.

Miss Ara
Okay! Tapi tunggu 45 menit ya. Gak buru-buru, kan? Kalau mau cepet, aku minta tolong Pak Cecep aja.

Darren
Iya, gapapa. Thank you, Ra!

Dia yakin Aska dan Ardi tak akan mati jika harus menunggu makanan dalam jangka waktu selama itu.

Ternyata Ara bisa datang lebih cepat 10 menit dari waktu yang tadi dia janjikan. Darren membuka pintu, agak terkejut melihat Ara berdandan rapi karena biasanya bedak saja tak pernah dia pakai.

"Here!" Ara menunjukkan bungkusan di tangannya, tanpa permisi langsung masuk ke dalam apartemen Darren. "Tumbler-ku yang warna pink dangdut ketinggalan di sini gak, sih? ucapnya saat melangkah menuju dapur.

Minggu lalu mereka bersepeda saat car free day dan melanjutkan acara dengan nonton film lawas di tempat Darren. Ara yakin tumbler kesayangannya pasti tertinggal di sini.

"Di lemari," jawab Darren sambil mengekori Ara.

Dua makhluk yang sedang bermain PS, terdiam saat Ara masuk.

"Aska, kamu kan udah pernah ketemu." Darren menunjuk Aska yang hanya melambai singkat sambil tersenyum ke arah Ara, lalu berganti menunjuk Ardi. "Kakaknya Aska, Ardi."

Ardi berdiri, bersalaman sejenak sebelum kembali duduk.

Ara tersenyum ramah, namun, bergegas ke dapur, membuka lemari makan dan mengambil tumbler miliknya.

"Bill-nya," ucap Ara sambil menunjuk kantung pesanan Darren.

Darren segera mengecek jumlah tagihan agar bisa langsung transfer ke rekening Ara. "Aku cuma pesen kopi tiga. Ini bonus buat aku?" tanyanya saat memperhatikan empat cup kopi yang dibawa Ara.

"Nggak, aku minta satu," jawab Ara tanpa malu, memindahkan kopi bajakannya ke tumbler.

Darren hanya bisa menggelengkan kepala, pasrah. "Kamu mau pergi?" tanyanya penasaran.

"Iya, bachelorette party di BSD. Akhirnya resmi juga aku jadi satu-satunya jomblo di antara temen satu geng," jawab Ara ringan tanpa beban.

"Cabut dulu ya, D. Temenku udah rewel banget nyuruh aku buru-buru dateng. Dipikir jalanan punya bapak moyangnya apa? Kaga pake macet!

Miss AraWhere stories live. Discover now