32. UNDANGAN

10.5K 645 59
                                    


"Hallo, Ayy?" Glen duduk di hadapan mejaku di kelas, siang ini.

Mau apa dia datang menemuiku? Ini tidak seperti biasanya. Karna akhir-akhir ini dia sudah tak pernah menggangguku lagi.

"Nanti malam, mau ikut sama aku? Aku mau nonton balapan sama anak-anak. Ikut yuk!" ajaknya bersemangat.

"Enggak. Makasih," jawabku singkat.

"Malam itu kamu ngotot banget pengen ikut aku. Kenapa sekarang enggak mau? Kita cuma nonton aja, kok."

"Malam itu gue cuma penasaran. Sekarang udah enggak lagi."

Glen tersenyum. "Kamu tenang aja lagi, sekarang enggak akan ada Eno di arena. Ini balapan kelas kakap. Pembalap recehaan kayak Eno dan teman-temannya enggak bakal masuk di sini," sambung Glen.

"Lo budek, ya? Gue bilang, gue enggak mau!" Emosiku jadi terpancing. Karna aku menyadari kalimat Glen barusan bermaksud merendahkan pacarku.

"Kamu takut banget sih, Ayy,  sama dia? Waktu pacaran sama aku, aku enggak pernah lho, ngatur-ngatur kamu gitu? Aku selalu bebasin apapun yang mau kamu lakuin. Kamu masih betah, pacaran sama dia yang ngekang kamu kayak gini?" Glen tak terusik dengan kemarahan yang mulai aku tunjukkan.

"Bukan urusan lo!" jawabku tegas. Meskipun apa yang dikatakan Glen memang benar. Ketika aku pacaran dengannya, dia tak pernah berani mengatur kehidupan pribadiku. Glen bahkan selalu mengikuti segala kemauanku dan cendrung memanjakan aku dengan segala yang dia punya. Kecuali ketika dia mulai tergoda oleh Serly.

"Dengar, Ayy. Kalo kamu ngerasa enggak nyaman sama Eno, kamu enggak bahagia sama dia, kamu bisa balik sama aku. Aku akan terima kamu dengan tangan terbuka. Aku akan dengan senang hati menyambut kedatangan kamu, okay?" Glen menatapku sangat lembut.

HALAH!!! Persetan dengan kalimat manis si bangsat ini. Membayangkan dia adalah Ayah biologis dari janin yang pernah dikandung Serly, membuatku ingin melempar mukanya dengan sepatu.

Tapi... perasaanku merinding juga sih, dengar dia ngomong begitu. Hehee... koplak!

"Aku sadar, telah melakukan kesalahan besar dengan hianatin kamu. Maafin aku yah? Aku harap... kamu masih sudi temenan sama aku. Percaya sama aku, Ayy... Aku masih sayang dan cinta sama kamu," sambung Glen lagi.

Aku terhanyut menatap keteduhan yang terpancar dari kedua matanya. Glen memang tidak berubah... dia masih tetap tampan dan...

Heeeyyy... apa yang kulakukan ini? Bodoh! Sadar Aya! Lo itu pacarnya Eno sekarang! Ngapain lo masih mau dengerin si penghianat ini? Ingat, segala sikap protektif yang Eno lakukan semata-mata karna dia sayang sama lo dan udah janji buat selalu jagain lo! Lo enggak lupa, kan? Masa' karna gombalan si mantan terkutuk Glen lo langsung meleleh gitu aja? Cemen banget lo, Ayy?

Bagian yang masih sehat dalam kepalaku mencoba memberi peringatan.

"Jadi, gimana? Mau ikut gue nanti malam?" tanya Glen kemudian.

"Enggak," jawabku dengan nada santai.

Glen menghela nafas. Mungkin dia kecewa karna setelah susah payah merangkai kalimat sedemikian apik, tetap tak menggoyahkan pendirianku.

Pulang sekolah, Eno sudah setia menungguku di depan gerbang. Yeaaayyy... dijemput lagi sama Abang! Prikitiieewww... hatiku melonjak girang. Begitu gembira melihat motor Eno sudah terparkir di teras kios bakso. Akhirnyaaaa... badai berlalu juga, hahaha... bodoh!

Aku buru-buru menghampirinya.

"Mau kemana kita hari ini?" tanya Eno seperti biasa.

"Ke hati Abang aja!" tanggapku bergurau.

BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅Where stories live. Discover now