"T"

6 0 1
                                    

Dua minggu telah berlalu. Aku sudah terbiasa menggantikan posisi ayah mengajar dikampus walau harus mengahadapi beberapa murid keras kepala dikelasnya. Hari ini aku kembali mengajar setelah tiga hari menikmati hari libur walau libur itu harus diganti dengan mengerjakan beberapa projek perusahaan di apartemen. Ayah hanya punya tiga hari kosong mengajar dari seminggu jadi kuanggap saja itu hari untukku bersantai.
Aku sudah menancap dan melajukan mobilku menuju kampus. Aku turun dari mobil lalu melangkah menuju ruangan kantor ayah namun langkahku terhenti saat menangkap sosok seorang wanita yang sudah tidak asing lagi. Dari kejauhan aku menatapnya lalu mengingat hari ini aku tidak punya jadwal mengajar dikelasnya. Aku tidak peduli lagi dan terus melangkah menjauhi parkiran.
Aku sudah selsai mengajar dan melirik jam sudah menunjukan pukul lima sore. Aku melirik keluar ruangan dan melihat Anna berjalan kearah ruanganku.

Ngapain dia kesini. Batinku

Dia duduk disana dikursi depan mejaku. Aku menatap jengkel dan melipat kedua tanganku saat dia mulai berbicara.

" Kamu kenapa mesra-mesraan dengan beberapa murid perempuan tadi disini "
Ada apalagi dengan wanita gila ini. Gumamku.

" Bukan urusanmu " jawabku singkat. Sontak jawaban itu membuat wanita itu emosi. Ia berdiri lalu membanting tangannya dimeja itu sambil memukulnya. Anna membuat keributan membuat beberapa pegawai melihat ke arah ruanganku karena pintu ruangan sedang terbuka.

" Ya urusanku. Aku akan mengadu hal ini ke paman "

" Apa hakmu memarahiku huh?" Aku membentaknya jengkel.

Aku sudah dibuatnya jengkel namun aku tidak mau menanggapi marah-marah nya yang tidak jelas. Aku mengambil jas biru navi miliku lalu melangkah keluar menuju parkiran. Aku sudah membuka pintu mobil namun aku kaget melihat sosok Jocelyn masih duduk di koridor dekat toilet kampus. Awalnya aku tidak yakin itu Jocelyn karena koridor itu sudah mulai gelap hanya membuatnya jelas karena cahaya remang-remang lampu. Anak itu sudah sore begini tapi belum pulang. Kelas sudah lama selesai dia ngapain disini sendirian?. Aku bergumam dalam hati. Aku berjalan kearahnya ia berdiri mendengar langkah kakiku lalu melangkah pergi saat ia melihat aku yang mendekatinya.

" Hei tunggu "

Ia menghentikan langkahnya lalu berbalik kearahku. Wajahnya masam dan terlihat pucat. Matanya juga sembab seperti habis menangis. Ia menatapku dan aku balik menatapnya

" Ngapain kesini. Pergilah aku tidak sedang ingin diganggu "

Ia berbalik lalu pergi. Aku menarik tangannya sebelum ia benar-benar pergi karena ia terlihat sedang sakit.

" Kamu kenapa jam segini belum pulang " Aku bertanya pelan sambil melepas tangannya. Kurasa memang moodnya sedang tidak baik karena pertanyaan kecil itu membuatnya menjadi emosi.

" Ya bukan urusanmu. Mau pulang mau tidur disini atau mati sekalipun tidak ada hubungannya denganmu. Kita tidak sedekat itu walau kau sudah membantuku "

" Aku memang tidak ingin menganggumu dan memang bukan urusanku. Hanya saja ini sudah sore dan kampus mau ditutup "

" Ya sudah pergi saja kenapa mesti tanya "

Ia menjawabku sedikit berteriak. Baru saja ia melangkah dan brukkk
Ia jatuh pingsan untung aku menyadarinya dan reflek menahannya. Aku menggendongnya menuju mobil.
Ada apa dengan anak ini?. Aku merebahnya di kursi belakang. Ia sudah sangat pucat lalu aku menempel tanganku di dahinya dan badannya panas sekali. Rupanya ia demam dan memaksa diri mengikuti kuliah. Lagi-lagi ia membuatku repot untuk kedua kali. Aku menutup pintu mobil lalu menyetir dengan cepat. Kukira rumah sakit terlalu jauh untuk membawanya kesana dan lagi ia hanya panas saja kukira sebaiknya kubawakan saja ke apartemenya klinik di dekat daerah itu pasti memiliki obat untuknya.
Aku sampai diapartemenya lalu menggendong membawanya menuju kamar. Aku memeriksa isi tasnya dan menemukan kartu untuk membuka pintu kamar apartemen itu. Aku pernah kesini sebelumnya jadi kutahu apartemenya. Pintu terbuka lalu aku menutupnya kembali kemudian membaringkan dia ke tempat tidur. Aku mengambil selimut menutupi tubuhnya lalu mengambil air hangat dan langsung mengompres. Suhu badannya sangat panas. Bajunya basah karena berkeringat. Aku tidak punya cara lain selain membuka bajunya untuk digantikan. Tubuh indah itu hanya tersisa celana dalam dan bra. Aku tidak melepas bagian itu. Aku membuka lemari mengambil baju gantinya dan memakaikanya kembali.
Aku menghembus napas lega. Bajuku juga basah karena keringat karena begitu buru-buru.
Aku memutuskan keluar sebentar membeli obat di klinik dekat aprtemen wanita ini. Aku kembali dengan cepat karena tempat itu tidak terlalu jauh. Aku meletakan obat itu diatas meja lalu duduk disamping gadis itu. Aku masih berpikir keras apakah harus meninggalkanya sendirian disini atau balik ke apartemenku. Aku memutuskan untuk tidur disini saja apalagi ia memiliki sofa yg bisa dijadikan tempat tidur. Aku membuka kemeja putihku yang sudah basah karena keringat. Aku hendak berbaring namun Jocelyn berteriak ketakutan. Apa ia sedang bermimpi?. Tapi kenapa ia berteriak sambil menangis dengan mata terpejam?. Aku menatap wajahnya sebentar menyentuh dahinya mencoba mengecek suhu badannya tapi ia malah menarik tanganku dan memegangya erat.

"Kumohon. Aku takut. Aku sangat takut. Hiks hiks "

Ia menangis dan suhu badanya masih panas aku tidak punya pilihan lain selain tidur dengannya karena ia masih memegang erat tanganku. Aku berbaring disampinyaa dan kulit kami bersentuhan. Ya ampun panas sekali. Apa sebaiknya kubawakan kerumah sakit?. Batinku
Aku memeluk Jocelyn untuk membuatnya tenang karena ia terus menangis sambil berteriak ketakutan. Namun suara lirihnya membuat hatiku merasa iba hingga kuputuskan untuk memeluknya saja dan membiarkan dia memelukku erat agar membuatnya tenang. Aku melihat jam sudah menunjukan hampir pukul 12 malam. Aku akhirnya memejamkan mata karena sudah mulai ngantuk dan pada akhirnya terlelap di ranjang wanita ini.

MY SECRET MANWhere stories live. Discover now