3. Berharap lebih, boleh?

1.5K 240 10
                                    

Aku datang

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Aku datang. Di hari spesialmu. Menepati janjiku dulu— waktu kita belum sedekat ini. Ah, tunggu dulu, kita tidak pernah dekat sepertinya; hanya mungkin aku yang berharap lebih. Sialan, jadi kapan kamu mau melihatku sebagai seorang wanita, Min?

"Terima kasih!" katanya, menyalamiku dengan tangan yang entah kenapa terasa dingin dan bergetar.

Oh— Min Yoongi, kamu lapar?

Atau,

Gugup bertemu denganku?

Hahaha sial, otakku waktu itu percaya diri sekali.

"Aku menepati janjiku, kan? Jadi, ini hadiah untukmu!" aku memberimu bunga— lebih tepatnya bunga palsu.

Entah kenapa aku merasa bodoh sekali memberimu bunga palsu. Sebenarnya, aku memberimu bucket snack— namun, teman laki-laki— dulunya kami satu sekolah juga, yang berangkat bersamaku menggantinya dengan bunga palsu miliknya dengan alasan; "ayo tukeran, aku geli kalau ngasih bunga ke dia."

Hei bung, kamu bercanda? Bagaimana bisa aku memberinya bunga? Lagi pula, ini kan palsu!

"Bunga palsu?" benar saja, kamu terkekeh menerima bunga itu, "kamu bermaksud biar aku nyimpen terus, ya?"

Aku langsung tersenyum mendengarnya. Benar. Bunga palsu tidak akan mungkin dia buang, kecuali jika dia memang sangat benci dengan orang yang memberinya.

"O-oh, kenang-kenangan. Setiap melihat bunga itu, aku berharap kamu inget aku!" dan, aku langsung membungkam mulutku rapat-rapat. Berbicara sembrono seperti itu, bukan aku sekali.

Waktu itu, kamu terus tertawa bahagia ketika berbicara denganku. Tapi, sampai sekarang aku benar-benar tidak tahu. Tawamu itu hanya untukku atau karena akhirnya kamu sudah lulus dan bebas dari kampus yang katanya sialan itu?

"Cepet tembak!"

"Mumpung disini, mumpung udah lulus, cepetan lamar sekalian!"

"Nggak usah kelamaan, Yoon!"

"Mumpung orang tuamu disana, cepetan bilang!"

Dan, sukses membuatku terdiam membisu tak berkutik sedikitpun ketika teman-teman dekatmu yang juga datang memojokkan kita seperti itu.

Kita?

Tentu saja, disitu hanya ada satu wanita— aku.

Lalu bagaimana aku tidak tambah besar rasa jika teman-temanmu menggoda kita seperti itu? Pun sialnya, kamu diam saja, hanya tersenyum, tak mengelak sedikitpun jika kita ini hanya seorang teman. Iya, teman lama yang akhirnya bertemu kembali entah bagaimana ceritanya.

Hei, Yoon?

Apa aku boleh berharap lebih?

"Hei, terima kasih udah datang. Bunga palsunya aku simpan. Lumayan, kenang-kenangan darimu— hahaha."

Dan, satu pesan darimu itu, membuatku lagi-lagi tersenyum manis.

[]

/masih mau lanjut, kan?:))))/

✔️ Love is (not) over.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora