PART14

1.6K 214 1
                                    


Yoongi mengerjapkan matanya pelan ketika mentari mulai mengetuk begitu lembut pada kelopak matanya. Ia kembali memperlihatkan manik hitam arangnya dengan mata sayu dan juga bengkak karena menangis cukup lama tadi malam. Maniknya menatap kearah luar jendela yang memperlihatkan cuaca cukup cerah hingga senyuman sendu kembali terukir.

"Selamat pagi, Jiminie" gumam Yoongi yang kini memejamkan matanya sejenak, merasakan bagaimana suara lembut milik pria itu memasuki indera pendengarannya, hingga membuat Yoongi tak mampu melupakannya, bagaimana Jimin begitu mencintainya, dulu dan mungkin saat ini.

Yoongi kembali membuka matanya dengan sudut mata yang sedikit berkerut karena mentari menyorot kornea matanya yang kini terlihat. Ia kembali tersenyum miris ketika dirinya tak mampu lagi bersanding dengan Jimin karena keadaannya, keadaannya yang membuatnya selalu tertidur dan mungkin akan mati jika Yoongi tertidur ketika lampu penyebrang jalan berubah menjadi merah saat dirinya menyebrang

Ia pun segera bangkit memasuki kamar mandi dengan kakinya kini diseret. Mencuci muka dan menggosok gigi dengan jemari yang bahkan terlihat begitu sulit untuk mengangkat pasta gigi berwarna hijau itu, hingga maniknya kini kembali menemuka deretan obat dan juga gelas couple-nya bersama dengan Jimin, dulu.

Krukk

Yoongi memperlihatkan wajahnya yang mengeluh dengan busa pasta gigi yang masih penuh dalam mulutnya karena perutnya berontak ketika dirinya baru saja terbangun. Ia pun segera berkumur dan membasuh mukanya, menghapus jejak air menggunakan handuk kecil dan melangkahkan kakinya keluar.

Maniknya kembai terarah pada gelas yang dibeli oleh Jimin, gelas sepasang dengan warna putih yang kini menjadi miliknya dan hitam menjadi milik Jimin. Ia menyentuh mulut gelas itu dan tersenyum sendu, merasakan bagaimana Yoongi begitu merindukan Jimin yang tak berubah, hingga keningnya kini berkerut.

"Lalu kenapa dia menghilang begitu lama?" gumam Yoongi yang kemudian menghela nafasnya dan meraih longcoat yang menggantung, serta ponsel dan juga airpod untuk menghubungi Seokjin karena takut jika Yoongi tiba- tiba saja tertidur diperjalanan. Ia pun menekan Id caller sambil melangkahkan kakinya keluar pintu apartemen.

"Yoongi? Kau sudah bangun?"

"Tentu—semalam aku tidur begitu nyenyak" ucap Yoongi yang kini melangkah keluar dari apartemennya dengan gelang berwarna babyblue dengan nama Kim Seokjin beserta nomor teleponnya. Namun, maniknya kini menatap kesekeliling, ketika apartemennya terasa begitu sepi dengan aura yang sedikit berbeda.

"Semalam—Kau bersama Park Jimin?"

Yoongi terdiam mendengar pertanyaan Seokjin yang kembali membuatnya tersenyum tipis, mengingat bagaimana rengkuhan Jimin ketika memangkunya, ataupun ketika menidurkannya begitu lembut diatas kasur. Ia pun menundukan pandangannya dan kembali melangkah kearah lift.

"Tidak—Dia kembali setelah memastikan aku tertidur—walaupun, aku tidak tertidur—dan hyung? Dia—mengucapkan selamat tinggal padaku" ucap Yoongi yang kini hanya mampu menatap kosong pada lantai koridor.

Tak ada suara, Seokjin dan Yoongi sama- sama terdiam hingga keheningan itu menyapa. Yoongi yang hanya menunggu lift dan Seokjin yang mungkin tengah tersentak karena pernyataan Yoongi. Hal itu membuat Yoongi menghembuskan nafasnya yang begitu berat.

"Kau tahu? Namjoon pernah mengatakan sesuatu padaku, Jimin itu sangat sensitive terhadap sekitarnya semenjak dia meninggalkanmu"

Yoongi kembali terdiam hingga pintu lift kini terbuka, membuatnya melangkah masuk dan segera menekan tombol pembuka lift karena sosok pria tengah melangkahkan kakinya membawa tongkat baseball pada genggaman tangannya. Yoongi pun sedikit menjauh dengan degup jantung yang kini berpacu dan maniknya yang begitu gelisah.

I'LL NEVER LOVE AGAIN [MINYOON]Where stories live. Discover now