10 - Sasuke

2.3K 304 21
                                    

"Bagaimana fittingnya?"

Sasuke tersenyum kepada dua wanita di samping dan di hadapannya. Yang pirang duduk disampingnya, menyenderkan manja pada tubuhnya sembari memainkan gedget miliknya. Sedang yang berambut musim semi dihadapannya tersenyum gugup sembari memainkan sedotan besi di gelasnya.

"Baik, segalanya baik." Jawab Sakura melirik sang calon yang seharusnya menjawab malah bungkam. Sasuke memperhatikan itu. Ia melirik pada Ino yang wajahnya tertekuk. Ah, something not goes well.

"Berantakan." Ino dengan wajah masam meletakkan gadgetnya yang sedari tadi ia mainkan. Menatap Sasuke dengan sungguh-sungguh. Ia mengambil sumpit dan mulai memilih makanan dihadapannya.

Ino terdengar menarik napas, "Mereka menggunakan resleting. Lalu aku akan terlihat seperti babi ketika mengenakannya. Jadi aku menyuruh Sakura yang mencobanya."

Sasuke mengerutkan keningnya. Melirik Sakura yang terdiam dan mengalihkan wajahnya. Sahabatnya itu, jelas sangat malu. Oh tidak, Sasuke harusnya tidak merasakan hal ini. Ia sangat menyesal tidak melihat Sakura mengenakan gaun tersebut. Tebakannya, Sakura terlihat sangat cantik.

Kemudian, Ino mengambil mangkuk salad di depan Sasuke. "Aku hanya akan makan salad sekarang. Karena Aku akan seperti Sakura pada hari pernikahan kita."Ucapnya.

Sasuke juga merasakan bahwa suasana diantara mereka sudah tidaklah baik. Sakura jelas terlihat tidak nyaman dan Ino satu-satunya manusia yang tidak peka dengan hal itu. Dan benar, ia peka akan hal tersebut.

"Aku akan menikah denganmu Ino. Jadi berhentilah terlihat seperti orang lain di hari pernikahan nanti."

Tatapan itu semua mengarah padanya, wanita musim semi dihadapannya, dan pirang musim dingin di sampingnya. Ino memicingkan matanya pada Sasuke sembari menggigit sumpitnya. "Memang aku yang akan menikah denganmu. Bukan Sakura atau orang lain. Aku hanya ingin terlihat kurus seperti Sakura. Ya Tuhan, rasanya salad ini juga akan membuatku seperti babi." Ino menyudahi makanannya.

Ino meminum ocha miliknya sebelum melanjutkan ucapannya, "Kalau kau menginginkan orang lain di altar nanti Sasuke, aku tidak akan membuat segalanya dengan begitu mudah."

"Er... " Sakura jelas ingin mengatakan sesuatu namun tertahan.

Oke... Sasuke jelas sudah tidak mengetahui arah pembicaraan mereka. Ini sudah sangat tidak nyaman dan....

"Hai. Aku boleh bergabung?" Sang fotografer jelas menyelamatkan kecanggungan yang ada. Sasuke dapat mendengar dan melihat sahabatnya itu tersenyum lega. Keduanya berpelukan pelan sebelum akhirnya si pria dengan wajah pucat dan senyuman seperti topeng di wajahnya itu duduk dihadapannya menggantikan Sakura.

Ino masih memegang sumpitnya ketika ia menggangguk pelan mengamati makanan dihadapannya, itulah yang dikatakan orang bukan? Semakin mendekat pada hal yang sakral ada saja masalah yang datang. "Makanlah kalau lapar. Aku tidak mau kau kelaparan." Telurnya pelan. Ino hanya menggeleng pelan dengan manja.

"Sai makan saja. Jangan sungkan." Ucap Sasuke.

"Hum."Sai mengambil minuman Sakura dan meminumnya pada gelas yang sama.

Tanpa disadari Ino sedari memperhatikan pria di hadapannya. "Bukankah mereka berdua sangat romantis, Sasuke? Mereka bahkan tidak segan berbagi alat makan."

Sasuke hanya bisa menjawab dengan gumaman karena jujur saja ia malas pertanyaan seperti itu.

"Mereka berdua cocok kan?"

