Part 5 - Rules No.1

7.3K 748 6
                                    

Sudah Tamat di Aplikasi Karyakarsa
****

I said I won't lose control
I don't want it
I said I won't get too close
But I can't stop it
Oh no, there you go
Making me a liar
Got me begging you for more
Oh no, there I go
Startin' up a fire
Oh no.
~ Camila Cabello - Liar ~
****

Wanita dengan rambut tergerai bergelombang yang telah selesai menulis aturan yang akan diterapkan pada pernikahan antara dirinya dengan pria menyebalkan dihadapannya itupun mulai kembali memasang wajah angkuhnya.

Dinaikkan dagunya saat hendak membacakan aturan yang telah Ia tulis pada kertas putih yang diberikan Armann sebelumnya.

"Pihak satu adalah Helga Zahfarani atau disebut juga sebagai istri." Helga mulai berucap. "Pihak dua adalah Armannio Luca atau disebut juga suami." Satu alisnya naik, menatap Armann mendelik.

"Dengan ini berjanji akan menepati peraturan yang akan disepakati, sebagai berikut, rules number one, pihak satu dan pihak dua tidak boleh memaksa satu sama lain untuk tidur bersama." Seru Helga sembari menatap Armann dengan memicingkan kedua matanya.

"Rules number two, pernikahan antara pihak satu dan pihak dua harus dirahasiakan dihadapan publik.

Rules number three, pihak satu dan pihak dua tidak boleh mencampuri urusan masing-masing pihak. Dan rules number four, selama pernikahan ini berlangsung, kedua belah pihak berhak menjalin hubungan dengan siapapun dan tidak boleh ada larangan dari masing-masing pihak. Puas?" Helga menaikkan satu alisnya. Menantang Armann yang sedari tadi memperhatikan dirinya.

"Nope!" Armann mulai bersuara. Pria itu menggelengkan kepalanya, membuat Helga mengernyit melihatnya.

"Aku mau hak aku sebagai seorang suami, Helga." Ucapnya dengan begitu licik.

"Hak apa?" Helga menantang. "Hak untuk nidurin aku kapanpun kamu mau? Jangan mimpi!" Sembur Helga berapi-api.

"I'm not dreaming, Helga." Desis Armann pongah. "Dan kalau aku menginginkanmu di atas ranjang maka kamu harus siap untukku." Lanjutnya lagi dengan seringai yang sungguh membuat Helga emosi.

"Lalu kalau kamu meminta hak kamu sebagai seorang suami, apa kamu juga akan menjalankan kewajiban kamu sebagai seorang suami, hah?!" Tantang Helga lagi. "Ada sistem simbiosis mutualisme disini kalau berbicara mengenai hak dan kewajiban, tuan Armannio Luca yang terhormat." Sinisnya.

"Fine! Kamu mau apa? Rumah? Apartemen? Mobil? Uang bulanan? Sebutkan saja." Tanya Armann dengan begitu angkuh. "Jika cuma itu, tenang saja akan aku berikan, Helga. Aku akan nafkahi dirimu. Ingat, aku keturunan Luca. Perihal mengenai uang dan harta, tak pernah menjadi masalah untukku." Angkuhnya lagi.

"Perlu kamu ingat, aku juga keturunan Wiryodani, Armann. Walau kekayaan keluargaku tidak sebanyak yang keluargamu miliki tapi kami juga bukan keluarga miskin." Helga tidak terima.

Iya, walaupun keluarganya hanyalah pemilik sebuah perusahaan media di daerah pulau Jawa, namun eksistensinya masih diakui di Indonesia. Siapa yang tidak tahu, Javana Post? Koran milik perusahaan keluarga Wiryodani yang sudah berdiri sejak dua puluh lima tahun yang lalu.

Walau perusahaan-perusahaan media cetak dan online lainnya tumbang dan silih berganti, namun Javana Post tetap teguh berdiri. Bahkan, melalui Javana Post pulalah kedua orang tua mereka dapat bertemu. Lalu menjadi sahabat seperti sekarang ini.

Helga sangat menghormati Leone dan Cattarina Luca. Walau jarang bertemu, namun mendengar cerita-cerita yang sering diperdengarkan oleh kedua orang tuanya membuat Helga sangat bersimpati kepada mereka.

BITTERSWEET MARRIAGE (TAMAT di KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang