Bayang-Bayang Masa Lalu

14.9K 964 161
                                    

Story by Den Ayu

Lima

Kandungan Niscita sudah memasuki minggu ke empat belas tapi kondisinya masih lemah. Ia berusaha sebisanya untuk melakukan tugasnya sebagai istri. Untungnya Ady tak banyak protes. Hanya saja...

"Kamu kok jarang keluar sih? Walaupun nanti nggak ikut voli tapi kan bisa duduk disana? Yang hamil dan pernah ngerasain hamil kam bukan kamu aja, Dek." Meskipun nada yang diucapkan Ady biasa tapi itu sudah cukup menusuk hati Niscita.

Ia tak habis pikir dengan suaminya itu. Padahal pernah kehilangan begitu dalam dan tragis, kenapa yang sekarang tak dijaganya dengan baik?

Kalau tak mengingat sedang ada nyawa lain yang sedang dan harus dijaganya, ia sudah menjerit marah. Sementara ini hanya diam dan istighfar saja.

Akhirnya, esok sorenya saat voli, Niscita memaksa menyeret tubuhnya ke lapangan. Ia harus susah payah karena tak ada yang bisa diajak barengan. Semua sudah ke lapangan. Mereka meninggalkannya karena mengira ia absen lagi. Selama ini ia sudah izin ke Ibu Danki.

Untungnya ada anak tetangga yang sedang lewat dan berbaik hati memboncenginya saat ia akan keluar ada urusan.

Sampai di lapangan voli tentu heboh mengingat kondisi Niscita yang tampak lemah. Tak sedikit yang menyuruhnya pulang saja dari pada merepotkan nantinya. Tapi ia mencoba tetap bertahan dan menguatkan diri.

Voli pun dimulai tanpanya dan...

Dukk!!

Tanpa sempat menghindar, kepala Niscita terkena bola yang melayang akibat pukulan kurang mahir anggota persit yang baru. Yang diingat Niscita adalah jeritan Ibu-Ibu seluruh lapangan.

***

Ady termangu saat dipanggil dan diberitahu kalau istrinya pingsan terkena bola.

"Bang! Malah bengong! Yuk, aku anterin." Seru Sertu Danu tiba-tiba sudah di depanku dengan sebuah motor siap berangkat.

Seperti setengah nyawa aku naik di belakangnya.

"Ijin Dan, kalau boleh terus terang, Abang yang salah. Abang sudah jahat sama Mbak Cita sejak awal. Abang pernah kehilangan tapi Abang nggak pernah mau menjaga apa yang Abang punya. Jangan sampai menyesal." Omel Sertu Danu. "Setelah ini Abang hukum saya sikap taubat pun nggak masalah. Tapi ijinkan saya nonjok Abang dulu."

Ady sebetulnya mendengar tapi seolah tak mendengar. Tubuhnya beku dan terasa dingin. Tiba-tiba ketakutan merayapi dirinya.

Sampai di klinik, Ady bahkan langsung turun bagai robot tanpa memedulikan anggotanya itu. Ia berlari menuju istrinya beristirahat.

Tububnya terhenyak saat melihat wajah pucat istrinya disana. Seperti baru bertemu lagi setelah lama betpusah dan apa yang ia dapati sangat berbeda dari sebelumnya.

"Ci...ta...Dek..." dengan tangan gemetar ia menyentuh pipi istrinya.

Seperti baru dibangunkan dari mimpi dan dihadapkan pada kenyataan bahwa Ady memiliki istri. Istri yang tubuhnya tampak kurus tak terurus dan pucat pasi.

Bahwa Niscita sedang istirahat setelah siuman tak membuat Ady lega.

"Cita..." panggilnya lirih karena bibirnya tak sanggup berucap. Seolah semua kata menyangkut di tenggorokan.

Akhirnya ketika Niscita membuka matanya, pertama kalinya Ady lega dan gembira sekali.

"Cita?"

Setelah sepenuhnya membuka mata lalu mendapati suaminya di depan mata, tekad Niscita hanya satu.

"Tolong telepon Bunda. Minta jemput aku. Aku mau pulang." Pinta Niscita datar.

Ady bisa merasakan kengerian yang serupa saat ia kehilangan Nandita dulu. Jantungnya seolah diremas-remas kuat sekali.

"Dek...kamu..."

"Maaf, Mas. Aku mau pulang. Aku capek. Tolong mintakan Bunda menjemputku. Sekarang."

Segala kata bujukan tak mempan lagi. Niscita bergeming. Tak ada yang bisa menggoyahkan tekadnya.

Ady yang tak ingin masalah rumah tangganya diketahui umum pun terpaksa mengiyakan permintaan istrinya.

"Bunda nanti kesini." Kata Ady lesu setelah menutup teleponnya. "Dek, apa nggak bisa dibicarakan dulu?"

"Aku sudah lama ingin bicara tapi sepertinya aku nggak berhak. Siapa aku di rumahmu? Cuma sekedar tukang bersih-bersih, tukang masak dan jaga rumah saja." Desis Niscita.

"Dek...maaf kalau aku..."

"Aku yang minta maaf sudah hadir antara kamu dan istrimu. Nanti aku minta maaf ke Mbak Nandita."

"Cita! Tolong pikirkan calon anak kita..." pinta Ady.

"Ini anakku." Cerus Niscita dingin. "Mulai hari ini rumahmu bebas dari orang asing. Aku dan anakku akan pergi. Terima kasih sudah kasih makan dan tumpangan selama ini kepada kami."

Ady tak bisa berkata apa pun lagi bahkan saat membawa istrinya pulang dan langsung membereskan barang sambil menunggu kedatangan kedua mertuanya.

♥♥♥

Buat Ibu-Ibu Persit, klinik kesehatn di kompi/batalyon namanya apa? Yang jaga siapa di sana? Mohon info. Makasih 😊

Assalamu'alaikum semua...ini aku nyoba nulis lagi. Masih down. Lagi naikin semangat. Maaf kalau kurang berkenan.

Sungguh awalnya ingin kubawa santai tapi selalu dan selalu yang kutemukan ternyata bikin nggak santai lagi 😔😔😔

Ingin kuabaikan. Tapi kalau diabaikan...enak dong ya atas nama inspirasi bebas ngapain juga?

Sidoarjo, 24-10-2919

Mr. Perfect & Miss PlainWhere stories live. Discover now