Sasuke melirik Sai bergantian menatap Sakura. Sial, kenapa Sakura harus malu? Sasuke memincing melihat sahabatnya itu memerah perlahan. Ia kembali mengambil hanya menjawab gumaman. Kedua mata mereka saling bertemu, kelam obsidian nya dan giok hijau emerald. Sakura tersenyum kecil padanya.

Ia ingin sekali membentak Sakura dan mengatakan berhenti bertingkah seperti anak SMA yang baru pertama kali pacaran. Karena itu membuatnya sangat aneh. Berhenti juga berbagi alat makan seakan mereka kekurangan piring atau gelas di resto mahal ini. Itu terlihat sangat menjijikan di mata nya.

"Jadi... Shimura-san kapan kau akan menikahi Sakura?"

Sai tersedak.

Sasuke mendengus menatap Ino di sampingnya yang terlihat santai melihat kedua insan muda dihadapannya. Ia dapat melihat kekehan Ino sembari menyerahkan kotak tisu dengan malas yang memang berada di dekatnya. Sai masih terbatuk-batuk sedangkan Sakura terlihat khawatir dan berusaha memberikan minum pada pria itu. Sasuke menyenderkan punggungnya. Ide makan siang ini sepertinya tidak berjalan dengan baik, pikirnya.

Ia melihat Ino dengan santai mencomot makanan dengan santai dengan sumpitnya, "Shimura terlalu berlebihan. Aku hanya menanyakan pikiranku."

Apa sebenarnya yang sedang terjadi disini?

...

Sasuke sedang menyelesaikan membaca presentasinya begitu melihat panggilan dari sang kakak yang masuk. Awalnya ia enggan mengangkatnya, namun sepertinya si penelepon ini sangat bersikeras ingin berbicaranya karena bahkan ketika 4 kali ditolak dan terus dibiarkan saja tidak membuatnya menyerah.

"Apa ada yang darurat?" Tanya Sasuke dengan kesal.

"Mau cerita padaku atau menunggu untuk ku paksa."

"Apalagi kali ini?"

"Dengar... Sepertinya kau memilih untuk dipaksa."

"Aku sama sekali tidak tahu apa yang harus ku katakan padamu. Selain, oh... Kita menang tender di Thailand. Bulan depan izinnya akan keluar sesudah presentasinya."

"Sasuke. Kau ini bodoh atau apa? Aku tidak akan menelepon mu untuk urusan begitu. Hyuuga-san akan mengatakan lebih rinci darimu."

"Akan ku matikan kalau telepon ini tidak penting. Presentasi Okinawa sedang ku evaluasi."

"To the point saja. Kau membuatku emosi. Kirio mengatakan kepada kami semua kau berciuman dengan Sakura di Disney Land."

"..." Mati sudah.

"Dia terlihat sangat bahagia akhir-akhir ini. Kemudian dia mendengar tentang fitting baju dan dia mengamuk. Dia marah-marah dan mengatakan hal itu."

"..." Sial, Sasuke harusnya membungkam mulut keponakannya itu.

"Sasuke oy?"

"..." Tut.

Sasuke mematikan sambungan.

Bodoh sajalah. Bilang saja jaringannya jelek.

...

Sasuke tahu bahwa apa yang dilakukannya dengan Sakura hari itu, ah tidak saja hari itu. Tetapi juga hari ini pagi tadi, akan menimbulkan bencana jika ketahuan. Tapi Sasuke tidak bisa menahan reaksi tubuhnya yang lebih cepat bekerja dibanding otaknya. Sangat memalukan. Namun begitulah, Sasuke memijit pelipisnya pelan. Kalau seperti ini apa yang akan dikatakan. Itachi adalah shipper dirinya dengan Sakura, kakaknya yang bodoh itu pasti akan dengan senang hati akan menyebarkan berita ini ke ibunya. Sedang ibunya sudah sangat jelas memperingatkannya kemarin.

Tiba-tiba ia merasa mual, Sasuke menutup laptopnya pelan. Ia menyingkirkan laptop dipangkuannya ke samping. Meluruskan tubuhnya diatas kasur dan memejamkan matanya sejenak.

'Ting'

Melirik malas pada notifikasi teleponnya. Itu adalah notifikasi yang khusus ia gunakan pada keluarga dan teman dekatnya.

'Besok malam mama tiba di Paris. Kau tetap disana.'

Sial, sepertinya ini akan sangat merepotkan.

and this is how destiny worksWhere stories live. Discover now