Part 34 : Terbuang Dari Bumi

9.4K 861 34
                                    

Raffa sudah dibawa ke rumah sakit untuk ditangani oleh pihak medis. Chelsea, Amel, Axel, dan Lia merasa lega karena Raffa bisa terselamatkan. Namun, mereka juga harus menerima kabar mengejutkan sampai-sampai membuat mereka shock karena Ferdiansyah ditangkap polisi. Lia tidak menyangka kalau suaminya selama ini adalah pimpinan yang mengatur jaringan narkotika di New York. Padahal belum genap satu hari Ferdiansyah berada di Indonesia.

Dari hasil penggrebekan yang berlangsung beberapa waktu lalu, polisi berhasil menyita 46,8 ton sabu, 3.620 butir ekstasi serta 445 butir pil happy five di gudang penyimpanan. seluruh pelaku ditangkap dan dihukum sesuai dengan pasal yang telah mereka langgar.

Chelsea, Amel, dan Axel juga terlihat begitu terpukul mendengar kabar itu. Mereka masih tak percaya jika ayahnya selama ini berprofesi sebagai gembong narkoba.

"Andai saja tidak ada Raffa di sana. Mungkin Pak Ferdiansyah sudah membunuh seluruh anggota polisi." Suara Irul memecah keheningan yang sedari tadi diisi oleh suara tangis dari seluruh anggota keluarga Raffa. Sahabat-sahabat Raffa yang berada di situ juga ikut bersedih.

"Papa penjahat!" desis Raffa penuh kebencian. "Gue benci sama Papa!" Raffa memukul ranjang yang ia tempati dengan rahang mengeras. Chelsea dan Amel mencoba menenangkan adiknya itu.

Ruangan tempat Raffa dirawat begitu ramai. Diisi oleh anggota keluarga Raffa, sahabatnya, dan beberapa polisi.

"Bagaimana kondisi Aliqa sekarang?" tanya Irul beralih kepada Rijal, Gavin, Rifki, dan Def.

"Dia masih kritis." Rijal menunduk dalam. Setelah tau jika Irul adalah seorang polisi, Rijal menjadi segan dengan cowok tersebut. Bahkan, rasa bencinya kepada Irul langsung memudar seketika.

Mendengar ucapan itu, Raffa jadi teringat dengan Aliqa. Dalam hati ia berdoa yang terbaik untuk gadisnya itu. Hati yang resah dan terluka mohon kembali ke tempat semula, karena semua sudah kembali normal seperti sedia kala. Lenyap dan menghilang. Pedih dan sesak. Rindu dan air mata.

***

Semua orang yang berada di dalam kamar Raffa langsung berbondong-bondong berpindah haluan ke ruang Aliqa dirawat setelah mendengar kabar bahwa Aliqa baru saja selesai di operasi. Bahkan, Raffa memaksakan diri untuk ikut menjenguk Aliqa. Syukurlah operasi berjalan dengan lancar dan Aliqa berhasil keluar dari kritisnya. Walaupun sekarang gadis itu masih belum sadarkan diri.

"Dasar anak nakal!" Def tiba-tiba dijewer oleh seseorang yang baru saja datang dari lorong.

"Iya ampun, Ma, ampun!" Def meringis saat ibunya menjewernya semakin kencang. Rifki dan Rijal terbahak-bahak melihat Def dimarahi, sementara Gavin hanya tersenyum tipis.

"Siapa yang suruh kamu kabur dari panti rehabilitasi?" geram Ibunya sambil menggetok kepala Def.

"Malu tau banyak orang, Ma." Def berbisik kepada ibunya.

"Kamu yang sudah malu-maluin Mama!" bentak ibunya kemudian beralih ke arah perempuan berseragam polisi yang juga tertawa melihat Def dimarahi. "Bu, ini gimana anak saya kabur dari penjara?"

Caramel terkekeh. "Ya, nanti balik lagi ke panti rehabilitasi nggak papa. Asalkan jangan diulangi lagi. Selama 6 bulan masa rehab, pasien tidak boleh kemana-mana. Setelah 6 bulan barulah pasien boleh menjalani masa rehab dengan metode rawat-jalan sampai ketergantungannya pada narkoba sembuh."

"Kalau nggak balik kesana lagi gima ..., aw!" Def memekik kencang saat ibunya mencubit perutnya.

"Nggak masalah, sih, kalau nggak balik lagi. Lagian itu untuk masadepanmu sendiri. Kesembuhanmu tergantung niatmu sendiri. Panti rehabilitasi terbuka untuk siapa saja warga Indonesia yang ingin sembuh dari ketergantungannya pada zat haram seperti narkoba."

RAFFALIQA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang