bab 1

80 6 7
                                    

hai, aku Kanaya Dandelion Zeevanna, kalian bisa panggil aku Naya.

• • •

"malem Minggu gini ke taman yuk. Lagi g ada janji sama si Darel kan?" tanya Gevan di telfon.

"gaada si." jawabku.

"Yaudah lu siap-siap dulu, ntar gw jemput oke!"

"Siap bos!"

• • •

Malam ini taman diisi oleh banyak orang. Tampaknya semua kursi ataupun gazebo sudah penuh. Kami putuskan untuk duduk di barisan rumput sambil mengemil jajanan yang sempat aku beli tadi disertai selingan curhatan.

Seperti biasa, aku menceritakan bagaimana hubunganku dengan Darel, juga bagaimana hubungannya dan sosok perempuan yang dia sukai sejak lama, walaupun aku tidak tahu siapa perempuan itu.

hingga...

"Bintangnya cantik ya." ujarku.

"What for i say beautiful to something, that's clearly very far from me? Sedangkan ada seseorang yang jelas lebih cantik dari bintang-bintang itu, dan dia sedang bersamaku." tatapannya yang awalnya fokus terhadap langit penuh bintang, berubah tertuju kepadaku.

"Is that girl around here?" ia mengangguk. Ah sepertinya aku segera tau siapa yang berhasil membuat teman kecilku ini sabar menunggunya sangat lama.

"She is there, sitting with me. She is beautiful, and i love her."

"Hah? Bukannya cuma gw yang lagi sama lo, emangnya siapa lagi? Halu kali." kataku, sambil tertawa kecil.

"Nay, she's what i mean, is you." mendengar jawabannya, aku mengerutkan dahi terheran.

"Please, stop make a joke. Tell who that girl is!"

"THAT'S GIRL IS YOU NAY!" Gevan berteriak tegas.

Seketika aku terdiam kaku.

"I love you. Gw suka lu sejak lama, tapi pas gw tau lu suka sama Darel, bikin gw harus pikir dua kali buat nyatain ini ke lu," ucapnya lagi.

"And, i don't know what to do." mungkin ucapanku ini terdengar sangat lirih.

"Dan asal lu tau, gw paling sebel kalo lu udah cerita tentang Darel. I think, that's annoying!"

Tanpa kusadari, air mataku menetes. Mungkin mataku sudah tak kuat menahannya.

"I'm sorry," ia memelukku. Aku tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf sambil meneteskan air mata.

"Please, don't crying. Stop blame yourself. Ini bukan salahmu. Ini salahku yang terlalu meletakkan harap," bisiknya, tangannya tak pernah berhenti membelai kepalaku.

Setelah mulai tenang, aku kembali duduk. Ku lihat sekeliling sudah mulai sepi.

"Nay, listen to me. I know you really loving him. Lupain aja yang gw bilang tadi, dan lu bisa bahagia sama Darel lagi," ucapannya membuatku terharu.

"Kalo gw punya kesempatan buat milih lu ato Darel?"

"Whatever. But follow your heart. Pilih siapa yang bisa bikin lu bahagia, gw gabisa ngejamin kalo lu sama gw pasti bahagia." aku mengangguk.

"i need time for a while."

• • •

Aku diantar pulang oleh Gevan sampai ke rumah. Malam ini aku tidak bisa tidur, memikirkan siapa yang akan kupilih. Ku akui, aku mencintai keduanya.

Sosok Darel yang humoris, atau sosok Gevan yang cool. Keduanya adalah laki-laki yang begitu famous di sekolahku, juga keduanya selalu ada disaat aku butuh. Aku tidak mungkin memilih keduanya, itu akan lebih menyakitkan.

• • •

[ bersambung ]
jangan lupa kasi vote sama komennya ya.. Selamat bertemu Kanaya di bab selanjutnya! ^_^

YouWhere stories live. Discover now