✏ 31

8.6K 1K 110
                                    

-Rabbani-

👶👶👶

Memasuki trimester ketiga, alhamdulillah Bhanu dan kehamilannya semakin sehat. Dan satu lagi, semakin suka mengekor padaku saat aku di rumah. Ada yang bilang istri-istri lain malah alergi sama suaminya tapi istriku sebaliknya. Ya, aku bersyukur tapi kadang aku takut kalau mood-nya tiba-tiba anjlok karena kutinggal dinas bahkan saat harus dinas luar. Ternyata tidak. Dia hanya melakukannya saat aku di rumah.

Kami sudah membeli semua keperluan bayi kami. Lengkap. Ada juga dari mami-papi juga ibuk-bapak mertua. Kami hanya tinggal menunggu bayi kami saja.

Sebuah kemewahan jika bisa menungguinya hamil, melahirkan bahkan bersama merawat si kecil di tahun pertamanya. Sebuah previlege mengingat rekan-rekan yang lain baik senior, letting atau anggota tidak bisa mendapatkan itu semua atau hanya salah satu saja.

"Mas, lalapan ayam goreng enak," celetuk Bhanu yang tengah selonjor di kamar membaca buku parenting.

Aku tersenyum. "Oke." Dan meringis dalam hati.

Bukan, bukan aku tidak ingin mengabulkannya melainkan aku pribadi sedang sangat bosan dengan ayam goreng atau bakar yang biasanya merupakan menu favoritku. Sebaliknya buat Bhanu justru seperti menjadi menu wajib yang membuatku harus menyetok ayam ungkep siap masak entah digoreng atau bakar.

Ayamnya sendiri aku minta tolong kirim dari mbak Mitha yang setiap seminggu sekali bergantian dengan mami ke Malang. Aku tidak sanggup kalau harus memasak ungkepan sendiri.

"Aku goreng dulu ya?" kataku yang berdiri di ambang pintu setelah mendengar panggilannya.

"Ikut." Bhanu segera beranjak dan mengikutiku. "Mas Bani sendiri nanti makan apa?"

Hari ini minggu dan kebiasaan kami untuk tidak memasak di rumah kecuali sarapan karena aku selalu mengajaknya makan di luar atau beli.

"Ikan asin, tempe goreng sama sambel," jawabku enteng.

Kami sudah di dapur dan Bhanu seperti biasa kusuruh duduk menunggu dalam jarak aman sementara aku masak untuk makan siang kami.

"Mas Bani beneran nggak mau ayam juga?"

Aku menoleh dan tersenyum padanya. "Lihat kamu makan sudah kenyang."

"Maaf ya?" ucap Bhanu lirih sambil mengusap perutnya yang sudah membulat tempat bayi kami istirahat.

"Eh, kenapa?" tanyaku kaget.

"Gegara aku, Mas Bani jadi bosan sama ayam."

"Cuma ayam kok. Aku kan nggak pernah bosan sama masakanmu yang lain."

Air muka Bhanu kembali ceria dari yang tadinya sedikit tertekuk. Varian menu masakan istriku sudah lebih banyak dan rasanya juga semakin meningkat.

Selesai menggoreng ayam yang bau harumnya tak kalah dengan penjual di luaran, aku menggoreng beberapa potong tempe dan ikan asin lalu membuat sambal ulek. Begitu semua siap, terdengar azan zuhur.

"Yuk, kita sholat dulu terus makan," ajakku.

Bhanu beranjak dari kursinya lalu ke kamar mandi sementara aku menyiapkan makan siang kami di meja makan. Setelah istriku keluar dari kamar mandi, ganti aku yang wudu kemudian kami sholat berjemaah.

Usai sholat, kami langsung makan siang. Karena sudah tahu aku tidak mungkin kepingin, tanpa malu-malu istriku memakan ayam goreng lalapannya dengan lahap.

"Nanti malam ayam bakar?" tanyaku.

Bhanu mengunyah sambil berpikir lalu menggeleng.

"Ya sudah, nggak apa," kataku sambil mengusap kepalanya dengan sebelah tangan yang bersih.

Mr. Perfect & Miss PlainWhere stories live. Discover now