0.03

1.4K 187 15
                                    

Park Jimin cukuplah puas mendengar gumaman rasa kagum dibalik sapaan ramah dari mahasiswi juga mahasiswa yang berpapasan. Sedari tadi melempar senyum semanis yang ia bisa. Namun, kali ini senyuman itu bukan untuk siapa pun yang menyapa.

Teruntuk Jungkook, si tetangga manis, mahasiawa seni di tingkat bawahnya, yang baru saja mengirim pesan.

Isinya kurang lebih seperti ini,

Kak Jimin, nanti malem ada acara? Mau nebus soal yang kemarin nggak nerima tawaran sarapan bareng. Kalau mau, nanti malem kita keluar?

Lalu ada pesan lagi menyusul,

Nggak maksa, sih. Kalau Kak Jiminnya mau. Hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih karena udah mau benerin wifi kamar.

Gimana?

Jelas. Jangan ditanya lagi. Park Jimin lantas mengetik dengan cepat, mengirim pesan balasan tak kurang dari dua puluh detik sejak pesan terakhir disampaikan.

Tentu.

Jadi, itulah sebabnya senyum Jimin terus merekah. Sepanjang hari. Dari pas kuliah, pulang, sampai kerja pun Jimin lebih semangat dari biasanya. Siapa lagi kalau bukan karena Jungkook yang bilang akan mengajak keluar. Bahagianya Jimin justru disalah artikan. Terima kasih pada Yoongi yang dengan mulut pedasnya itu berucap,  "Lagi ga waras?"

Tapi, benar juga. Jadi, Jimin tidak menyangkal. Justru membenarkan sembari mengangguk lalu tersenyum manis. "Nanti malem mau jalan, dong."

"Sama?"

"Calon pacar."

"Jungkook?"

"Siapa lagi?"

"Kirain ada yang lain."

"Jelas nggak ada, ya. Aku kalau udah ke satu hati, ya nggak mau mampir ke hati yang lain." ucap Jimin sembari tersenyum pongah.

Yoongi hanya memutar bola matanya malas. Kalau Jimin sudah bicara mengenai si Jeon pasti tidak ada habisnya. Jadi, teringat dulu ketika Jimin bercerita saat pertama kali bertemu Jungkook.

Kira-kira dua tahun lalu saat Jimin pindah kost. Dna mendapat kamar di samping Jungkook. Jadi, kalian bisa mengira kan? Berapa lama Jimin memandang kagum si tetangga secara diam-diam?

"Cuma jalan aja, kan?"

"Iya. Emang mau ngapain?"

"Siapa tau diajak ke KUA."

Jimin terbahak. "Nikmati aja dulu proses pendekatannya, Yoon."

Yoongi sekali lagi memutar bola matanya malas. "Well, nanti malem juga mau jalan."

"Sama Taehyung?"

"Ya, siapa lagi?"

"Bisa aja ada yang lain."

Yoongi tersenyum manis, lalu mengangkat jari tengahnya. "Bangsat."

"Bercanda bos."

Yoonginya diam. Tidak lagi berniat bicara pada Jimin yang sudah sibuk senyum-senyum sendiri. Lagi. Dalam hati menyusun beberapa rencana, apa yang harus ia lakukan saat bersama Jungkook.

Menggenggam tangan? Itu cukup bagus, tapi akan jadi aneh kalau mereka saja baru pertama kali jalan. Jadi, Jimin tidak akan melakukan yang itu.

Jimin bingung. Jelas menyusun rencana seperti ini akam terasa percuma kalau ia saja masih merasa gugup saat dekat dengan Jungkook. Jadi, ia memilih untuk mengikuti naluri saja. Jimin jadi tidak sabar.

wifi; p.jm + j.jkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang