bagian tiga puluh satu

3.1K 164 11
                                    

Nishrina mendudukkan tubuhnya dengan perlahan, ditatapnya Alfan yang masih terdiam di tempatnya dengan tak lagi berbicara padanya setelah sebelum pria yang menolongnya tadi pulang. "Kamu ada bilang ke bunda?"

"Tidak ada yang tahu selain aku"

Nishrina tersenyum miris, "Ya baguslah, setidaknya apa yang kamu takutkan tak akan terjadi 'kan?"

Alfan dengan cepat mengangkat kepalanya dan menatap Nishrina. "Maksudmu?"

Nishrina turun dari ranjang, dia meraih niqab yang sepertinya dilepas suster saat mereka memeriksa keadaannya saat dia tak sadarkan diri tadi. Dengan cepat dia kembali mengenakannya, namun sebelumnya dia membenarkan khimarnya terlebih dahulu. Dia memutar badan, ditatapnya lekat mata Alfan. "Begini, jika memang kamu terbebani dengan sikap dan apapun yang aku lakukan... aku minta maaf." Ucapnya sambil berlalu dengan telah mengambil tasnya.

"Nishrina!" Teriak Alfan "Kamu mau kemana?!"

Nishrina tak mengindahkan pertanyaan Alfan, dia berjalan tergesa keluar dari area rumah sakit. Meski kenyataannya, kepalanya itu masih begitu terasa sakit.

"Mbak, mbak mau kemana? Mbak belum sembuh" ucap seorang perawat yang sepertinya membantu dokter memeriksanya tadi.

"Saya ingin pulang, suster"

"Tidak, nanti dulu ya. Mbak harus istirahat dulu di sini. Mbak baru sadar, masih ada beberapa pemeriksaan lagi. Mari saya antar ke ruangan mbak"

Nishrina mencebik, dia menghela napas dalam namun dia juga menurut.

Mereka kembali berjalan menuju ruang rawat Nishrina, sebelum sampai mereka berpapasan dengan Alfan. Mereka berhenti.

"Masnya kenapa kok membiarkan istrinya pulang, 'kan mas tahu mbaknya harus di sini dulu"

Alfan menghela napas, "Iya,sus. Itu..saya.. "

"Ya sudah saya akan antar mbaknya ke ruang rawat"

Alfan mengangguk. Dia berjalan di samping Nishrina tanpa berbicara apapun.

Hingga mereka pun sampai dan Nishrina kembali naik ke atas ranjang pasien. Dia menghela napas dalam, untuk ke sekian kalinya. Hatinya semakin sesak saat dirinya dekat dengan Alfan seperti ini.

"Sebenarnya mau kamu itu apa sih, Nishrina?"

Nishrina mengalihkan pandangannya menatap Alfan. "Mau aku? Mau aku sebaiknya kamu pulang!"

Alfan mengernyit, "Jadi kamu tak ingin ada aku di sini?"

Nishrina membaringkan tubuhnya, namun sebelumnya dia membuka almamaternya. Dan menggunakan almamaternya itu untuk menutupi seluruh wajah Nishrina, dia memejamkan matanya erat. Bulir air mata kembali membasahi wajahnya.

"Pergi"

"Tak akan"

"Pergi, mas Alfan!" Suara Nishrina bergetar, isakannya pecah hingga terdengar oleh Alfan.

Alfan berdiri dari duduknya, dia menghampiri Nishrina dan mencoba membuka jas almamater yang menutupi wajah Nishrina. "Nishrina"

"Pergi! "

"Tidak,Nish. Aku minta maaf jika memang ucapanku tadi sudah salah kepadamu,seharusnya aku tak mengatakannya. Aku hanya mengkhawatirkanmu,cobalah mengerti"

Nishrina mengeratkan genggamannya kepada almamaternya karena Alfan terus-menerus mencoba menariknya.

Namun saat Alfan sudah tak menyentuh almamaternya itu, Nishrina dengan cepat menyeka air matanya dan membukanya. Dia kembali duduk, namun bukan untuk bicara dengan Alfan. Namun untuk mengambil ponselnya, dia kembali membaringkan tubuhnya.

ALFANDY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang