Lelah. Hyewon merasa, memasang kancing baju saja kenapa rasanya susah sekali. Dia menatap si kembar yang sedang duduk berdua di sofa panjang. Wonyoung terlihat serius menonton TV yang menayangkan acara kartun favoritnya. Sedangkan Yujin tampak merebah dan mengucek ngucek matanya, tapi dia masih focus melihat acara yang sedang di tonton Wonyoung. Sepertinya ia menyukai film itu juga.
"Yujin, wonyoung" Hyewon-ayah bersosok keibuan-ayahnya melebihi kelembutan sang ibu. "Apa cita cita kalian?"
Wonyoung dan Yujin langsung melihat ke arah Hyewon. Mereka mendengar kata kata aneh lagi. "Cita cita? Apa itu?" Tanya Wonyoung.
Hyewon kembali berpikir, mencari perwakilan kata yang pas untuk menjawab. "Jika kalian dewasa, kalian ingin jadi apa? Seperti itulah cita cita" membuat keduanya mengangguk serempak dan mulai berpikir. Wonyoung meletakkan telunjuknya di dahi dan mulai memandang ke langit langit rumah sementara Yujin dahinya mengeriyit. Keduanya berpikir keras.
"Cita cita papa dan mama?" Yujin bertanya. Dia masih kurang jelas dengan pengertian cita cita yang sedang di bicarakan ayahnya.
"Mama ingin menjadi dokter dan dia sekarang melakukan pekerjaan sebagai seorang dokter. Dia mengobati orang sakit"
"Kalau papa?" Wonyoung benar benar tak tertarik dengan kartunnya lagi. Dia menatap sang ayah.
"Papa ingin punya keluarga yang bahagia, ada Mama, Yujin dan Wonyoung" Hyewon bangkit dari single sofanya, mendudukkan dirinya diantara kedua anaknya. Ia mengacak rambut Wonyoung gemas.
"Kalau begitu, aku ingin memiliki toko es krim yang besar" Wonyoung membayangkan dia akan bisa makan es krim sebanyak yang ia mau. Hyewon tertawa melihat wajah mendamba Wonyoung.
"Sepertinya aku bertanya terlalu cepat" Hyewon rasa Yujin juga pastilah memikirkan menjadi pemilik toko kasur agar dia bisa tidur sepanjang hari. Kedua anaknya masihlah sangat kecil untuk memikirkan cita cita. Mereka perlu lebih banyak bermain. "Baiklah, ayo kita makan malam"
.
.
Hyewon menggendong Yujin yang sudah terlelap di pundaknya, tangannya yang bebas menuntun Wonyoung menuju kamar mereka. Eunbi yang baru saja pulang, membantu Hyewon membuka pintu kamar Yujin, mengambil alih Yujin dari gendongan Hyewon yang sedang membantu Wonyoung untuk membenarkan selimutnya.
Hyewon mengambil alih Yujin dan menidurkannya di sebelah Wonyoung yang sepertinya sudah memejamkan mata. Sepertinya Wonyoung kelelahan karena hari pertamanya sekolah.
"Papa" itu suara Yujin. Eunbi bahkan sedikit terkejut karena ini kali pertama Yujin terganggu di tidurnya. Hyewon berjongkok di sisi Yujin, mengelus rambut hitam yujin.
"Tidurlah lagi, sayang!" ucap Eunbi. Hyewon tersenyum lembut, dia mencium dahi Yujin dan Eunbi melakukan hal yang sama pada Yujin. Mereka kemudian melakukan hal yang sama pada Wonyoung.
Tepat sebelum mereka akan meninggalkan kamar itu, kembali Yujin berbicara. "Aku punya cita cita" katanya, membuat langkah keduanya terhenti. Mereka menatap sang anak yang kini memandang yakin keduanya. "Aku ingin menjadi kakak yang baik untuk Wonyoung"
Membuat keduanya berpandangan. Eunbu tersenyum lebar, Hyewon terharu mendengar pernyataan sang anak. Anak sulungnya sudah dewasa meski kerjanya hanya tidur.
"Selamat tidur, Yujin" keduanya meninggalkan kamar itu.
Yujin kembali memejamkan matanya. Mencoba mengulang mimpinya tentang dirinya menjadi kakak yang baik untuk Wonyoung. Di dalam mimpi nya, ia sedang di puji oleh Wonyoung dan senyuman terukir di bibir Yujin
Lullaby
[Chap 3; Hari pertama, cita-cita, dan AC]End
Next story : permintaan maaf dan kucing
|
| "Bukan aku yang mengompol tapi Yujin " | "bukan aku" -Yujin | "kata Wonyoung dia membencimu Yujin| "aku minta maaf, jangan marah" | "aku tidak marah asalkan kau jangan terluka" ||

KAMU SEDANG MEMBACA
LULLABY || Annyeong Ver. [ Yujin x Wonyoung]
Short StoryKisah slice of life dari si kembar keluarga Ahn Yujin si sulung Dan wonyoung si bungsu Cerita ini repost dari original story oleh ika.zordick. jika kalian penasaran silakan search dengan judul yang sama