24.

214 15 0
                                    

Azura mendongak, melihat gedung tinggi menjulang yang dipadati banyak orang, beralih melihat Adith yang berdiri di sampingnya.

“Mal? Ngapain kita ke sini?” Azura memiringkan kepalanya.

“Udah, ikut aja!” Adith menggenggam lengan Azura, menyeretnya masuk.

Gadis itu memejamkan mata kuat dengan sepasang tangan menutup erat kedua daun telinga, bergidik ngeri karena masih dapat mendengar jeritan dan gelak tawa menakutkan itu. Adith tersenyum kecil, tidak terjadi apa-apa pada layar lebar di depan sana tapi, Azura masih saja memejam mata dan menutup telinganya Lucu…

“Buka mata lo, film-nya nggak serem kok!” Adith menarik lengan Azura namun ditepis cepat, bukannya marah Adith malah tersenyum.

“Kamu kenapa ngajak aku nonton horor sih, kayak nggak ada film yang lain aja,” keluh Azura pelan.

“Emang nggak ada, ogah gue nonton drama-drama alay! Lagian yang ini seru kok!”

“Seru dari mana??” lirih Azura.

Perlahan Azura membuka matanya, bingung kenapa Adith jadi diam begitu saja. Adith menatap lurus ke depan fokus pada setiap adegan yang ada dilayar sana, Azura menghadap ke depan, pada waktu bersamaan matanya bertemu dengan mata hitam pekat berdarah, wajah pucat penuh luka dan rambut berantakan. Azura menjerit tertahan menghadap ke samping dengan mata yang kembali terpejam, meremas sesuatu yang berhasil dipegangnya seakan melampiaskan rasa takut. 
    
Azura menggelengkan kepala takut, ada sesuatu yang memukul-mukul tangannya dengan cepat. Azura takut jika dia membuka mata yang dilihatnya malah nyai kunti yang siap menerkamnya hidup-hidup.

“Ara!! Tangan ... gue!!” suara patah itu begitu berat dan bergetar. Mau tidak mau Azura membuka mata, melebarkan penglihatan, menutup mulut yang sudah terbuka lebar, kaget.

“Lo! Keterlaluan!”    

Azura sangat merasa bersalah melihat Adith yang meniup pelan tangannya yang memerah akibat kekerasan yang dilakukan Azura tanpa dia sadari sendiri.

“Adith ... maaf..” rengek Azura takut-takut.

“Diam lo!” Azura tertegun, kenapa Adith jadi begitu dingin. Azura menundukkan kepala tidak tahu harus berkata apa lagi.

“HAH!”   
    
Azura makin kaget dengan apa yang Adith lakukan. Dengan cepat cowok itu menarik tubuh Azura ke dekapannya, kepala Azura bersandar pada dada bidang Adith. Azura mendorong tubuh Adith agar menjauh tapi Adith makin menahan tubuh Azura untuk terus di dekapannya.

“Adith ... kamu apa-apaan sih.”

“Udah, diem aja sekarang lo nggak takut lagi ‘kan?” Suara Adith tidak sedingin dan seberat tadi lagi malah lebih lembut dan tenang.

Dalam keadaan seperti ini bisa menjadi masalah besar untuk Azura, jika sudah dekat dengan Adith saja bisa membuat jantung Azura dag dig dug apa lagi jika sudah sedekat ini, ini bencana namanya. Azura meremas kemeja yang Adith kenakan, dia ingin lepas dari dekapan Adith tapi cowok itu terlalu kuat.

Biasanya Azura hanya mendengar kata-kata itu di novel-novel tapi sekarang Azura malah dapat merasakannya.
      
Azura menatap kesal dan malu tangannya yang dipegang begitu kuat oleh Adith. Setelah kejadian di bioskop barusan, Adith sekarang malah menggenggam tangan Azura dan tidak mau dilepaskan. Sudah berkali-kali Azura menepis tapi tetap tidak bisa, sekalipun lepas Adith bisa dengan mudah menangkap tangannya lagi.

Azura Where stories live. Discover now