"Mama! Mama! Mama!" tiga kali panggilan, itu artinya Wonyoung berada di suatu keadaan yang ia anggap 'terdesak'. Eunbi mendesah letih ketika mendengar suara cempreng Wonyoung—si bungsu keluarga Ahn yang selalu suka membuat keributan itu melangkahkan kaki mungilnya menuruni anak tangga demi anak tangga rumahnya. Dia sedikit bersungut karena anak tangganya sangat landai, dia harus menghabiskan dua langkah untuk satu anak tangga.
Eunbi menegakkan tubuhnya yang sedang bersandar mesra pada sang suami—ahn hyewon. Laki laki yang menjadi kepala rumah tangga Ahn sekaligus lelaki idaman Eunbi itu hanya tersenyum maklum. Fokusnya yang tadi mengarah pada TV beralih pada si bungsu Ahn yang membawa tas sekolahnya. Tas sekolah barunya.
Besok adalah hari pertama si kembar memasuki taman kanak kanak. Tentu saja itu hal yang sangat membuat Wonyoung gugup. Hingga ia takut dirinya meninggalkan buku, pensil atau penghapusnya. Wonyoung itu seseorang yang suka kesempurnaan. Dia akan berusaha memberikan kesan baik untuk gurunya nanti—kata ibunya anak baik dan pintar itu yang berkesan baik pada guru.
"Ada apa Wonyoung?" Tanya Eunbi. Dia melirik jam dinding di ruangan TV, mendesah karena bocah nakal bernama Wonyoung itu belum tidur meski jarum pendek sudah menunjuk ke angka sepuluh. Wonyoung harus tidur dan tak mengganggu adegan bermesraannya dengan sang suami.
Si bocah berpipi gembil dengan rambut acak acakan hitamnya serta piyama biru di tubuhnya tampak merengut. "Dimana buku mewarnaiku? Apakah aku harus membawanya?" lihatkan, dia mempertanyakan sesuatu yang tidak penting. Kalau dia mau tinggal bawa, jika tidak mau, ya tidak usah.
Eunbi mungkin tipe yang kadang tidak sabaran dalam mendidik anak tapi Hyewon adalah tipe ayah pengertian. Dia selalu menjaga keadaan mental anaknya agar siap menjadi anak yang cerdas di era globalisasi. "Kau boleh membawanya, Wonyoung." Ucap Hyewon dengan senyum di wajahnya. "Tapi kalau tasmu menjadi berat, kau boleh meninggalkannya di rumah, gurumu akan memberikan buku bergambar lain"
Wonyoung mengangguk mengerti. Wajahnya terlihat serius menanggapi perkataan ayahnya. Dia buru buru menyimpan buku bergambarnya di dalam tas, dia rasa tasnya masih ringan ringan saja. Tas yang bergambar tokoh kartun kesukaannya. Gambar Shiro—anjing milik Shinosuke pada serial Shinchan. Tokoh ibu dalam serial itu mengingatkannya pada eunbi. Rambut Eunbi yang hitam ikal sebahu dan sifatnya yang mengerikan menjadi panutan Wonyoung untuk menyamakan ibunya itu dengan tokoh Misae.
"Kalau begitu tidurlah, Wonyoung!" perintah Eunbi. "Ini sudah jam sepuluh malam!" katanya yang membuat Wonyoung buru buru menaiki tangga dan masuk ke kamarnya bersama Yujin. Wonyoung belum berani tidur sendiri, jadinya dia menumpang kamar Yujin dulu. Kalau Yujin sih, dia sepertinya tidak sadar jika ada yang tidur di sampingnya.
Membuka pintu kamar perlahan. Wonyoung takut membangunkan Yujin yang sepertinya sudah sangat lelap. Lagipula bocah itu—tidak pernah tidak lelap. Dia tampak tidur dengan pose berantakan, memeluk selimut dan bantal gulingnya yang sudah jatuh ke lantai. Wonyoung memungut bantal guling itu, meletakkannya diantara tubuhnya dan Yujin. Wonyoung merabahkan tubuhnya, ibunya menyiapkan selimut yang lain, Wonyoung sudah sering protes tentang keburukan Yujin yang punya kebiasaan memeluk selimut ketika tidur, dia memakai selimut kebanggaannya.
