1 - Kandas

71 6 0
                                    

Karya karrisapr
Genre : Romance

"Selamat siang, bagaimana kabarmu?" ucap seseorang di seberang sana lembut. Suara yang sangat aku rindukan selama 2 bulan belakangan ini.

"Siang kembali, aku baik-baik saja, meski di tengah-tengah kerinduanku padamu," balasku jujur, kemudian menggigit bantal yang sedang kupeluk.

Ah, masih saja salah tingkah meski tak bertatap langsung.
Hening. Selama beberapa detik, dia tak berucap sepatah kata pun. "Seperti biasa, kau terlalu jujur," jawabnya, " Sore ini, aku mau bertemu di taman pertama kali kita bertemu. Kamu bisa?" lanjutnya terdengar serius.

Aku tersenyum, dalam hati aku bertanya, apakah yang akan ia lakukan? Apa dia akan memberi kejutan? Hei! Padahal bulan depan dia akan membawaku ke luar negeri untuk menikah dan menempuh hidup di sana. Apa mungkin dia akan mempercepat keputusannya? Ku harap iya.

Aku menarik napas, kemudian menyelipkan helai rambut ke telinga. "Aku bisa."

"Baiklah, kamu tunggu saja aku di taman, aku tak dapat menjemputmu,maaf," ujarnya.

"Seperti yang kau harapkan," balasku lantas sambungan telepon pun terputus.
Ah, rasanya aku sudah tak sabar menunggu sore ini.

"Angel!" teriak sebuah suara membuyarkan lamunanku.

Brakk!

Pintu kamar pun terbuka lebar."Angel! Sudah Mama bilang berapa kali, hah?! Jauhi kekasihmu itu! Dia--"

"Mama jangan mengaturku! Aku sudah memilih bahwa aku akan mempertahankannya!" bentakku balik. Berdebat seperti ini sudah biasa terjadi sejak 2 tahun lalu. Mama, dia orang pertama yang menentang hubunganku dengan dia,kekasihku. Aku tak peduli karena yang aku tahu, aku mencintainya seorang.

"Angel ... dengarkan Mama, kau dan dia tak akan bersama, kalian ditakdirkan bukan untuk menjadi pasangan ...," lirihnya kemudian.

Dalam hati, aku memang tak tega,tetapi ... mungkin saja dia hanya merayuku lewat suara lirihnya itu,'kan?

"Angel mau pergi," putusku, lantas aku pun meninggalkan dia yang menatapku sayu.

****

Kekasihku bilang, dia akan menemuiku di taman sore ini, tetapi aku sudah berada di taman sejak 2 jam yang lalu. Entahlah, pikiranku sedang kacau. Tak dapat ku pungkiri, perkataan ibu masih terngiang dalam pikiran.

Tak sengaja kepalaku menoleh. Samar-samar kulihat seseorang tengah bergandeng tangan dan tertawa bersama.

Sepertinya ... aku mengenal bentuk tubuhnya. Kutajamkan pengelihatan seketika netraku melotot tak percaya. Lantas, aku mengambil ponsel di dompet, kemudian mengetikkan sejumlah abjad dan memencet sebuah tombol. Tak terlihat tanda-tanda dia mengambil ponsel dari saku. Syukurlah ... ternyata bukan kekasihku.

Namun, tetap saja aku merasa mengenalnya. Ah, mungkin hanya mirip.

***

Ku pandangi potret kekasihku di layar ponsel. Netra beriris cokelat itu menatapku hangat, bibir tipis yang tersenyum lembut, dan rambut yang terlihat menggoda untuk disentuh. Di sampingnya terlihat aku yang memeluk tubuh itu. Ah, aku merindukan masa ini, masa di mana aku dan dia memulai hubungan.

Aku mendongak menatap sang senja. Teruntuk sang senja, kau akan menjadi saksi bahwa hari ini menjadi hari yang terindah untukku. Teruntuk sang bayu, kau pasti merasakan, bukan? Rasanya hati ini tengah berada di atas awan.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now