Epilog

11.3K 391 43
                                    

Seulgi menempelkan wajahnya pada jaring-jaring pembatas lapangan, membuat beberapa pola jajar genjang tercetak jelas dipipi bulatnya. Matanya tidak pernah lepas dari pemandangan seorang pria berwajah pucat yang tengah berlarian kesana kemari sambil memantulkan bola basket ditangan kanannya, diikuti oleh beberapa pria lain yang mengejarnya berusaha merebut bola itu.

Huft~

Ini hanya latihan yang rutin dilakukan seminggu sekali namun para wanita disini terus berteriak riuh seakan ini adalah turnamen sebenarnya. Terlebih ketika salah satu pemain disana mengalami kejadian tidak mengenakkan, seperti ditabrak tubuh pemain lain dengan keras misalnya, maka teriakan disekitarnya akan semakin membludak membuat Seulgi tidak memiliki pilihan apapun selain menutup kedua telinganya dengan tangan rapat-rapat. Wajahnya merengut kesal, ia tidak bisa melakukan apapun atas rasa cemburunya ketika kaum hawa disini terus mengelu-elukan Jimin, terlebih banyak juga yang berkata kotor karena lelaki itu hanya mengenakan baju basket tanpa lengan, menampakkan otot kekarnya.

Seulgi bahkan tidak ikut duduk ditribun yang berada didalam lapangan, ia hanya berdiri diluar lapangan mengingat tempat ini sama strategisnya dengan tribun karena lapangan basket dikampus mereka berbentuk cekung kebawah dengan bagian terluar lapangan yang berada didataran paling tinggi. Baiklah, ia tidak perlu masuk ke area lapangan basket karena dari sini saja sudah cukup untuk memantau permainan prianya.

Beberapa puluh menit kemudian, permainan itu akhirnya selesai membuat para pemain disana menghembuskan nafas dengan lelah dan lega. Mereka bergegas berjalan ke sisi lapangan untuk beristirahat sejenak. Jimin mengambil handuk kecil, mengusap peluh yang membanjiri dahi dan lehernya sembari mengedarkan pandangan mencari Seulgi diantara riuh penonton yang didominasi oleh perempuan. Bibirnya refleks tersenyum kecil ketika ditemukannya wanita itu tengah berada diluar lapangan, bergelayut pada jaring pembatas sembari menatap lurus kearahnya.

Jimin berdiri dan menyampirkan ranselnya dibahu, bergegas menghampiri wanitanya yang sepertinya mulai bosan menunggu. Saat jarak mereka sudah dekat, Jimin hanya terdiam sembari menatap kearah wanitanya dengan khidmat, sedangkan yang ditatap hanya mengernyitkan keningnya bingung. Tubuh kecilnya tenggelam oleh hotpants jeans dan kaos hitam besar milik Jimin yang sekarang tengah ia pakai, belum lagi angin yang bertiup cukup kencang membuat rambut panjang Seulgi yang dikuncir asal-asalan berterbangan tak tentu arah, menambah keindahan wanita itu.

Tangan Jimin terulur mengusap pipi tembamnya yang dipenuhi pola-pola dengan sangat lembut membuat teriakan riuh disamping mereka mendadak berhenti, membuat Seulgi meringis kecil saat dirasanya puluhan mata itu menatap tajam kearahnya seakan siap menguliti Seulgi hidup-hidup. Nafasnya terhela pelan, para perempuan disini pasti menganggap Seugi merebut Jimin dari mereka.

"Jim, kita pulang aja yuk!"

Jimin tertawa renyah saat melihat ekspresi memelas wanita itu. Jimin sangat mengerti bagaimana perasaan Seulgi sekarang, ia pasti ketakutan karna dihujani tatapan penuh kebencian dari sekelilingnya. Maka dari itu Jimin segera menarik Seulgi dan mendekap tubuhnya erat didepan seluruh fansnya yang ada disana, menyebabkan selorohan kecewa bersahut-sahutan dari segala penjuru lapangan.

Seulgi yang mendapat perlakuan seperti itu hanya terdiam pasrah. Hari-hari yang ia lewati selepas pernikahan mereka selalu cukup berat baginya. Ya, mereka memang sudah menikah beberapa minggu yang lalu setelah Jimin berusaha mati-matian meminta restu pada Daniel akhirnya ia dan Seulgi bisa menikah juga. Ini sangat jauh dengan perjanjian awal, dimana Jimin berkata akan menikahi Seulgi setelah kelulusannya, nyatanya ia tidak sanggup menunggu selama itu. Jimin tidak pernah tenang selama wanita itu belum ia ikat sepenuhnya dalam sebuah ikatan suci pernikahan.

Jimin bahkan mengundang seluruh teman kampusnya, membuat ia dan Seulgi menjadi trending topik berhari-hari karena pernikahan mendadak itu. Ada banyak spekulasi yang beredar, namun Jimin tidak ambil pusing, selama itu tidak benar dan tidak mengganggu ketenangan ia dan Seulgi rasanya Jimin tidak peduli.

Teach Me [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang