BAB 2.2

339 7 0
                                    


Arya Janardana

.

.

.

"jadi mas, balik lusa ?" Tanya pak Wisnu di sela-sela wisata kuliner mereka malam ini.

"ia mas. Saya ngisi kuliah umum. By the way mas. Yang ikut seminar kemarin mahasiswa semua ya mas ?"

"ia mas. Kita lagi menggalakkan publikasi ilmiah. Biar tetap jadi LPTK favorit. Oia, besok agenda mas apa ? mumpung lagi kosong jadwal.'nih.." ajakan pak Wisnu menarik perhatian dosen muda ini. Sejenak ia berhenti menyantap kerang rebus ke-tiganya ini.

"tau ja nih mas nya. Tapi, ntar masnya jadi repot lagi. Saya gak enak mas. Rencananya saya naik angkutan aja kesana. Itung-itung solo traveling."

"repot dari mana sih mas ? tamu dari jauh ya harus di jamu dengan baiklah. Biar mas kangen terus sama daerah ini. Yaudah kita berangkat malam ini aja. Jalan malam tidak terlalu macet."

"eh, seriusan ini mas ? gpp ?"

"ia. Udah buruan kita berangkat. Kita ajak dosen yang lain juga. Kebetulan mereka masih dikantor".

.

.

.

Mobil yang berisi Arya, Wisnu, Setya, dan Eko. Mobil yang dosen-dosen muda dan kece ini melaju dengan kecepatan sedang, itung-itung nikmati angin malam.

Kebanyangkan pembicaraan dosen-dosen muda ini, apalagi kalau bukan bicarain penelitian, pengalaman mengajar dan....

Dan...

Dan.

Dan yah... kehidupan pribadi tentunya.

"kalau saya Alhamdulillah, sudah punya momongan. Mau liat mas ?" ujar pak Wisnu sembari memperlihatkan foto anaknya.

"Cah lanang mas ? cakep banget.." Arya terlihat antusias melihatnya. "saya jadi pengen"

"kalau saya udah 2 mas, sepasang cewe-cowo" ujar pak Eko.

"kalau pengen, harus garcep lah mas. Kan gak ada lagi yang di tunggu ?" saut pak Setya.

"ia sih mas. Belum ketemu yang pas aja. " - "lagian saya juga bakalan sibuk untuk disertasi saya mas" sambung Arya.

"kalau saran saya nikah aja dulu. Kan lumayan mas, istri mas nanti bisa nemenin mas ngerjain tugasnya."

"bener juga y mas eko. Saya juga sudah di tanyain sama keluarga"

"tapi mas harus ingat. Kita menikah bukan hanya sekedar butuh teman hidup atau maaf teman tidur. Bukan. Arti menikah itu adalah kita hidup bersama untuk mencapai surganya Allah. Saling mendukung, saling menutupi, saling mengingatkan, semuanya harus saling agar kehidupan kita juga adem ayem." Kata-kata pak Wisnu sangat bagus.

"wanita itu tidak ada yang sempurna, begitupun kita. Makanya kita harus saling menyempurnakan mas" kata-kata penutup dari pak Setya.

Dan pembicaraan tentang pernikahan dan anak berhenti sampai disana. Karena mereka tau, pembicaran seperti ini sangat sensitive. Di samping itu Arya mulai meresapi perkataan dosen-dosen muda yang lain. Sedikit tidaknya pernikahan selalu ada di pikiran dosen muda nan ganteng ini.

.

.

.

"suasananya asik ya pak, saya udah lama mau liburan. Walaupun mahasiswa libur, dosen belum tentu."

Bukan Dosen kuWhere stories live. Discover now