18

2.8K 271 11
                                    

Jam baru menunjukkan pukul 4 pagi, karna rasa yang kurang nyaman di kepalanya membuat Rey tak bisa tidur dengan nyenyak. Begitupun Anna yang pada pukul setengah 4 tadi baru bisa tidur setelah yakin akan semua persiapan.

Anna kali ini memilih untuk tidur Sofa. Rey turun dari kasurnya dan menyelimuti Anna. Ia berjongkok dan. merapiian berkas-berkas Anna. Gerakannya terhenti saat Ia melihat amplop bertuliskan Universitas impiannya.

Ia tidak akan pernah lupa bagaimana bahagianya ia saat itu. Perasaan saat dia mendapatkan apa yang ia harapkan. Sejujurnya inilah mimpi pertama Rey, memiliki otak cerdas membuat Rey merasa dapat melakukan sesuatu dengan mudah sehingga ia tidak tau bagaimana rasanya menginginkan. Sampai ia gagal berkali-kali dan akhirnya ia merasakan perasaan itu. Rey tersenyum penuh Arti, ia menoleh pada Anna yang nampak lelap.

Lalu Rey duduk di lantai, tangannya ia letakan lurus di atas meja dan kepalanya ia rebahkan di atas sana berhadapan dengan wajah Anna. Rey menatap Anna entah dengan pandangan apa, hanya menatap tanpa menyentuh.

"Apa kamu benar-benar mencintai ku? " Tanya Rey pelan.

Anna tak bergerak sedikit pun. Ia nampak sangat pulas.

"Bagaimana kamu tau kalau itu adalah cinta?" Tanya Rey lagi yang masih tak juga di jawab Anna.

"Maaf, Maaf karna kamu harus cinta sendiri. Maaf karna aku yang tidak bisa mencintai mu" ucap Rey

Rey menatap wajah Anna yang nampak begitu lelah. "Apa ini melukai mu? Jika Ia lupakan aku.. setelah di sana hiduplah lebih baik.. Cintailah pria yang mencintai mu lebih banyak"

"Aku janji jika aku sudah memiliki keberanian untuk jatuh cinta, jika masih ada kesempatan. Kamu adalah orang pertama yang akan aku cintai.."

Tangan Rey terulur, ia membenarkan rambut Anna yang terjatuh.

"Aku baru menyadari kamu secantik ini dari dekat. Tapi mengapa hatiku belum juga berdebar untuk mu... maafkan aku Nay" ucap Rey lagi.

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Anna benar-benar tak mendengar apa yang Rey katakan.

.
.
.

Anna sudah siap dengan penampilannya. Ia masih mengulang-ulang bahasa Perancis nya. 

Rey tersenyum menatap Anna, ia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku gugup" ucap Anna.

Rey semakin tersenyum ia memberikan satu kotak kecil permen karet.

Anna tersenyum tipis dan mengambilnya. "Siapa bilanh permen karet membantu ku saat gugup?"

Rey mengedikan bahunya. "Mungkin hasil sebuah observasi nan panjang. Jujur saja, ini pertama kalinya aku mendengar mu mengatakan itu. Tapi aku pernah lihat gemetar mu karna gugup membaik saat memakan permen karet.

"Aku memang tidak pernah mengatakan itu pada siapapun" ucap Anna dan memakam permen karetnya.

Setiap gerakan mulutnya mensugesti dirinya sendiri untuk lebih siap, Anna mengangguk mantap.

"Aku berangkat..bye.. Assalamualaikum.. doakan aku..."

"Walaikumsallam..always" ucap Rey.

Anna pun meninggalkan rumah sakit, perlahan senyum Rey memudar. Ia kembali ke kasurnya. Rey mengambil ponselnya dan membaca pada surat bahwa yang tidak datang wawancara hari ini akan di diskualifikasi.

Rey menatap ponselnya sedih, hatinya terasa pedih. Sekarang Ia tau bagaimana rasanya saat hal yang paling kamu impikan harus gagal, kegagalan yang kamu pilih sendiri dan sadar.

SIDES (Lengkap)Where stories live. Discover now