Dia menatap langit langit kamarnya. Ada gambar bintang bintang di sana, dan jika lampu dimatikan gambar bintang bintang itu akan menyala. Wonyoung takut gelap, Yujin suka tidur dalam gelap—kenyataannya Wonyoung bisa tidur dalam kondisi apapun kecuali sangat panas. Karena Wonyoung sedang menumpang di kamar Yujin, dia meminta ayahnya untuk menempel stiker, siapa tahu Yujin mengigau dan mematikan lampu ketika dia tidur di samping Yujin.
Tapi jika lampu menyala, bintang bintang itu berubah fungsi.
Menjadi sesuatu yang harus di hitung Wonyoung agar ia terlelap tidur.
"Satu, dua, tiga, empat—" dia terus menghitung hingga dia yakin matanya tak bisa terpejam. Ia menatap yang lain, tentu saja ia akan menemukan wajah Yujin yang tengah terlelap. Kakaknya lelap sekali, dia jadi iri. Wonyoung memajukan mulutnya, banyak orang bilang orang kembar itu mirip dalam segala hal. Wajah mereka tidak mirip, dan Yujin sepertinya menghianatinya. Yujin tidak merasakan hatinya yang sedang gundah memikirkan sekolah mereka besok.
PLOOOKK
Tamparan dari tangan mungil Wonyoung sukses mendarat di wajah Yujin. Membuahkan gumaman dan Yujin terusik dari tidurnya.
Dan—
Wonyoung kembali mengganggu Yujin. Dia menusuk pipi Yujin dan bocah itu akhirnya membuka matanya. Dia menatap Wonyoung sayu—ogah ogahan membuka matanya. "Hm?" dia bergumam. Suaranya bahkan terdengar serak. Sepertinya otaknya belum terbangun sepenuhnya, tapi Wonyoung memaksanya. Yujin tidak ingin mendapatkan jambakan.
"Aku tidak bisa tidur" Yujin hanya menatap Wonyoung yang tengah mengadu. Yujin membenarkan posisi tidurnya, memiringkan tidurnya ke arah Wonyoung. Meraih tangan Wonyoung dengan jemari kecilnya, menggenggam tangan itu erat.
"Yujin, kalau seandainya aku tidak memiliki teman di sekolah, kau harus menemaniku terus ya!" Yujin pikir harusnya dia yang khawatir tentang tak memiliki teman. Dia bahkan malas untuk bergerak apalagi untuk bermain di taman kanak kanak nanti.
"Aku khawatir, ada yang tidak kubawa untuk besok" Yujin mendadak teringat bahwa ia lupa dimana ia meletakkan tasnya. Tapi itu akan ia urus besok, ibunya akan mengingatkan kalau tasnya tertinggal. Soal isi tas, ia percaya Wonyoung. Wonyoung akan membawa pensil, penghapus dan buku berlebih untuknya.
Wonyoung menyingkirkan bantal guling diantara mereka. Dia merapatkan tubuhnya pada Yujin. Aroma tubuh Yujin itu membuatnya mengantuk. Menurutnya, Yujin itu bisa menularkan penyakit tidurnya pada siapapun yang memeluknya ketika tidur. Wonyoung memutuskan, tidak ada yang boleh memeluk sang kakak, mereka nanti terkena virus penyakit mengantuk Yujin. Cukup Wonyoung saja. Hanya Wonyoung saja yang boleh tertular penyakit mengantuk itu.
Yujin sudah terlelap. Dia tak terlalu terganggu dengan kebiasaan Wonyoung yang memeluknya ketika susah tidur.
Tak lama setelahnya. Wonyoung pun terlelap.
Lullaby
Tbc

BINABASA MO ANG
LULLABY || Annyeong Ver. [ Yujin x Wonyoung]
Short StoryKisah slice of life dari si kembar keluarga Ahn Yujin si sulung Dan wonyoung si bungsu Cerita ini repost dari original story oleh ika.zordick. jika kalian penasaran silakan search dengan judul yang sama