PART 1

9.6K 394 20
                                    

Musim Gugur, 2010

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Musim Gugur, 2010

Aku menyusuri alam mimpi yang begitu indah, bersama dengan musim yang terus berganti tanpa kusadari seolah hidupku hanya kugunakan untuk tertidur, dimanapun dan kapanpun walaupun ku tak menginginkannya. Terkadang aku bermimpi berada ditengah bunga canola yang mekar, ditengah daun momiji yang berguguran, pantai yang begitu luas ataupun salju yang terasa hangat.

Aku menyukainya setiap detika dalam tidur yang membuat pikiranku beristirahat, tertidur memberikan ku ketenangan dalam segala hal, ketakutan dan kekhawatiranku menghilang begitu saja. Aku tertidur ketika angin berhembus, ketika bantal melambai padaku, bahkan aku juga tertidur ketika menghirup aroma kopi yang begitu menggoda untuk ku minum.

Namun saat itu, ketika aku berada ditingkat akhir sekolah tinggiku dengan seragam yang begitu kubanggakan, untuk pertama kalinya aku tidak ingin tertidur ketika melihatnya, wajahnya yang tampan, manik karamelnya, senyumnya yang merekah, dan juga suaranya yang terdengar lembut walaupun dari kejauhan.

Aku tak mengetahui siapa namanya, hanya saja senyuman itu teringat begitu jelas dalam benakku. Benak Min Yoongi, sosok pria berbadan kecil yang sangat menyukai waktu tidur. Aku mengingatnya dengan jelas, bagaimana aku membuang wajahku ketika sosok itu menatapku dengan manik karamelnya.

Saat daun yang menguning itu berguguran begitu indahnya, menutupi lintasan sepeda dan juga pejalan kaki didepan lapangan yang cukup besar, dimana para pria tengah bermain baseball, menangkap dan melempar. Aku hanya duduk dibawah pohon yang tengah mengugurkan daunnya itu karena angin berhembus begitu kencang, membuat mataku ingin terpejam.

Namun sosok pria dihadapanku membuatku tetap terjaga, dia yang sesekali tertawa karena tingkah konyol temannya, ataupun dirinya yang salah mengukur jarak untuk memenangkan permainan. Terkadang, aku turut tersenyum walaupun udara begitu dingin dengan debu lapangan yang menerpa wajahku. Aku dapat mendengarnya, suara teriakannya yang menenangkan.

"Aku—Aku akan melakukannya—Jangan biarkan alien itu yang melakukannya"

Aku tertawa kecil mendengar suaranya yang begitu merdu mengatai temannya dengan sebutan alien yang bahkan makhluk itu belum tentu ada dialam semesta. Aku menggerakan kakiku dengan bosan ketika dia mulai berlari dan menangkap, karena aku tak dapat lagi mendengar suaranya.

"Park Jimin! Kau benar- benar hebat!!!"

Ah—Dia menang dan-- dia bernama Park Jimin. Aku tersenyum karena mengetahui namanya, menangkap setiap pergerakannya yang kini melakukan highfive bersama teman- temannya. Aku turut tertawa ketika dirinya tertawa, dan aku turut merengut ketika dia juga merengut. Hingga, manik caramel itu menangkapku yang tengah memperhatikannya.

Saat itulah, aku membuang pandanganku dan menatap kearah langit yang mendung dengan jantung yang kini berpacu begitu cepat. Sangat cepat hingga aku merasakan sesak dan sedikit berkeringat.

I'LL NEVER LOVE AGAIN [MINYOON]Where stories live. Discover now