Bagian Tiga Puluh Empat : Kebohongan yang Memilukan

419 24 9
                                    

"Siapa yang direhabilitasi?"

Sandra mengucapkannya dengan nada bergetar. "Vin ... jawab."

"Anu ... Non Sandra salah denger-"

"Salah di bagian mananya, Bi? Kalian bahkan belum bilang apa-apa."

Bi Lilis menundukkan kepalanya. Seharusnya dia tidak mengatakan itu.

"Gi, Bi Lilis bener. Lo salah-"

"Kalo gitu jawab!"

Tes.

Cairan bening itu benar-benar jatuh dari salah satu pelupuk mata Sandra.

"Gi ... "

Pegangan tangan Sandra terlepas saat itu juga. Cewek itu mengusap wajahnya kasar. Dia tertawa, namun dengan air mata yang mengaliri pipinya. Rahangnya mengeras, jelas sekali dia tengah menahan luapan emosi.

"Gio, dengerin gue-"

Sandra menepis tangan Kevin yang hendak menyentuhnya. "JELASIN SEMUANYA!"

Tiba-tiba Daffa berlari menghampiri mereka semua setelah mendengar teriakan Sandra. "Ada apa ini? San, kamu kenapa nangis?"

Daffa menghampiri Sandra yang tengah menangis di sana. "Vin, Sandra kenapa?"

Kevin membuang pandangannya. "Sorry, Daf."

"Kenapa minta maaf? Bi, sebenernya ada apa ini?" Daffa kini beralih menatap Bi Lilis yang menundukkan kepala.

"M-maaf, Mas."

"Kalian kenapa?" Daffa menatap Kevin dan Bi Lilis bergantian. Dia sama sekali tidak mengerti situasi yang sedang terjadi.

"KAMU YANG KENAPA, DAF!" Sandra mendorong bahu Daffa cukup keras hingga tubuh cowok itu terdorong ke belakang. Tangisnya semakin pecah. Perasaannya hancur saat itu juga.

"San, kamu kenapa sebenernya?"

"Kamu dikeluarin dari sekolah. Iya kan? Dan ... apa maksudnya rehabilitasi? Jawab, Daf!"

Tubuh Daffa seakan membeku. Dadanya seperti dihantam benda keras secara bertubi-tubi hingga rasanya sulit untuk bernapas.

Dia tidak siap. Ini terlalu mendadak. Tidak! Jangan sekarang!

"San, dengerin aku-"

"BILANG KALO DUGAAN AKU SALAH!"

Napas Daffa tercekat. Bibirnya kelu hingga tidak mampu menjawab. Dia hendak menyentuh tangan Sandra namun langsung ditepis dengan kasar.

"JAWAB AKU!!"

Daffa menunduk, tidak mampu menatap wajah Sandra lebih lama lagi. Semakin dia menatapnya, semakin terluka juga hatinya. Dia sadar sudah menyakiti kekasihnya terlalu jauh.

"Maaf." Kedua tangan Daffa mengepal kuat. Air mata sudah jatuh menuruni pipinya.

Sandra menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tidak sanggup lagi melihat Daffa. Dia benar-benar tidak menyangka hal mengerikan itu terjadi pada kekasihnya sendiri.

"Jadi semuanya bener. Apa yang dibilang Angga itu semuanya bener. Kamu deket sama Beny, terus-" Sandra terisak. Dia mengusap air matanya dengan gerakan kasar dan kembali menatap Daffa walaupun rasanya dia tidak bisa.

"Terus kalian-"

Dengan cepat tubuhnya beralih ke dekapan hangat Daffa. Cowok itu tidak membiarkan Sandra meneruskan ucapannya.

"Maaf, San. Maaf." Kedua tangan Daffa melingkari punggung Sandra dengan begitu erat. Tangisan Sandra semakin pecah. Daffa merasa tubuh Sandra seperti pecahan kaca yang menusuk ke seluruh tubuhnya. Rasanya begitu perih.

Kesandra ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang