MTIMH-05

38.2K 1.2K 15
                                    

Anindira mengerucutkan bibirnya, ia kesal bukan main dengan kedua sahabatnya ini, bagaimana tidak? Anindira hanya ingin nebeng pulang tapi mereka berdua beralasan tidak bisa dan yang lain-lain, lah. Menyebalkan!

"Ya elah, gue nebeng ya Ta, Ntan?" Anindira sedang membujuk Gita dan juga Intan untuk pulang bersama salah satu di antara keduanya.

"Kan gue udah bilang kalau gue harus jemput emak gue, Nin" Jelas Gita dengan wajah merasa bersalah karena tak dapat mengantar sahabatnya pulang.

Gita harus menjemput Ibunya yang sedang mengadakan arisan di tempat teman Ibunya. Ibunya terkenal garang, terlambat menjemput sedikit saja bisa-bisa Gita diomelin. Resiko anak satu-satunya.

"Kalau gue gak bawa kendaraan, si Jodi yang anterin gue balik pan," kali ini intan yang beralasan.

Jodi adalah pacar intan seprofesi. Intan dan Jodi adalah dokter gigi.

"Terus gue pulangnya gimana dong? Mana udah mau sore lagi," sedih Anindira.

"Bokap lo belum pulang dari kerja emang?" Tanya intan.

Anindira menggeleng, ia sempat mengirim pesan dan menelfon Mahesa. Tapi laki-laki itu mengatakan jika masih berada di kantor.

"Guys, gue balik duluan ya, nyokap udah ngomel-ngomel nih. Gue takut jadi mangsa," ujar Gita sambil bergidik ngeri karena membayangkan ketika ibunya marah.

"Yaudah sana, gue nungguin Jodi, sekalian nemenin Anin."

Gita lalu mengangguk dan pergi meninggalkan Anindira dan juga Intan.

"Eh kenapa elo gak sama Dido aja, atau nggak Sultan? Atau mau gue bilangin?"

Dido dan sultan adalah mantan Anindira yang bekerja di tempat yang sama dengannya.

Anindira menggeleng keras, "enggak-enggak! Gak usah Ntan, mending gue nunggu jemputan, deh, males kalau harus basa-basi dulu sama mantan."

"Emang mereka nganggep elo mantan?" Ujar Intan terdengar seperti ejekan namun setelahnya terkekeh.

"Ya bodo Amad sih mereka mau nganggep gue mantan atau bukan," jawab Anindira santai.

Intan menghendikan bahunya "kalau gitu gue balik duluan ya, Nin. Sorry gak bisa nemenin lo," Intan menakup-kan kedua tangganya seoalah meminta maaf. "Ini Jodi baru aja SMS dan nyuruh gue buat nunggu di gerbang," lanjut intan, wajahnya menampilkan raut merasa bersalah.

Sebenarnya Intan sangat ingin menemani Anindira tapi karena waktu juga sudah sore dan perempuan itu juga pulang bersama Jodi, jadi Intan tidak bisa melakukan apa-apa.

Anindira menunduk lesu, ia pusing harus pulang dengan siapa. Apa harus ia memesan taksi online? Tapi Anindira takut jika diapa-apakan sama si supirnya. Atau ojek online? Minimal ketika di apa-apakan Anindira bisa loncat dari motor kan?

Tapi Anindira menggeleng keras, Sepertinya ia harus naik angkot, setidaknya di dalam angkot lebih ramai.

Anindira kemudian berjalan menuju jalan raya, menunggu angkot.

15 menit berlalu, angkot tak kunjung lewat. Perempuan itu justru mati kepanasan.

Anindira memilih untuk jalan kaki, meski resikonya juga besar tapi mau bagaimana lagi tidak ada seorang pun yang bisa Anindira andalkan. Andai saja ia punya pasangan mungkin nasibnya tidak seburuk ini.

Kakinya terhenti ketika sebuah mobil bewarna putih dengan bentuk dan merek yang tidak asing dimata Anindira berhenti tepat di depannya.

Evano keluar dari dalam mobil itu. Anindira terkejut lalu menghampiri Evano sebelum laki-laki itu menghampiri dirinya.

"Oli bekas, kok elo bawa mobil gue?" Tanya Anindira sedikit emosi.

"Udah gue benerin tuh, ini kuncinya," Evano justru enggan menjawab pertanyaan Anindira, ia benar-benar tidak mau ribut dengan perempuan itu.

Anindira mengambil dengan kasar kunci yang disodorkan Evano. Anindira berfikir sejenak, mengapa Evano punya pikiran untuk menjemputnya? Ah pasti Mahesa yang menyuruhnya. Dan yang paling Anindira tidak suka adalah laki-laki itu justru hanya menurut saja dengan semua permintaan Mahesa.

Anindira langsung masuk kedalam mobilnya, di susul Evano yang duduk di kursi sebelah Anindira.

"Eh! Ngapain lo duduk di situ?"

"Ya kan gue mau pulang juga, tapi anterin gue sampai bengkel aja."

"Eh! Oli bekas, siapa juga yang mau nganterin elo!" Ujar Anindira ketus.

"Ya terus lo mau ninggalin gue disini?" Melas Evano.

Anindira mengangguk dengan mantap "iya! Cepetan lo turun,"

Evano menekuk wajahnya, tidak menyangka jika Anindira setega dan sebenci itu padanya.

"Yaudah gue turun." Pasrah Evano lalu turun dari mobil Anindira.

Anindira merasa puas mengerjai musuhnya itu. Entah sejak kapan Anindira sangat kesal dengan Evano.
Mungkin semenjak laki-laki itu tidak menepati janjinya, saat laki-laki itu lebih memilih bertemu dengan gadis yang baru Evano kenal dalam sehari dan melupakan pertemuannya dengan Anindira hingga Anindira harus terkena Omelan Mahesa karena pulang malam. Padahal waktu itu ia menunggui Evano, menunggu Evano datang. Tapi laki-laki itu justru memilih gadis lain.

Tapi ya sudahlah, itu kejadian waktu SMP. Anindira bisa melupakannya tapi rasa kecewa dan rasa kesalnya masih ada sampai sekarang.

Anindira menurunkan kaca mobilnya "Lo bisa pesen taksi onlen kan?"

Evano mengangguk "bisa, Lo balik aja."

Ternyata sejutek dan senyebelinya Anindira masih perhatian pada Evano. Evano berusaha menahan senyumnya.

"Oke deh, kalau gak bisa ya mending lo jalan aja. Lagian lebih pantes lo jalan." Ujar Anindira lalu melajukan mobilnya tanpa menunggu Evano berbicara.

Evano mendengus kesal, Anindira ternyata tidak perhatian padanya Perempuan itu hanya ingin mengejeknya.

My Tetangga Is My Husband (Sudah Terbit)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora