* Reunion Event 2 *

53.4K 2.4K 46
                                    

Brakk

Seorang pria dengan kasar menutup pintu lamborghini nya. Setelan kerja pria itu berantakan. Dasi yang dikenakannya longgar. Dua kancing teratas kemejanya terbuka. Jas hitam tersampir di bahu kirinya. Pria itu berjalan lesu memasuki mansionnya.

Setelah membuka pintu, ia segera berjalan kearah sofa dan membanting diri disana. Pria itu mengacak-acak rambutnya frustrasi. 

Selalu seperti ini, setiap harinya pria itu pulang dengan wajah lesu dan frustasi. Sudah tidak ada lagi semangat dalam hidupnya sejak tujuh tahun terakhir ini. 

Di depan semua orang dia bisa saja terlihat gagah berwibawa. Namun dibelakang ia selalu seperti ini. Seperti ia hidup segan namun mati tak mau. 

Ia tak berkenan mati jika belum berhasil menemukan gadis itu. Gadis yang telah berhasil mengisi kekosongan dihatinya, dan juga dengan tega meninggalkannya begitu saja.

Namun jika takdir sudah berkata lain, ia bisa apa? Menolak pun tak bisa.

Frustrasi sudah menjadi makanannya sejak tujuh tahun belakangan ini.

Selama tujuh tahun ini ia terus berusaha mencari keberadaan gadis itu. Namun hasilnya nihil, seluruh anak buah yang telah ia kerahkan. Tapi tak ada satu pun dari mereka yang berhasil menemukan keberadaan gadis itu.

Tak ada kata lelah dalam kamusnya untuk terus berusaha mencari gadis itu. Meski yang ia dapat selama ini hanya kekecewaan. Namun ia tidak akan mundur sebelum bisa menemukan nya.

Pria itu menyender di sofa dan memejamkan mata berusaha menenangkan pikirannya yang sudah kalut akan emosi yang tertahan.

Lama ia memejamkan mata. Sampai ia merasakan sebuah tangan mengelus surai rambutnya dengan lembut. 

Pria itu membuka mata perlahan. Ia menatap sendu pada wanita yang telah melahirkan dan juga membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan rasa cinta yang besar.

“Nak, apa kamu tidak lelah terus mencarinya?” Tanya wanita paruh baya itu lembut.

Pria itu menegakkan tubuh dan memiringkan badan menghadap ibunya.

“Gak bu! Sampai kapan pun aku gak akan pernah lelah dan menyerah untuk mencari Liora sampai ketemu. Aku yakin suatu saat Ila pasti akan kembali padaku,” yakinnya.

Wanita paruh baya itu menghela nafas pelan. “Sudah waktunya kamu membina rumah tangga Sergio. Jangan terus kamu menunggu sesuatu yang gak pasti.”

“Aku masih muda bu. Aku masih mau menikmati masa lajang ku sebelum akhirnya memiliki pasangan hidup," Dia menjeda. “Dan seharusnya Ibu mendukung ku. Menyemangati ku buat mencari Liora, bu. Bukan seolah-olah menyuruh ku untuk berhenti mencarinya.”

“Iya Gio. Ibu selalu mendukung kamu untuk mencarinya. Tapi apa kamu tidak mau mencoba membuka hati untuk wanita lain?” Katanya mencoba menasihati pelan-pelan.

“Jika memang Liora jodoh kamu. Ibu yakin tanpa kamu berusaha keras mencarinya pun, dia pasti akan datang dengan sendirinya kepadamu."

“Enggak bisa bu. Sampai kapanpun aku gak akan pernah mau buka hati untuk wanita lain selain Ila.” kekeh Sergio.

Wanita paruh baya itu kembali menghela nafas. “Apa kamu mau ibu kenalkan dengan anak teman ibu? Dia baik, cantik sesuai kriteria yang kamu mau."

Possessive Ex-friendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang