Ch 8 : Confession

5.3K 610 35
                                    

Lalisa POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalisa POV

Entah kemana tempat tujuan yang akan kami sambangi saat ini — namun, mengapa rute perjalanannya terlihat cukup familiar untukku? Apakah aku hanya berhalusinasi?

Setelah perbincangan yang digantungkan begitu saja oleh Jennie, baik diriku maupun Jennie tak lagi mengeluarkan suara, masing-masing dari kami hanya melemparkan pandangan ke luar jendela — aku, masih sibuk mencerna setiap kalimat yang dilontarkan oleh sang Putri kerajaan kepadaku beberapa menit yang lalu. Hhh...

Mobil pribadi istana kerajaan pun memasuki sebuah wilayah dengan hamparan pesawahan yang terlihat kumuh, tunggu... Bukankah ini...

"Selamat datang di Guryong, Lisa-ah."

"Y-ya?"

"Apakah kau masih mengingat janji yang ku lontarkan kepadamu mengenai Guryong? Aku akan mempertemukanmu dengan kedua orang tuamu. Kau sudah merindukan mereka, bukan?" Ujar Jennie.

Genangan air terasa membasahi kedua mataku, memang benar, aku sangat-sangat merindukan keduanya — kesenangan yang membuncah tak telak membuatku kehilangan kendali diri sehingga sebuah pelukan tak terkira ku berikan langsung kepada Jennie yang masih tersenyum manis menatapku.

"Terima kasih, Jennie-ah."

"Jangan sungkan, aku juga ingin menemui kedua orang tuamu, dan juga, temanilah aku untuk bersosialisasi kecil dengan masyarakat-masyarakat Guryong."

"Iya, aku akan melakukannya." Jawabku seraya menyeka setetes air mata yang tak berhasil ku bendung.

"Kau menangis?" Tanya Jennie, raut wajah kekhawatiran dengan segera menyapu bersih senyuman manisnya.

"Tidak, ini adalah tangisan kebahagiaan Jennie-ah. Aku sangat merindukan kedua orang tuaku, terima kasih karena telah membawaku pulang."

"Aku memang telah membawamu pulang, hanya untuk sementara waktu — lagipula, kita berdua masih saling berhutang penjelasan." Ujar Jennie tak terima.

Aku terkekeh pelan melihatnya, "Baiklah, Yang Mulia Putri, aku juga tidak bermaksud untuk meninggalkan istana kerajaan."

Senyuman manis kembali terukir di wajah cantiknya. Hhh... Ku pikir, ayah dan ibu akan benar-benar terkesima disaat aku kembali dengan membawakan seorang Putri kerajaan yang memiliki paras cantik bagai malaikat ini.

"Kalau begitu, ayo!"

Sang supir pribadi, Chanyeol, membukakan pintu untuk kami berdua seraya kembali membungkuk hormat kepada Jennie.

"Keadaan Guryong benar-benar tidak pernah berubah, mengapa bisa ayah menelantarkan wilayah tak layak dihuni ini?" Ujar Jennie, tersirat rasa penyesalan disaat matanya bertemu pandang dengan deretan rumah-rumah kumuh yang memang tak layak untuk dihuni tersebut.

Aku hanya bisa terkekeh kecil, tak dapat menanggapi pertanyaan tersebut karena aku sendiri juga tak mengerti akan penelantaran yang dilakukan oleh pemimpin negara terhadap masyarakat-masyarakat menengah ke bawah dan juga wilayah kumuh Guryong.

Her Highness - JenLisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang