Limbung - Bontonompo

46 12 0
                                    

- Yuta -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- Yuta -




(03.30 pm)

Kok bisa yah, ada manusia seunik Ayana?

Bisa-bisanya dia mau aja jadi pacar gue padahal tau seberapa brengseknya kelakuan gue di kampus. Bisa-bisanya dia tetap sabar meskipun gue ngetuk kamar kostnya jam 2 malam cuma buat numpang curhat dan numpang makan meski setelahnya gue diusir sama ibu kost karena dianggap mau mesum dan Ayana cuma bisa ketawa canggung sambil minta maaf sama ibu kostnya yang nyiyir itu. Bisa-bisanya juga dia santai aja pas gue minta putus karna gue akhirnya sadar, kelakuan gue selama ini malah menyakiti Ayana dan kesannya jadiin dia pelarian.

Dan bisa-bisanya dia masih memenuhi kepala dan hati gue dengan rasa bersalah meski udah enam bulan semenjak kita putus.

Tapi yang paling ajaib, kok Ayana masih betah temenan sama gue dari jaman main gundu di depan rumah sampai sekarang Ayana udah jadi perempuan dewasa paling baik yang pernah gue kenal?

Kadang gue ragu kalo Ayana itu manusia.

Bahkan dia gak banyak ngomong saat gue ajak pulang kampung bareng. Dia oke-oke aja.

Oh, mungkin karena gue cakep, jadi Ayana gak bisa nolak.

Hehehe.

"Laper."

Ayana langsung noleh ke arah gue. Kebiasaan banget alisnya diangkat sebelah. Bukannya terkesan sinis, malah Ayana kelihatan lucu.

"Yah makan, sayang~"

Setelah ngomong kayak gitu, Ayana langsung diem. Matanya membulat dan cepat-cepat dia mengoreksi kalimatnya tadi.

"Makan sana kalo laper."

Yah, padahal gue udah seneng dipanggil sayang sama Ayana.

Jarang-jarang nih, Ayana manggil sayang kecuali ada maunya.

"Bakso raksasa Mas Adi, mau?" Usul gue. Tau kalo Ayana suka makan bakso.

Ayana tuh satu dari sedikit cewek yang gak jaim kalo soal makanan. Diajak makan apa pun, selama dia suka dan gak alergi sama makanan itu, dia gak pernah nolak. Entah bayar sendiri atau dibayarin.

"Dibayarin gak nih? Aku gak bawa cash. Ada sih," Ayana menghitung sisa uang di dompetnya. Tumben si bocah gak bawa cash. "Sisa tujuh ribu lima ratus. Berenti di atm yah atau gak indomaret gitu."

"Lima ratusnya gak usah disebut kali."

"Heh! Lima ratus rupiah itu masih kehitung duit. Sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu lima ratus gak akan cukup sejuta kalo gak ada lima ratus rupiah."

"Iya, iya. Kamu itu anak PBI atau akuntansi, sih?"

"Anak orang."

"Ckckc, galaknya."

"Siapa yang galak, hah!?" Ayana menjauhkan tangan gue yang tadi nepuk puncak kepalanya.

"Eey, katanya calon guru, tapi kelakuan barbar kayak gini. Yang ada yah, Ay, murid kamu nanti bakal takut sama kamu. Jangan galak-galak lah."

"Serah kamu deh."

Ayana meniup kasar poninya. Bikin dia jadi makin lucu.

"Ay."

"Apaan dah?"

"Ada anak FK yang katanya suka sama aku."

Hening.

Ada jeda lama sebelum Ayana noleh ke arah gue. Jangan lupa dengan sebelah alisnya yang diangkat.

"Siapa?"

"Namanya Sakura."

"Ooooh... Sakura~"

"Kamu kenal?"

"Gak." Ayana melipat tangannya di depan dada. "Lagipula gak ada faedahnya kamu laporan kayak gini. Kalo suka yah bilang. Itu keahlian kamu, kan?"

Shit.

Itu sindiran. Kentara banget.

Rencananya gue mau bikin dia cemburu, malah gue yang kicep. Ayana, Ayana. Lo itu beneran ada, apa cuma ilusi yang terlalu sempurna sih?

"Lagian yah, Yuta," Ayana melanjutkan. Oke, kayaknya dia mau ngomong serius. "Kalo maksud kamu cerita tentang semua pacar atau cewek yang lagi dekat sama kamu tujuannya biar aku cemburu, you fail. Aku gak cemburu sama mereka. Malah kebalikannya, mereka yang cemburu ke aku."

"Hm, bener."

Gue inget, kebanyakan dari mantan pacar gue selalu ngeluh soal betapa dekatnya gue dengan Ayana. Bahkan ada di antara mereka yang bikin isu-isu gak jelas soal Ayana.

Tapi karna dasarnya Ayana cewek baik-baik, mana ada yang mau percaya kalo dia PHO?

Lagipula Ayana jauh lebih berharga daripada itu.

Saking berharganya, gue terlambat sadar kalau perasaan gue selama ini ke Ayana udah lebih dari sekedar rasa sayang ke sahabat. Gue pengen menjaga Ayana, even from myself.

"Tapi, Ay, aku gak suka sama Sakura."

"Terus sukanya sama siapa? Aku? Heh, kebaca mau ngegombal."

"Pura-pura gak tau kek kalo aku mau ngegombal. Biar kesannya kayak ex-boyfriend goals gitu."

"Oke, sorry. Ulang gih gombalannya. Aku pura-pura gak tau."

"Gak ah. Timingnya udah lewat."

"Yeu... ngambek. Jangan ngambek ah, makin jelek."

"Jelek gini pun kamu suka, kan?"

Ayana lagi-lagi menoleh ke arah gue. Dengan senyum paling manis andalannya. Dia gak menatap gue jijik atau nampol gue pake kotak tisu. Ayana cuma senyum aja dan rasanya lebih adem daripada nutrisari jeruk peras di siang bolong.

"Iya, aku suka."

Damn, Ayana!

Kalo gak inget lo itu temen dari jaman zigot, udah gue culik ke Jepang!

****

Tbc

Double update karna ku sayang Yuta

Pulang ✔Where stories live. Discover now