MTIMH-04

37.6K 1.3K 31
                                    

Anindira menyerahkan helmnya dengan kasar membuat Evano mengaduh karena tak siap.

"Makasih!" Ujar Anindira ketus lalu beranjak meninggalkan Evano.

"Sama-sama," balas Evano sambil tersenyum.

Evano sebenarnya tidak pernah mengibarkan bendera perang pada tetangganya itu, dan Evano saja kaget ketika Anindira berubah sikap padanya saat SMP. Padahal ketika SD mereka begitu akrab.

Evano memasang helm dikepalanya kemudian menjalankan sepeda motornya menuju bengkelnya.

"Pagi bos," sapa salah satu karyawan ketika Evano sudah sampai di bengkelnya.

Evano mengangguk dan tersenyum "pagi."

Evano memasuki ruang kerjanya, kehadirannya disambut oleh Widia, kekasih Evano.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Evano bingung.

Widia yang semula duduk lalu berdiri dan mendekati Evano, perempuan itu mengalungkan tangannya di leher Evano.

Evano menatap tangan yang melingkar di lehernya. Kemudian, laki-laki itu berusaha melepaskannya. Sementara Widia berusaha mempertahankan.

"Lepas, Wid. Ini dikantor."

Widia justru makin mengeratkan, "aku gak bilang di wisma." Goda Widia dengan suara setengah berbisik.

Evano berdecak sebal. Laki-laki itu kemudian duduk di kursi kerjanya, sedangkan Widia perempuan itu masih asik mengalungkan tangannya di leher Evano. Kemudiam memposisikan bokongnya di pangkuan laki-lakinya.

Evano tercengang, "kamu apa-apaan sih, kantor aku bukan tempat untuk mesum!" Tegas Evano.

"Kamu kenapa? Ahkir-ahkir ini kamu tuh beda! Udah gak kayak Evan yang aku kenal!"

Evano tersentak, ia tersadar dan memang baru menyadari jika beberapa hari terakhir memang sikapnya beda. Terkesan dingin pada Widia.

Evano tak bisa menyangkal, jika perasaanya entah mengapa kian hari makin berkurang pada Widia. Hatinya seperti tertarik pada wanita lain, tapi Evano belum bisa menyimpulkan apakah benar dirinya tertarik sungguhan atau hanya perasaan kagum.

"Lepas, Wid!" Bentak Evano karena laki-laki itu merasa risih.

Widia melemah, perempuan yang berprofesi sebagai desainer itu melepaskan tanganya dari leher Evano.

"Apa kamu ada perempuan lain? Kenapa sikap kamu beda banget, Van?" Widia menampilkan mimik sedihnya.

"Gak usah ngomong yang aneh-aneh, Wid. Lagian aku emang gak suka kalau kamu pegang-pegang aku di tempat kerja kek gini."

Evano menjeda ucapanya "lagian, kamu jadi perempuan jangan terlalu nafsuan. Kamu itu perempuan, kodratnya gak usah terlalu nafsu."

Tanpa Evano tau, perkataanya barusan membuat hati Widia seakan tersayat.

"Apa salahnya kalau aku nafsu sama pacar sendiri?" Tanya Widia dengan suara bergetar.

"Kamu nanya apa salahnya? Salahnya adalah kita gak terikat hubungan yang sah."

"Itu semua karena kamu! Kenapa kamu gak nikahin aku aja! Aku tuh capek kalau harus nunggu kamu, aku capek kalau kamu terus-terusan mentingin kerjaan kamu!" Widia memukul-mukul dada Evano.

"Stop! Lagian kalau kamu gak mau nunggu aku juga gak maksa kamu, aku gak pernah minta kamu buat nunggu. Bukanya kamu seneng juga kalau aku lebih mentingin kerjaan aku? Dengan begitu kamu bisa berduaan sama Bimo, selingkuhan kamu?"

Widia terkejut, mimik wajahnya berubah drastis. Mungkin perempuan itu mengira bahwa Evano tidak mengetahui semuanya, padahal nyatanya salah.

Evano pernah melihat Widia tengah berduaan di salah satu mall yang ada di Jakarta saat itu Evano sedang mengantarkan Mita, dan tak sengaja matanya menangkap Widia yang sedang di gandeng oleh Bimo, teman masa kuliahnya.

"Kenapa? Kamu kaget? Kamu pikir aku gak tau kalau kamu selingkuh sama Bimo?"

Sebenarnya selain alasan Evano menyukai perempuan lain, Widia berselingkuh dengan Bimo juga menjadi alasan pudarnya rasa cinta Evano terhadap Widia.

"A... Aku gak selingkuh sama Bimo!"

"Setelah aku lihat pake mata kepala aku sendiri, kamu masih bisa ngelak?"

"Nggak Van, yang kamu lihat itu salah!"

"Aku bahkan ada buktinya."

Evano kemudian menyerahkan hpnya yang di dalamnya terdapat foto Widia sedang berduaan dengan Bimo.

Wajah Widia pucat, perempuan itu diam. Lalu menyerahkan hp itu pada Evano lagi.

"Kamu mau alasan apa lagi?" Evano menang telak.

"Jelas aku selingkuh sama Bimo! Karena kamu gak pernah perhatian sama aku, Van!"

"Oh oke, sekarang elo keluar dari ruang kerja gue," Evano menunjuk pintu sebagai pertanda untuk menyuruh Widia segera keluar. Bahkan Evano tak menggunakan aku-kamu lagi.

"Van, kamu beneran Ngusir aku?"

"Bahkan gue mutusin elo, sekarang kita gak ada hubungan apa-apa. Cepet keluar dari ruang kerja gue sebelum gue yang seret elo."

"Oke, aku bakal mastiin kalau kamu bakal nyesel mutusin aku!" Kemudian Widia pergi bersama kemarahannya.

Evano menaikan sebelah sudut bibirnya "gak akan" ujarnya yakin.

Evano duduk kembali di kursi kerjanya. Jarinya memegang pulpen yang ia ketuk-ketukan di meja, pikirannya terus memikirkan tentang perempuan yang ia sukai ahkir-ahkir ini.

Evano juga tidak tau mengapa dirinya bisa menyukai perempuan seperti itu, ya, walaupun memang perempuan itu sangat cantik dengan bentuk tubuh yang lumayan, dan langsing juga. Warna kulitnya putih dengan bibir tipis berwarna merah muda. Terlihat segar di mata Evano.

Evano mulai mengingat-ingat kejadian dimana Anindira perempuan yang ia sukai beberapa hari terakhir ini ketika membantu Mita memasak. Padahal, Evano pernah mendengar secara langsung kalau Anindira tak mau menginjakan kaki di rumahnya.

Laki-laki itu juga pusing, sebenarnya apa yang membuat Anindira benci terhadapnya. Padahal, seingatnya ia tak pernah membuat kesalahan. Apa mungkin Evano salah?

Evano justru dibuat pusing memikirkan hal-hal yang ia lupa. Laki-laki itu kemudian berdiri dari kursinya dan menuju keluar.

"Bagus, itu mobil baru dateng?" Tanya Evano pada karyawannya yang sedang memperbaiki sepeda motor.

"Iya pak, mobilnya lagi dikerjain Joko pak," Bagus kembali berkutat dengan pekerjaannya.

Evano menghampiri mobil Anindira.
"Joko, mobil ini biar saya sendiri yang tangani."

Joko berhenti berkutat dengan perkejaannya kemudian mengangguk lalu meninggalkan mobil Anindira bersama Evano.

Evano segera masuk kedalam ruangannya untuk berganti pakaian, setelah selesai laki-laki itu langsung fokus pada mobil Anindira.

My Tetangga Is My Husband (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now