9. Menaruh Syak - AmaKuro

134 15 2
                                    

Melelahkan sekali. Walau pekerjaan selesai lebih cepat dan merupakan suatu hal yang disukai, tetap saja rasa penat di sekujur tubuh tidak bisa dibohongi. Bahkan rasanya melangkahkan kaki ke apartemen rasanya sudah tidak bisa lagi.

Untung saja, Kuroneko akhirnya sampai di depan apartemennya. Tidak berhenti di tengah jalan dan berjongkok di pinggir lorong, seperti kucing tak punya rumah.

Oke, itu terlalu memalukan jika dilakukan, dibayangkan saja sudah merasa malu.

Saku jaket dirogoh, mengeluarkan sebuah kunci dan langsung memasukkan ke lubang kunci di pintu. Kernyitan tercipta di dahi gadis berambut pirang itu, heran mengapa kuncinya sama sekali tidak cocok dengan lubangnya. Padahal sudah merasa mengambil kunci yang benar.

Kembali diambil kunci lain yang kebetulan juga ada di saku. Dan benar saja, memang salah kunci.

Pintu dibuka, Kuroneko masuk ke dalam. Berhenti sejenak untuk membuka sepatu. Walau rasanya malas sekali saking lelahnya. Inginnya langsung masuk dan cepat-cepat bertemu kasur setelah membersihkan diri.

"Miaw~"

Seekor kucing putih menghentikan langkah Kuroneko yang niatnya melanjutkan masuk ke apartemen. Untuk kedua kalinya, merasa heran serta bingung. Si pirang tak pernah memelihara kucing walau memiliki kesukaan yang lebih pada makhluk berbulu itu, karena kucing-kucing di tempatnya bekerja sudah seperti peliharaan sendiri.

Jika kucing liar, bagaimana bisa masuk ke dalam apartemennya yang dikunci?

Ah, mungkin Kuroneko tak ingat kalau pernah memungut seekor kucing? Berhubung sedang lelah juga.

Kuroneko berjongkok di hadapan kucing itu. Mengelus kepala sang kucing yang sangat menikmatinya. Bahkan sengaja menggosokkan kepala ke telapak tangan Kuroneko kala berhenti mengelusnya. Lucu sekali. Rasa lelah seakan luntur begitu saja.

"Kayaknya aku memang pernah mungut kamu, yah? Kalau begitu, habis mandi bakal kukasih makan."

"Miaw~"

Senyum kecil diberikan sebelum berdiri dan berjalan melewati kucing putih itu. Tas yang dibawa langsung ditaruh di sofa, sebelum menuju kamar mandi. Rasanya ada hal mengganjal setiap Kuroneko melangkah, entah mengapa. Namun, alasannya tak dapat diketahui. Langsung dikesampingkan saja selagi menutup pintu kamar mandi dan mulai membersihkan diri.

Memakan waktu cukup lama, mengingat katanya perempuan itu selalu lama jikalau mandi, Kuroneko akhirnya keluar dengan mengenakan baju mandi. Merasa lebih segar dari sebelumnya. Bahkan berpikir tak perlu beristirahat lagi. Memang, membersihkan diri adalah yang terbaik.

Sama sekali tak membiarkan suasana hati baik bertahan lama, sepasang iris merah tua menangkap sosok lelaki duduk di sofa. Tampak mengelus sesuatu di pangkuan, mungkin kucing putih tadi. Tentu saja, membuat Kuroneko sontak terkejut. Lelaki?! Di apartemennya?! Kalau tamu pun, harusnya mengetuk pintu dan diizinkan dulu sebelum masuk. Kalau begini namanya kurang ajar!

Sapu, yang kebetulan ada di dekatnya, langsung diambil sebagai senjata. Mendekati lelaki itu dengan kesal. Bersiap memberi pelajaran dengan senjata di tangan. Dan semakin terkejut dibuatnya kala Kuroneko menyadari siapa lelaki itu.

"Amachan?!"

"Ah, Kuro-"

Buk buk buk!!

Tak peduli lelaki itu adalah Amatsuki atau siapapun, Kuroneko tetap merasa tak terima. Bahkan terus memukuli walau si pemuda bulan tampak begitu kesakitan serta terus meminta untuk berhenti. Pokoknya harus diberi pelajaran, siapapun itu!

"Ngapain kamu langsung masuk ke apartemenku?! Mau ngintip aku mandi?!"

"K-Kuro-chan- aduh, aduh-!" Walau tampak bertanya begitu, pukulan sapu tetap tak dihentikan Kuroneko. Terus menambah rasa sakit di sekujur tubuh Amatsuki tanpa ampun. Walau sebenarnya yang dipukuli merasa tak melakukan kesalahan. "S-stop! Kuro-chan, ini apartemenku!!"

Ganggang sapu itu berhenti mengenai tubuh Amatsuki. Tepat setelah ucapan yang hampir terdengar membentak. Kuroneko tampak terdiam sebentar dengan tampang tak percaya. Sekaligus memperhatikan seisi apartemen.

Segala perabot dan tata letaknya berbeda dengan di apartemen Kuroneko. Terlebih lagi, si pirang juga tak mempunyai boneka kucing berbulu domba yang terletak di sofa.

"... Tapi, kok aku punya kuncinya?" Pantas saja tadi sempat salah kunci. Kunci pertama tadi memang untuk apartemennya. Kuroneko kemudian teringat sesuatu yang makin membuatnya bingung. "Handukku, baju mandiku... sabun dan shampoku juga ada di sini.... Kok bisa?"-Rasanya seperti di apartemen sendiri saja.

Bukannya langsung menjawab, tawa kecil langsung lolos dari si pemuda bulan. Merasa geli dengan ekspresi Kuroneko yang tengah linglung. Hanya bertahan beberapa detik-takutnya kembali dipukuli-dilanjutkan dengan penjelasan singkat, disertai senyum lembut. "Kuro-chan, kita sudah pacaran selama sebulan."

"H-HAH-?!"

Dengan segala keterkejutan dan wajah memerah, seluruh memori langsung memenuhi kepala. Membuat Kuroneko ingat segala hal yang sempat dilupakan, karena kelelahan. Tentu saja, kalimat Amatsuki tak berisi kebohongan. Kunci yang tadi digunakan-kunci serep apartemen ini-diberikan si pemuda bulan sendiri. Cadangan barang-barang untuk mandi miliknya pun dibawa ke sini.

Alasannya, apartemen Amatsuki tidak terlalu jauh dari tempat kerjanya. Dan mereka berdua memang sudah berpacaran. Tak masalah jika sewaktu-waktu Kuroneko terlalu lelah untuk pulang ke apartemennya sendiri, ia bisa mampir di sini dulu untuk membersihkan diri dan istirahat sejenak.

Wajah Kuroneko makin memerah mengingatnya. Apalagi sempat kasar sekali pada Amatsuki. Sementara si surai coklat hanya memperhatikan, masih mempertahankan senyum. Ditambah tatapan simpati yang tertuju, padahal harusnya ia yang mendapatkannya.

"... Maaf."

Senyum lembut makin melebar, gelengan singkat menjadi jawaban pertama selagi kembali memangku kucing putih yang sempat terkejut tadi. Elusan lembut kembali diberikan pada tubuh berbulu itu. "Gapapa. Kuro-chan emang sering lupa beberapa hal pas kecapean, 'kan? Kalau gitu, pakai baju dulu. Kubuatin sup sekalian teh hangat nanti. Kita makan malam sama-sama. Terus istirahat aja nanti di kamarku."

"Oke... makasih, Amachan. Maaf soal tadi."

"Sudah kubilang, gapapa. Aku ngerti kok."

Drabbletober 2019 (Utaite | 歌い手)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang