Menemanimu di ruang putih ini

214 27 4
                                    

Kasur beroda itu dibawa para perawat menuju UGD dan aku disuruh menunggu diluar. Aku tidak dapat menahan airmataku lagi.

"Ini salahku..."

🎀🎀🎀

Saat ini Si albino tengah duduk di ranjang rumah sakit sambil membaca novel kesukaannya itu bahkan aku yang sudah di depan pintu ruangannya saja dia tidak sadar. Dasar penggila horor.

"Maafu!" Panggilku membuat Si albino yang tengah fokus itu terkejut.

"Ah, Soraru-san datang menjengukku?"

"Tidak, aku datang untuk merawatmu,"

Si albino itu memiringkan kepalanya dan menatapku bingung, "bukankah ada perawat dan dokter? Untuk apa kau merawatku?"

"Memangnya kenapa? Apa salahnya aku ikut merawat kekasihku?"

Mafu terkekeh, "iya juga ya. Baiklah, Soraru-san boleh merawatku."

Aku ikut tersenyum melihatnya terkekeh, tetapi... dadaku sesak melihatnya diruang putih berbau alkohol ini.

'Kasihan sekali kau Mafu... sebelum ulang tahunmu kau sudah kembali ditindas dan saat ulang tahunmu kau malah kecelakaan... padahal aku sudah berjanji untuk selalu menjagamu. Maafkan aku.'

"Soraru-san?" Panggil Mafu membuatku tersadar dari lamunanku.

"Iya?"

"Kenapa berdiri di pintu terus? Ayo mendekat,"

Aku mendekatinya dan duduk disamping kasurnya. Ku elus surai putih itu sambil tersenyum, "cepat sembuh ya."

"Karena ada Soraru-san disini aku jadi merasa sehat!"

"Dasar kau ini,"

Dia terkekeh begitu juga denganku.

Mafu kembali membaca novelnya dan aku mengupaskan apel yang diberikan Amatsuki dan Naruse.

"Soraru-san, apa kau percaya cinta abadi?"

Aku memotong apel menjadi bentuk kelinci dan memberikan sepotong padanya, "entahlah... sepertinya cinta abadi itu tidak ada," keluhku.

"Soraru-san yakin? Menurut legenda Jepang benang merah melambangkan cinta sejati loh,"

"Memang kita punya benang merah?"

Mendengar pertanyaanku Mafu berhenti memakan apelnya, "S-soraru-san... tidak percaya kalau kita bisa memiliki benang merah?"

"B-bukan begitu... maksudku... jika kita benar-benar terikat benang merah..."

'Aku sangat senang.'

"Jika kita terikat benang merah kenapa?" Si albino itu menatapku dengan penasaran. Aku yang malu mengatakan isi pikiranku dan bingung harus mengganti topik apa langsung mencium bibirnya singkat.

Mafu terkejut, mengedipkan matanya beberapa kali dan tersadar, "SORARU-SAN MENCIUMKU???"

Aku refleks menutup mulutnya walau tau sudah terlambat. Suara teriakkannya yang melengking itu benar-benar dasyat di ruang tertutup ini.

Sorairo MafuraWhere stories live. Discover now