SATU

2.2K 255 195
                                    

Follow sebelum membaca😗

Tandai jika ada typo ya..
____

Jodoh gak bakal kemana. Kira-kira itulah yang selalu menjadi penyemangat Kinara dalam mengejar cintanya. Sambil meremas ponsel ditangannya, Kinara menunggu dengan cemas.

Beberapa menit lalu, ia baru saja mengirim pesan pada Bara. Melalui akun istagram, Kinara menjelaskan maksudnya mengirim pesan. Dan sekarang, ia sedang duduk di ranjang menunggu balasan.

Tring

Buru-buru ia buka ponselnya. Dan benar saja, Bara membalas pesannya. Jantungnya berdegup kencang, ini kali pertama ia berani mengirim pesan pada cowok itu. Jika biasanya ia hanya akan mengirim pesan memakai akun palsu, maka kali ini tidak. Kinara menggunakan akun aslinya.

@Bara.adytama
Oh, hai Kinara. Iya bener, gue lagi butuh joki tugas. Kalo lo emang beneran minat, besok ke kelas 11 ips 3 aja, gue ada disana.

Hah? Ini beneran? Akhirnya Kinara bisa melihat Bara dari dekat. Ah, ia senang sekali.

@Kinarakzni.a_
Oke, Bara. Makasih ya. Aku bener-bener serius, aku lagi butuh uang.

Bohong.

Kinara tak terlalu memikirkan persoalan uang. Meski kenyataannya ia berasal dari keluarga yang tidak sekaya Bara, ia tidak terlalu memikirkan berapa gaji yang akan ia dapat. Keinginan utamanya hanya melihat Bara dari dekat.

"Huh! Gak sabar."

Kira-kira bagaimana ya wangi tubuh Bara dari dekat? Apakah nanti ia akan terlihat gugup? Aish, jangan sampai ia melakukan hal ceroboh besok.

"Ara, makan malam udah siap. Makan dulu yuk?"

Suara ketukan dari luar pintu kamarnya membuat lamunan Kinara buyar. Buru-buru ia bangun dari atas ranjang.

"Iya, Bu. Bentar lagi aku keluar," sahut Kinara sedikit berteriak. Ia mengikat rambutnya asal sebelum kemudian berjalan keluar kamar.

***

Nama Bara Adytama sepertinya tidak asing lagi ditelinga. Putra tunggal dari Bagaskara Adytama yang masuk ke dalam jajaran pengusaha sukses di Asia.

Hidup bergelimang harta, nyatanya tak membuat Bara senang. Sejak kecil, ia selalu merasa kurang diperhatikan. Orang tuanya sibuk bekerja, sudah bukan rahasia lagi jika keduanya tak pernah akur, mereka selalu bersaing dalam hal apapun.

Tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tua, tentu membuat Bara terluka. Bara menjadi sosok yang tak suka diatur, dan mudah marah. Bara juga selalu irit bicara ketika di rumah, dan malah lebih banyak bicara ketika bersama teman-teman geng motornya, atau bersama Kanaya.

Yap. Bisa dikatakan Bara adalah anak yang nakal, ia bahkan menjadi ketua dari geng motor Alastor–geng motor yang memiliki musuh paling banyak. Alastor tak suka mencari gara-gara, Bara bahkan selalu menekankan pada tiap anggota geng-nya agar tidak pernah memulai masalah dengan siapapun. Alastor selalu disegani dan ditakuti. Karena itulah banyak yang ingin menyingkirkan Bara, bahkan membuat pecah geng Alastor.

Bara memang tak sesuci yang kalian pikir. Semakin mengenal dia, maka akan semakin terkejut juga kalian. Bara memiliki banyak rahasia dalam hidupnya yang ia simpan rapat-rapat. Semakin keras ia tertawa, maka artinya semakin banyak luka yang berusaha ia tutupi.

Saat ini Bara sedang duduk di balkon kamar appartemennya. Menikmati sebatang nikotin sambil memainkan gitar kesayangannya. Ia memilih pulang ke appartemen daripada harus menikmati suasana rumah yang terasa memuakan.

"Gelap bener kamar lo."

Bara menoleh kaget. "Sialan! Gue pikir siapa."

Rey terkekeh, kemudian ia ikut duduk di samping Bara yang kembali sibuk memetik gitarnya.

"Masih suka gelap-gelapan gini ya lo?"

"Kapan lo pulang?" Bara balik bertanya. Ia meletakan gitarnya, fokusnya kini hanya tertuju pada wajah sepupunya itu.

"Tadi. Gue ke rumah lo, cuma kata Bi Arum lo jarang pulang."

Bara mengangguk kemudian berdiri. "Lo mau minum apa?" ia melangkah masuk. "Gue panggil temen-temen yang lain, kayaknya mereka kangen sama lo."

Rey ikut berdiri, ia mengikuti langkah Bara menuju ruang tengah. "Lo masih kayak dulu ya," kekeh Rey.

"Emang lo berharap gue kayak gimana?"

Rey mengendikkan bahunya. Bara mengambil 2 botol minuman soda yang memang selalu ada di kulkasnya, ia melemparnya ke arah Rey yang dengan sigap menerimanya.

"Gimana hubungan lo sama Kanaya?" tanya Rey setelah keduanya duduk di sofa.

Terdengar helaan nafas dari mulut Bara sebelum akhirnya ia menjawab, "Gak gimana-gimana sih, ya emang mau gimana lagi? Gue sama dia sahabatan sejak kecil, kan?"

Rey tertawa pelan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, ia cukup paham mengenai apa yang terjadi antara sepupunya dengan perempuan bernama Kanaya itu. Kadang juga Rey merasa jika Bara hanya dijadikan batu loncatan saja oleh Kanaya, rasa cintanya pada perempuan itu membuatnya buta.

Memilih untuk tak bertanya lebih jauh lagi mengenai Kanaya, Rey mengedarkan pandangannya, ia sudah lama sekali tidak main kesini. Tak ada banyak perubahan dari tiap sudut ruangan di apartemen ini, semua masih sama persis seperti beberapa bulan lalu, mungkin hanya ada sedikit perubahan saja, sekarang dinding apartemen ruang tengah kebanyakan diisi oleh foto-foto kebersamaan Bara dengan geng motornya, cat temboknya juga sudah berubah, dulu masih warna hitam sekarang jadi abu-abu.

"Kapan terakhir kali lo pulang, Bar?" tanya Rey melirik Bara.

"Sebulan lalu, mungkin," jawab Bara agak ragu, ia bahkan lupa kapan terakhir kali pulang ke rumah karena Bara memang lebih sering pulang ke apartemen.

"Sering-seringlah pulang ke rumah, apalagi gue denger Om Bagas sama tante Meli besok pulang, mereka pasti pengen ketemu lo."

"Pulang buat berantem maksud lo?" Bara tersenyum sinis.

"Bar–"

"Mereka pulang juga gak jauh dari berantem, rumah jadi berisik kalo ada mereka, gue gak suka. Stop buat nyuruh-nyuruh gue buat pulang ke rumah, gue tau lo sepupu gue tapi tolong jangan selalu ikut campur masalah keluarga gue."

Rey menelan ludahnya, ia menghembuskan nafasnya kasar. "Fine! Gue gak bakal ikut campur masalah keluarga lo lagi, tapi kalo lo gak mau pulang karena orang tua lo, tolong lo pulang buat Bi Arum, dia kangen masakin lo katanya."

Ah, mendengar nama Bi Arum disebut Bara jadi sedikit melunak. Perempuan tua itulah yang mengurusnya sejak kecil, bahkan sampai sekarang Bi Arum yang selalu mau datang ke sekolah tiap Bara dalam masalah.

"Oke." Rey tersenyum mendengar jawaban Bara.

Bara memang keras kepala, emosinya menjadi tidak stabil karena permasalahan yang ia hadapi sejak kecil. Kadang Rey merasa kasihan melihat Bara yang harus hidup sendirian, meskipun banyak uang tapi Rey tahu jika uang yang banyak belum tentu mendatangkan kebahagiaan. Tapi Bara cukup beruntung karena memiliki banyak teman yang selalu ada untuknya, solidaritas mereka memang tidak perlu diragukan lagi, satu dari mereka susah, semuanya akan turun tangan untuk membantu.

***

To be continue.

Follow ig; @risallsa_

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 30, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

K I N A R AWhere stories live. Discover now