♪ ♬ 7 ♬ ♪

4.1K 414 5
                                    

Hari semakin siang, Galuh masih enggan beranjak dari sofa depan tv dan memang sudah memutuskan akan berleha-leha seharian. Wajahnya masih terasa ngilu bekas perkelahian kemarin. Teman-temannya juga terus menanyakan kabarnya, tapi Galuh hanya membalas seadanya saja.

Galuh lebih menunggu chat atau telpon dari Haani, tapi tidak kunjung datang juga. Mengingat Haani yang sedang ke workshop hari ini dengan dua seniornya. Pesan terakhir yang Galuh dapat sekitar jam 10 tadi, waktu Haani baru tiba di lokasi.

"Bangun Luh, udah siang."

"Gue gak tidur."

"Ya jangan tidur-tiduran aja. Bangun!" Bayu menyambitnya dengan bantal sofa, "Udah numpang, malah enak-enak."

"Yeee, kata Lisa gue boleh leha-leha."

"Yang punya rumah kan gue, bukan dia."

"Iya, iya, cerewet." Galuh akhirnya benar-benar bangkit, duduk memeluk bantal yang tadi Bayu gunakan untuk memukulnya.

Bayu duduk di samping Galuh, menyalakan tv dan mulai mencari acara yang bagus yang disiarkan siang ini. "Lo gak ketemuan?"

"Sama siapa?"

"Cowok lo lah."

"Ooh.. Lisa udah cerita." Galuh masih fokus memandangi layar tv yang terus berganti-ganti. "Hari ini lagi ke workshop. Ya itu, perginya sama Aga."

"Hmm."

"Lo gak marah?"

"Marah kenapa?"

"Ya... gue pacaran sama Haani."

"Yang pacaran kan lo, kok gue marah?"

"Hmm.." kian erat pelukan Galuh pada bantal sofanya. "Semalem gue udah mikirin, kayaknya.. gue bakal jujur aja kalo kita pacaran. Mungkin ke temen-temen gue aja dulu, baru orang-orang di studio."

"Lo yakin?" Bayu melirik. "Udah diomongin sama Haani?"

"Belum.. ketemu aja belum. Dia pergi, terus muka gue begini. Gimana mau ketemu?"

"Ya lo juga sih malah kebawa emosi! Udah tau yang begitu justru nunjukin gak berpendidikan, lo lagi pake ngebales."

"Iyaa salah guee, salahin aja terus."

"Iya, emang salah."

"Tau ah!"

Bayu hanya menyeringai, mengabaikan Galuh memeluk bantal makin dan makin erat. Bayu kenal Galuh dengan baik, meski hanya berstatus kakak tiri, tapi ia tau seperti apa Galuh. Ia suka bekelahi dulu, hampir selalu bolos sekolah, membantah omongan keluarga, tapi bisa manja pada Bayu, atau orang-orang yang Galuh anggap sudah sangat dekat dengannya, yang Galuh anggap mereka yang bisa menerima apa adanya.

Galuh berhenti malas-malasan dan berkelahi begitu naik ke kelas tiga SMA, entah terbentur apa, Galuh mulai ikut les agar bisa melanjutkan ke universitas. Dan sekarang Galuh sudah jadi mahasiswa psikologi, agak aneh memang, tapi itu yang Galuh dapat. Meski sudah ada pikiran mau pindah jurusan saja. Lama-lama tidak sanggup juga di jurusan tersebut.

Untung di kampus Galuh bisa dapat teman yang baik, bukan teman yang membawanya pada hal buruk, seperti masa sekolah dulu.

• • •

Galuh mengecek handphonenya lagi, entah sudah yang keberapa ratus kalinya untuk hari ini, masih belum ada juga chat dari Haani, yang ada malah SMS dari operator.

"Nginep lagi, Luh?"

"Hm."

"Udah bilang?"

"Hmm."

Bayu menyeringai, melirik Lisa yang masih merapihkan meja makan untuk makan malam. Galuh masih saja memandangi handphonenya.

"Kemana sih? Chat gue gak ada yang dibales. Emang workshop ngapain aja sih?"

"Percaya aja deh Luh, kalo sama Aga, Haani pasti aman." Kata Lisa seraya mengelus punggung Galuh.

"Hmm." napasnya dihela. Matanya melirik lagi, tepat saat layar handphonenya tiba-tiba menampilkan foto Haani. "Telpon!" sontak Galuh melompat dari lari ke ruang tengah. Senyumnya mengembang lebar, sangat senang. "Honeeeeyy~"

"Iya."

"Kemana aja? Seharian loh. Parah! Lupa ya punya pacar?"

"Iya maaf. Tadi tuh ada Bos juga, dateng, terus ya gitu, ngobrol-ngobrol."

"Emang bales chat sebentar gak bisa?"

"Maaf, Luh. Tadi beneran gak pegang hp."

"Hmm.." rengek Galuh manja. "Terus? Ada apa di workshop?"

"Banyak."

"Sekarang lo dimana sih? Kok kayaknya rame banget."

"Ini masih di studio. Semuanya pada disini gara-gara ada undangan ke Jepang."

"Jepang?"

"Iya. Jadi tadi di workshop, Bos ketemu sama temennya gitu, terus ngobrol-ngobrol, eh kita diundang ikut seminar animasi gitu di sana. Seminggu."

"Lo kesana?"

"Tadinya sih cuma Mas Eldy sama Bos, tapi Bos gak bisa kalo tanggal segitu, terus Bos milih saya."

"Gue ikut."

"Ha?"

"Gue bisa bayar sendiri, gak perlu lo omongin ke temen lo, gue ikut."

"Luh, apaan sih? Saya kan kerja di sana bukan liburan."

"Iya kerja, tapi gue gak percaya kalo cuma sama Mas Eldy."

"Luh-"

"Ya atau lo gak usah ikut. Ganti orang."

"Apaan sih?! Kok kamu jadi gini? Emang kenapa sama Mas Eldy? Kan kamu kenal dia juga, kalo kamu khawatir, harusnya justru gak usah khawatir karena saya sama Mas Eldy."

"Justru karena lo sama dia gue jadi gak yakin! Dia suka sama lo, Ni!"

"Luh, Mas Eldy tuh udah kayak kakak saya. Sama kayak yang lain."

"Lo gak tau aja Ni, apa yang dia bilang waktu gak ada lo. Waktu kita belum pacaran, waktu gue nginep di tempat Aga dan mereka ada disana. Mereka ngomongin lo, mereka bilang suka sama lo meskipun lo cowok!"

"Mereka siapa sih Luh? Mas Eldy sama siapa? Mereka cuma bercanda aja kali. Gak mungkin mereka suka sama saya ke arah yang kayak gitu."

Galuh diam, tangannya mengepal kesal. Kalau ia tidak mengingat lebam di wajahnya, sudah berangkat saat ini juga ia ke studio menjemput Haani.

"Luh?"

"Terserah."

"Jangan marah dong. Kok jadi gini? Saya nelpon kamu karena saya seneng bisa diundang ke Jepang, saya pikir kamu juga bakal seneng dengernya. Kok malah jadi marah?"

"Iya gue seneng, Ni. Terserah. Lo berangkat kapan?"

"Hari Selasa, Senin mau ngurus VISA."

"Oh. Ya udah. Selamat ya."

"Luh-"

"Gue masih di rumah Tanu, nanti lagi ya." Galuh matikan telponnya, dengan paksa. Buat dadanya jadi terasa agak sesak.

Di ruang makan, Bayu dan Lisa cuma diam, dan makin diam waktu Galuh berlari masuk ke kamar. Mereka tidak bisa menahan Galuh, paham kalau akhir-akhir ini memang keadaan sedang tidak berpihak padanya. Ditambah, Galuh tidak dapat kesempatan untuk bicara bertatap muka dengan Haani.

"Bay.."

Bayu sekali lagi hanya bisa menghela napas dalam.

Our Escape Way (BL 18+) [COMPLETE]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora