bagian tiga puluh sembilan

2.9K 167 30
                                    

Nishrina memasuki kamarnya dengan langkah lunglai, dia terduduk di atas karpet berbulu di dekat ranjangnya. Dengan kepala yang menyandar ke ranjang.

Pikirannya masih tertuju pada kejadian beberapa waktu lalu.

Air mata sejak tadi tak bisa berhenti keluar dari pelupuk mata Nishrina, dia terus saja menangis.

Teman masa kecilnya sedang bersenang-senang dengan suaminya saat ini.

Nishrina melepas khimar beserta niqabnya, lalu diletakkannya sembarang. Dia tersenyum miring, miris dengan kehidupannya. Nishrina yang salah menilai Alfan bahwa dia sudah mulai melupakan Naura, nyatanya tidak, bukan? Seharusnya dia sendiri sadar, sejak awal dirinya adalah benalu dalam kisah asmara Alfan dengan Naura, masih saja dia berusaha mempertahankan hubungan mereka ini. Dan pada akhirnya, mau bagaimana pun Alfan dan Naura akan kembali, 'kan? dan bagaimana dengan nasibnya? Lagi, Nishrina tersenyum miring.

Dia akan dibuang mungkin.

Lalu sekarang dirinya harus apa?

Nishrina meraih ponselnya, kembali melihat kontak Alfan. Namun belum ada perubahan, nomornya masih terblokir. Dia menghela napas saat mendapati pesan dari Naura. Tentu dia membukanya.

mbak Ara:
Dek, mbak ada beri nomormu ke mas Adit. Mbak bilangnya sedang bersama kamu. Kamu juga bilang seperti itu ya kalau nanti dia menanyakannya padamu. Ku mohon

Nishrina tersenyum tipis, setelah Naura merebut kebahagiaannya masih beraninya dia memintanya untuk berbohong?

Benar saja, tak lama dari itu sebuah panggilan dari nomor tak dikenal muncul. Nishrina menerimanya. "Assalamualaikum" Suara masih serak.

"Waalaikumsalam Warrahmatullah. Ini benar dengan Nishrina?"

"Benar, ini siapa ya?"

"Adit, dek. Suaminya Ara"

Nishrina sudah menduga. Dia menghela napas berat. "Oh iya kenapa, mas?"

"Kamu sedang bersama Ara sekarang?"

"Mbak Ara sedang bersama... "

"Bersama dengan siapa? Dengan kamu?"

"Dengab suami Nishrina" ucapnya tanpa sadar.

"Ha? Maksud kamu,dek?"

Nishrina berdeham. "Tidak, mas. Mbak Ara tidak sedang bersama Nishrina"

"Lalu kamu tahu dia dimana?"

"Maaf, mas. Nishrina kurang tahu"

"Oh ya sudah, terima kasih ya, dek"

"Iya"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh " Nishrina meletakkan ponselnya, dia kembali menyandarkan kepalanya ke samping ranjang. Dia memejamkan matanya yang terasa semakin memanas dengan erat. "Mas Alfan,.... pulang,mas"

Nishrina kembali terisak.

30 menit kemudian, dirasakannya seseorang memeluknya dari belakang. "Nishrina, kamu marah saja ya sama aku. Tak apa, memang aku yang salah. Marah saja, sayang. Tapi kamu jangan menangis"

Nishrina membuka matanya. Alfan sudah kembali? Lalu apa yang harus dia perbuat?

"Nishrina, maafkan aku"

"Kenapa?" ucap Nishrina begitu lirih.

"Membuatmu menunggu dan pulang sendiri"

Nishrina menegakkan posisi duduknya, "Mas dari mana?"

ALFANDY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang